Andrew bersiap. Ia sudah rapi dengan stelan jas hitam yang membuatnya terlihat elegan. Tania menatapi Andrew, ia lantas mendekati Andrew.
"Apa kamu akan pulang larut?" tanya Tania.
"Entahlah. Aku tidak tahu pasti, sayang. Ini adalah ulang tahun calon istri rekanku. Kamu tahu, kan. Aku tidak bisa menolak permintaan dari teman baik." kata Andrew menyakinkan Tania untuk tidak melarangnya pergi.
"Ya, baiklah kalau begitu. Kamu bisa Pergi. Hati-hati di jalan, ok." kata Tania merelakan kepergian Andrew.
Andrew tersenyum, "Terima kasih, sayang," ucap Andrew, mencium kening Tania.
Tania mengembangkan senyuman, "Ya, sama-sama. Kabari aku, jika ada apa-apa. Pergilah, kamu akan terlambat nanti." kata Tania.
Andrew pun bergegas. Saat ia sudah meninggalkan kamar, ia mengusap bibirnya yang tadi sudah mencium kening Tania. Senyum tampan Andrew berubah menjadi senyuman masam. Ia mempercepat langkahnya, berjalan menuju pintu utama rumahnya.
***
Dentuman musik terdengar. Suasana pesta ulang tahun kekasih Michael begitu ramai. Para tamu undangan semua bersenang-senang. Baik itu tamu undangan dari pihak kekasih Michael ataupun dari Michael sendiri.
Andrew duduk seorang diri, ia sedang meneguk minuman di gelasnya. Tak lama, Bella yang lelah berdiri dan bersenang-senang merasa haus dan memesan minuman pada Bartender.
Sambil menunggu minumanya disiapkan, Bella melihat-lihat sekeliling. Ia melirik ke arah Andrew. Begitu juga Andrew yang melirik ke arah Bella.
"Hai," sapa Andrew tersenyum pada Bella.
"Hai, juga." balas Bella yang juga tersenyum.
"Sendirian?" tanya Andrew.
"Ya, untuk saat ini. Kamu sendiri?" tanya balik Bella, setelah menjawab pertanyaan Andrew.
"Ya, aku juga begitu. Teman-temanku sibuk di sana." kata Andrew menunjuk ke suatu arah.
Bella mengikuti tangan Andrew yang menunjuk, "Ah, begitu. Kenapa kamu tak ikut bersenang-senang dan justru di sini sendirian?" tanya Bella.
"Aku sedang malas bersenang-senang," jawab Andrew.
Bartender memberikan minuman yang dipesan Bella. Bella menerima dan tersenyum mengucapkan terima kasih. Ia lantas kembali menatap Andrew dan melanjutnya pembicaraan yang sempat terjeda.
"Melihatmu seperti itu. Sepertinya kau sedang tertekan, ya?" kata Bella asal menebak.
Andrew mengernyitkan dahi, "Bagaimana kau tahu?" tanya Andrew.
Bella tersenyum, "Ya, tentu aku tahu. Kalau aku boleh jujur, aku juga sedang menghadapi tekanan yang besar. Hahaha ... " jawab Bella lantas tertawa canggung.
"Wanita secantik kamu, terlibat dengan sesuatu yang disebut tekanan? katakan, masalah apa yang menekanmu?" kata Andrew memberanikan diri bertanya.
"Masalah pribadi. Pernikahanku," jawab Bella.
"Ah, kamu sudah menikah." sahut Andrew tampak sedikit kecewa.
"Ya, aku sudah menikah. Tapi, aku menikahi suami yang dingin seperti balok es. Dan bisa dikatakan, pernikahan kami seperti sebuah permainan. Kamu tahu, kan. Pernikahan bisnis? itu yang saat ini kujalani. Menikahi seseorang yang tidak kamu cintai. Itu menyiksa batin, bukan?" jelas Bella menjelaskan perasaan yang ia rasakan.
Andrew terkejut, "Kenapa bisa seperti ini, ya?" kata Andrew tersenyum.
"Apa maksudmu?" tanya Bella tidak mengerti ucapan Andrew.
"Kita sama. Aku juga menikahi seseorang yang sebenarnya tak ku cintai. Demi kelangsungan hidup dan jaminan posisiku, aku terpaksa menikahi istriku yang jelek." jawab Andrew.
Bella kaget, "Wow, apa, ini? apa kita berjodoh? kita sama-sama memiliki masalah yang rumit, ya." sahut Bella.
Keduaya lantas berkenalan. Mereka berbincang tentang kehidupan pernikahan masing-masing. Bella dan Andrew tanpa rasa canggung menceritakan semua tanpa rasa malu atau semacamnya.
