Tania terbangun dari tidurnya. Rupanya ia tertidur di sofa saat menunggu suaminya yang nyatanya tak kembali sampai dini hari. Ia lantas menghubungi ponsel Andrew, tetapi tidak ada jawaban.
"Ke mana dia?" batin Tania, terus menghubungi ponsel Andrew.
Sampai pukul lima pagi, Tania masih terus berusaha menghubungi suaminya. Ia khawatir, terjadi sesuatu pada suaminya itu. Panggilannya, satupun tidak ada yang diterima oleh Andrew.
Tania lantas memutuskan untuk menghubungi Mama mertuanya. Namun, bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan ejekan. Mama Andrew menilai Tania tidak becus mengurus suami, sampai-sampai suaminya tidak pulang ke rumah.
Tentu saja, hal itu membuat Tania sedikit kecewa dan sedih. Ia tidak menyangka akan mendapatkan cibiran dari Mama mertuanya. Ia lekas meminta maaf dan mengakhiri panggilannya dengan Mama mertuanya.
Tiba-tiba bel pintu rumah berbunyi. Dengan sigap Tania berlari karena mengira itu adalah suaminya, Andrew. Ternyata dugaannya salah. Yang datang bukan Andrew, melainkan pelayan rumah yang dikirim oleh Papa Tania.
"Hallo, Nona. Selamat pagi," sapa pelayan.
"Hallo, Bi. Kenapa pagi sekali datang?" tanya Tania.
"Ya, Tuan ingin saya lekas datang agar bisa membuatkan Nona dan Tuan Muda sarapan." jelas Bibi pelayan.
"Oh, baiklah. Silakan masuk. Aku mau ke kamar dulu, Bi. Kamar Bibi ada di belakang." kata Tania memberitahu.
"Baik, Nona." jawab Bibi pelayan.
Tania langsung pergi ke kamarnya. Ia kembali menghubungi Andrew. Tapi, lagi-lagi Andrew tidak menerima panggilannya. Tentu saja, itu membuat Tania semakin sedih dan sedikit kesal.
***
Andrew datang ke kantor lebih awal. Karena ponselnya terus berdering, ia memutuskan untuk menerima panggilan tersebut. Andrew sudah mengira itu adalah panggilan dari Tania. Tapi, pikirannya salah. Itu adalah panggilan dari Mamanya.
"Mama," batin Andrew. Menatap layar ponselnya.
Andrew lantas menerima panggilan dari Mamanya. Dari situlah, Andrew mendapatkan kabar, jika Mamanya dihubungi oleh Tania.
"Ada apa, Ma?" tanya Andrew.
"Kamu di mana? Tania tadi menghubungi Mama pagi-pagi sekali. Gara-gara dia, Mama tidak bisa tidur lagi. Kamu tahu, apa yang dia katakan? dia mengatakan, jika kamu tidak pulang semalam. Dia juga bertanya apakah kamu pulang ke rumah Mama. Hah, mengesalkan sekali." Mama Andrew sedang mengeluh pada Anaknya.
"Ya, aku tidur di hotel. Siapa juga yang mau tidur dengan wanita berlemak." sahut Andrew.
"Ck, ck, ck. Jika kamu bersikap seperti itu, bisa-bisa wanita itu membencimu. Minta maaflah dengan benar. Meski itu membuatmu muak, kita butuh uangnya, Nak. Kamu mengerti?" kata sang Mama menenangkan hati Anaknya.
"Ma, apakah aku bisa bertahan? sehari saja sangat menyiksa." keluh Andrew.
"Kamu ini bagaimana? bukankah kamu yang berambisi mengeruk harta kekayaan wanita gemuk itu? apa sekarang kamu sudah mau menyerah, Andrew? ingat tujuan awalmu. Kamu harus bisa setidaknya mendapatkan setengah dari miliknya, ok." jawab sang Mama yang memberikan semangat.
"Ya, baiklah. Ma, kurasa dia menghubungiku. Kumatikan dulu telepon Mama, ok. Dahh ..." kata Andrew.
Andrew mengkhiri panggilan dari Mamanya dan langsung menerima panggilan dari Tania.
"Ya, sayang. Maaf, aku baru menghubungimu. Ponselku tertinggal di dalam mobil dan aku tertidur di hotel karena temanku membawaku ke sana." jelas Andrew tanpa diminta.
"Apa kamu baik-baik saja, sayang? aku sangat mengkhawatirkanmu." tanya Tania yang memang sedang khawatir.
