SMH (4)

Tania datang ke kantor. Ia membawa kotak berisikan sarapan yang dibuat Bibi pelayan rumahnya. Ia bertemu beberapa staf dan disapa. Tania menyapa balik dan tersenyum cantik.

Bagi beberapa staf, Tania memanglah sosok wanita yang ramah dan baik. Wajahnya cantik meski ukuran dan bentuk tubuhnya tak sempurna. Sebagai anak pemilik perusahaan, tentu saja semua pekerja tidak ada yang berani mencemoh fisik Tania. 

Beberapa dari pekerja juga ada yang bergosip dan membicarakan Tania dibelakang Tania. Mereka menduga, Tania melakukan sesuatu pada Andrew, sehingga Andrew mau menikah dengan wanita berlemak seperti Tania. Mereka menilai, Tania beruntung terlahir di keluarga kaya raya dan memiliki segalanya. Tidak hanya berlimpah harta, bahkan Tania pun memiliki suami tampan seperti Andrew.

***

Tania mengetuk pintu dab membuka pintu. Ia mengintip apa yang sedang suaminya lakukan di dalam ruangan.

"Sayang .... " panggil Tania.

Andrew menatap ke pintu, "Hai, sayang. Masuklah," kata Andrew tersenyum.

Andrew berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendekati pintu. Ia membukakan pintu untuk Tania.

Tania berjalan masuk ke dalam ruang kerja Andrew. Ia meletakkan bungkusan di meja dan duduk. Andrew menyusul duduk di sisi Tania.

"Kamu sudah makan?" tanya Andrew.

Tania menganggukkan kepala. Ia menjawab, jika ia sudah sarapan di rumah. Tania membuka tas yang ia bawa, ia mengeluarkan kotak makan dan membuka penutup kotak makan itu.

"Makanlah. Bibi pelayan rumahku yang membuatnya. Kamu pasti suka, masakan Bibi sangat enak," kata Tania memuji masakan Bibi pelayannya.

Andrew tersenyum, ia pun mencicipi makanan yang yang dibawa Tania. Rasanya memang tidak terduga. Begitu enak dan lezat sampai membuat Andrew lahap.

Melihat suaminya lahap makan, Tania pun merasa senang. Ia berpikir, Andrew pasti menyukai masakan Bibi pelayan sama seperti dirinya.

"Bagaimana rasanya?" tanya Tania menatap Andrew.

"Enak sekali. Terima kasih, sudah membawakannya untukku," kata Andrew.

Tania tersenyum, "Ya, sama-sama. Kalau kamu mau, nanti siang juga bisa makan masakan yang dimasak oleh Bibi." kata Tania.

Baru saja Andrew ingin menjawab, ponsel Andrew berdering. Andrew meminta izin pada Tania untuk menerima panggilan yang masuk ke ponselnya.

"Maaf, aku terima telepon dulu." kata Andrew.

Tania mengangguk. Ia meringkas kotak makan yang isinya sudah dimakan habis oleh Andrew. Tania melihat Andrew sedang bercakap-cakap dengan seseorang di telepon.

Tidak lama panggilan berakhir. Andrew meletakkan ponsel dan mengambil botol air minum, lalu meminumnya.

"Siapa yang telepon?" tanya Tania penasaran.

"Oh, teman sekolahku." jawab Andrew.

"Ah, begitu. Nanti siang, mau aku bawakan lagi makananmu?" tanya Tania.

Andrew pun menolak. Ia mengatakan kalau ia ada janji temu dengan temannya karena harus membicarakan sesuatu. Temannya ingin menceritakan tentang hal penting seputar pekerjaan.

Tania mengerti. Ia pun berpamitan karena harus menyapa Papanya dan kembali pulang. Ia meminta Andrew untuk cepat pulang agar bisa makan malam bersama.

Andrew tersenyum, ia mengiakan permintaan Tania. Meski dalam hatinya sebenarnya ia ingin Tania cepat-cepat pergi dari hadapannya.

"Ayolah, cepat pergi dari hadapanku." batin Andrew.

"Aku pergi dulu, ya. Semangat kerja, sayang. Aku mencintaimu." kata Tania menyemangati Andrew.

"Ya, sayang. Aku juga mencintaimu." jawab Andrew berbohong.

Tania pun pergi dari ruangan Andrew. Setelah kepergian Tania, Andrew tampak bisa bernapas lega. Entah mengapa ia terlihat begitu tertekan dan tidak nyaman berada di sisi Tania.

***

Siang harinya ....

Andrew sedang makan siang dengan temannya sekalian membahas tentang pekerjaan. Kekasih dari teman Andrew ternyata akan mengadakan pesta. Ia lantas mengundang Andrew untuk datang karena keduanya berteman cukup dekat.

"Apa kamu sibuk nanti malam?" tanya seseorang bernama Michael.

"Tidak. Ada apa?" tanya Andrew.

"Begini. Hari ini adalah hari ulang tahun kekasihku. Jadi, dia mengadakan pesta. Aku diminta mengundang teman-temanku. Apa kamu mau datang?" tawar Michael.

Kebetulan yang tak terduga bagi Andrew. Ia yang sejak tadi memikirkan apa yang harus dilakukan untuk tetap sibuk dan tidak pulang pun akhirnya menemukan alasan.

Andrew tersenyum, "Ah, kesempatan bagus. Malam ini pun aku bisa menghindar dari si gemuk, Tania." batin Andrew.

"Ya, tentu saja aku akan datang, jika sudah diundang. Kirim saja alamat dan waktunya." jawab Andrew bersemangat.

"Ok. Aku akan kirim sekarang. Takutnya nanti aku lupa," kata Mike  yang langsung mengetik pesan berisi alamat dan waktu pesta berlangsung.

Andrew menerima dan membaca pesan dari Mike. Rupanya, tempat itu adalah tempat yang biasa didatangi Andrew dan teman-temannya untuk berkumpul. Ia terlihat senang. Andrew kembali memiliki alasan untuk tidak pulang lagi ke rumah dan tidak perlu menghabiskan malam bersama Tania.

***

Malam harinya ....

Bella tampak glamor dengan balutan gaun hitam sepanjang bawah lutut. Dengan gaya rambut terurai dan make up natural, ia terlihat cantik memesona. Bella siap untuk pergi ke pesta.

Sebelum pergi meninggalkan rumah, ia berpesan pada pelayan rumah untuk meyampaikan pada Edward, jika ia pergi ke pesta ulang tahun teman.

"Bi, jika Edward datang dan bertanya, katakan saja aku pergi ke pesta ulang tahun teman. Aku akan mengirim pesan padanya. Ok." kata Bella yang langsung berjalan meninggalkan Bibi pelayan yang berdiri di ruang tengah.

"Baik, Nyonya." jawab Bibi Pelayan.

Sambil berjalan, Bella mengetik pesan untuk Edward. Ia mengatakan sesuai dengan apa yang ia sampaikan pada Bibi pelayan. Dengan diantar supir, Bella pergi ke tempat tujuannya.

***

Sementara itu di kantor, Edward tampak sedang kesal. Di hadapannya ada tiga orang stafnya yang ternyata adalah pelaku kejahatan yang mengacak-acak seiisi ruangannya. Ketiganya mengaku bersalah dan bersedia menerima hukuman yang berlaku.

"Apa yang harus kita lakukan, Pak?" tanya si Asisten.

"Apa lagi. Tentu saja aku harus mengirim mereka semua ke penjara." jawah Edward.

"Ti-tidak, Pak. Tolong, jangan laporkan kami." kata seseorang berlutut sambil memohon.

"Jangan, Pak. Ampuni kami," kata seseorang lain.

"Maafkan kesalahan kami dan tolong beri kami kesempatan, Pak." kata seseorang lagi.

Edward tersenyum dingin, "Apa kalian pikir itu berpengaruh padaku? aku paling tidak suka dikhianati. Kalian sudah aku percaya sebagai stafku, tapi kalian mau mencuri data rahasia perusahaan?  setelah ketahuan lantas kalian meminta pengampunan? Hahaha ... kalian pikir aku ini apa?" kata Edward.

Ketiga orang yang berlutut itu pun sampai bersujud demi tidak dilaporkan ke polisi. Mereka menangis dan memohon ampun. Mereka mengaku bersalah, berjanji tidak akan mengulang hal yang sama dan minta diberikan kesempatan.

Sebagai orang yang paling tidak suka akan pengkhianatan, tentu saja permohonan ketiga orang itu segera di tolak olehnya. Edward adalah orang yang tidak bisa dipermainkan, apalagi jika itu menyangkut pekerjaan.

Edward meminta asistennya memangil polisi yang sudah bersiap sejak tadi di luar ruangan Edward. Polisi-polisi itupun masuk dan langsung menangkap ketiga pelaku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!