Akhirnya, baik Bella ataupun Andrew sama-sama saling mengetahui keadaan masing-masing. Pembicaraan keduanya begitu nyambung. Mereka terlihat senang. Sesekali mereka akan tertawa bersama dan saling menggoda.
"Bella, boleh aku minta nomor ponselmu?" tanya Andrew.
"Untuk apa? apa ... kamu mau mengajakku kencan?" tanya Bella asal.
"Ya, kalau kamu mau. Kamu kan tidak diajak kencan suamimu. Jadi, kalau boleh aku saja yang mengajakmu." jawab Andrew.
Bella tersenyum cerah, "Kamu ini. Pandai menggoda wanita, ya. Kamu pasti punya banyak teman wanita. Aku yakin itu." kata Bella menyindir Andrew.
"Kamu salah. Aku tidak pernah menyuakai siapapun sebelumnya. Tapi, sepertinya aku menyukaimu." kata Andrew berterus terang.
Bella tersipu, "Pria ini. Dia menyenangkan dan baik. Apa aku boleh seperti ini? aku ingin mengenalnya lebih dalam lagi." batin Bella.
"Wanita ini cantik dan menggemaskan. Bagaimana, ini. Aku menyukainya," batin Andrew.
Bella menadahkan tangannya, "Berikan aku ponselmu," pinta Bella.
Andrew merogoh saku jasnya dan mengeluarkan ponselnya, "Ini," kata Andrew, yang langsung memberikan ponselnya pada Bella.
Bella msnerima ponsel Andeew. Ia langsung memasukan nomor ponselnya ke ponsel Andrew dan menghubungi nomornya, agar ia bisa mengetahui nomor Andrew untuk disimpan di kontak teleponnya.
Bella memberikan ponsel Andrew kembali, "Sudah ku simpan nomorku," kata Bella.
Andrew memeriksa panggilannya, "Wuah, apa-apaan, ini? Kamu menyimpan nomormu di ponselku dengan nama 'Bella sayang'? bagaimana, jika istriku memeriksa ponselku?" tanya Andrew menggoda Bella.
"Apa kamu kira aku bodoh? mana mungkin kamu biarkan istrimu menyentuh ponselmu." jawab Bella. Bella menunjukkan ponselnya kepada Andrew, "Lihat, aku juga menamai namamu dengan 'Andrew Sayang'. Haha ... " kata Bella tertawa senang.
Andrew tersenyum, "Kamu sangat cantik, Bella." puji Andrew. Tanganya mengusap lembut wajah Bella.
"Benarkah? apa kamu sungguh menyukaiku?" kata Bella menatap lekat mata Andrew.
"Ya, aku menyukaimu. Apa boleh?" tanya Andrew.
"Tentu saja. Kenapa, tidak? aku juga menyukaimu. Meski ini terkesan konyol karena kita baru saja bertemu. Tapi, entah kenapa aku merasa nyaman berada di sisimu. Jika saja aku belum menikah, aku pasti akan menikahimu, Andrew." kata Bella.
Keduanya sudah mulai memercikkan api asmara. Mereka sesaat lupa, jika mereka sudah memiliki pasangan masing-masing.
***
Edward sudah membaca pesan dari Bella dan menerima pesan dari Bibi pelayan. Meski tau istrinya pergi dan sampai tengah malam belum pulang, Edward hanya diam saja. Ia tidak mau disebut sebagai suami yang suka mengatur, atau mengekang istri.
"Apa dia memang suka keluar malam dan bersenang-senang seperti ini? ah, sudahlah. Mau dia ke mana itu haknya. Asalkan dia tidak melewati batasan dan ingat posisinya saja. Tidak masalah dia menghabiskan uangku atau pergi pesta. Yang terpenting aku tidak mendapatkan tekanan lagi dari Papa dan Mama," batin Edward.
Ia tidak peduli apa yang Bella lakukan. Selama itu, tidak merusak nama baik keluarga besarnya dan merugikan. Baginya, Bella hanyalah istri yang tak lebih seperti rekan bisnis.
***
Sementara itu, Tania yang tidak tahu sifat asli suaminya, dengan setia menunggu suaminya di ruang tamu.
"Sudah hampir tengah malam. Kenapa dia belim pulang juga, ya? apa, kuhubungi saja?" gumam Tania. Ia langsung menggelengkan kepalanya cepat, "Tidak, tidak, tidak boleh. Aku tidak boleh mengganggunya dan membuatnya marah. Aku tak ingin kehilangan Andrew," lanjutnya bergumam.
Tania terus menunggu kepulangan Andrew. Meski ia sudah sangat lelah dan terus menguap, ia tidak memedulikannya. Sampai akhirnya, Tania yang sudah tidak kuat membuka mata, terlelap tidur di sofa ruang tamu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Claire Elizabeth
up
2023-03-05
0