"Aku baik-baik saja, sayang. Maafkan aku. Kamu pasti kecewa. Aku sungguh menyesal." dusta Andrew meminta maaf pada Tania.
"Tak apa. Aku bisa mengerti. Apa kamu sudah makan? aku akan bawakan sarapan yang Bibi masak." tanya Tania.
"Ya, bawalah. Aku ada di kantor saat ini. Aku juga ingin sekali bertemu denganmu karena aku merindukanmu, sayang." ucap Andrew manis. Tentu saja ucapannya hanyalah kebohongan semata.
"Aku juga merindukanmu. Aku tutup dulu, aku mau siapkan sarapanmu. ok." kata Tania berpamitan ingin mengakhiri panggilan.
"Ok," jawab Andrew.
Panggilan diakhiri oleh Tania. Andrew langsung menghela napas panjang. Ekspresi wajah yang sebelumnya tersenyum, berubah menjadi suram. Ia tidak menyangka, berpura-pura bahagia dan mencintai seseorang yang tidak dicintainya sangat menyesakkan.
***
Edward bangun lebih awal dan langsung berolahraga. Itu adalah kegiatan rutin Edward untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhnya. Edward adalah, seseorang yang menerapkan pola hidup sehat. Ia menjaga dan memperhatikan pola makan dan istirahatnya.
Bella juga ingin berolahraga. Ia melihat Edward baru saja selesai berolahraga dan hendak pergi untuk mandi.
"Apa kamu sudah selesai?" tanya Bella.
"Hm," gumam Edward menjawab.
"Oh, ya. Berikan aku uang, aku mau pergi belanja. Kamu kan sudah berjanji, memberikan apapun yang aku minta karena kamu tak bisa memberikan hati dan cintamu." kata Bella.
"Ya, aku akan mentransfermu. Belanjalah sesukamu," jawab Edward yang langsung pergi.
Bella tersenyum seakan mengejek. Ia menatapi kepergian Edward. Ia lalu menyalakan musik di ponselnya.
"Dasar pria dingin. Jika bukan karena perjodohan yang menguntungkan Pamanku, aku tak akan mau menikah denganmu. Kamu kira kamu siapa? hanya bertampang tampan saja tidaklah cukup. Memangnya aku hanya butuh tampan? aku butuh seseorang yang perhatian dan peduli padaku, bukan pria dingin sepertimu. Huh ... " batin Bella mengeluh.
Bella meletakan ponselnya di atas meja. Ia melakukan gerakan pemanasan, sebelum melakukan olahraga.
***
Bella selesai mandi dan pergi meninggalkan kamar menuju meja makan. Ia melihat Edward sudah sarapan lebih dulu. Bella duduk, ia mulai untuk sarapan.
"Aku sudah mentransfer uang yang kamu minta," kata Edward.
"Ya," jawab Bella.
Bella mengambil roti isi sebagai menu sarapannya. Ia sarapan sambil bermain ponsel. Bella sedang membalas chat temannya, mereka membuat janji temu untuk pergi belanja bersama.
Edward berdiri dari tempat duduknya. Ia lantas pergi meninggalkan Bella di meja makan. Rupanya Edward hendak pergi ke kantor.
Bella melirik, ia menatap kepergian Edward. Dalam hati Bella merasa kesal. Ia mengklaim Edward seperti jijik saat berada di sisinya.
"Menyebalkan. Memangnya dia akan terlambat, jika duduk semeja denganku lebih lama? apa dia pikir aku jamur beracun yang harus dihindari? Hahhhh ... (menghela napas) mengesalkan. Membuatku tidak selera makan saja." batin Bella kesal.
Ponsel Bella berdering. Ia mendapatkan panggilan dari teman lamanya. Bella pun menerima panggilan tersebut dan mereka berbincang. Ternyata temannya mengundang Bella ke pesta ulang tahun seseorang yang dikenal oleh teman Bella. Yang tidak lain, temannya itu ingin mengajak Bella bersenang-senang.
Tentu saja Bella langsung setuju. Ia sudah lama menanti-nantikan ingin bersenang-senang. Temannya memberitahu lokasi yang harus Bella datangi dan waktu dimulainya acara. Bella tahu lokasinya, ia mengiakan ucapan temannya itu. Sesudahnya, teman Bella pun mengakhiri panggilan.
Bella tersenyum, "Yeah ... akhirnya, akan akan bersenang- senang." gumam Bella.
Ia dengan lahap memakan roti isi yang sebelumnya ia abaikan. Kini nafsu makannya sudah kembali membara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments