SMH (2)

Dua jam sebelum kepergian Andrew ....

Andrew dihubungi  teman dekatnya. Temanya itu sedang mengadakan pesta ulang tahun dengan skalai kecil di bar, di tempat biasa mereka beramai-ramai datang dan menghabiskan waktu untuk mengobrol juga minum.

Mereka sebenarnya hanya iseng saja. Teman-teman Andrew mengira, jika Andrew tidak akan datang karena sedang sibuk dengan sang Istri. Namun, semua orang terkejut dengan kedatangan Andrew malam itu.

"Oh, kamu datang? kami kira kamu sibuk di dalam selimut dengan istrimu." sahut seorang teman Andrew yang bicara secara terang-terangan.

"Itu tidak penting. Tidak harus dilakukan malam ini juga, kan." jawab santai Andrew. Ia juga tidak ingin teman-temannya curiga. Jika ia hanya memanfaatkan Tania.

"Lalu, apa istrimu tidak merajuk?" tanya seseorang yang duduk di samping Andrew.

"Tidak sama sekali. Dia justru tersenyum saat melepas kepergianku." jawab Andrew lagi berbohong.

"Wah, wah. Istrimu orang yang sangat baik dan berhati lapang, ya. Jika itu istriku, pasti aku sudah ditahan. Dia pasti akan menangis dan meraung memintaku tidak pergi." Sahut seseorang yang berada di sisi lain Andrew.

"Ayolah, teman-teman. Bukankah ini pesta ulang tahun? kita hanya perlu bersenang-senang tanpa memikirkan sesuatu yang merepotkan." kata Andrew mengalihkan topik pembicaraan.

"Ya, ya. Andrew benar. Ayo, minum. Kita tidak boleh melewatkan kesempatan baik ini. Jarang sekali kita berkumpul seperti ini, kan. Ini momen langka, kita harus puas minum malam ini." kata seseorang yang duduk di hadapan Andrew, ia bicara dengan menggebu-gebu.

Andrew tersenyum tipis, "Uhh, siapa juga yang ingin menghabiskan malam panas dengan wanita berlemak seperti Tania. Meski cantik, tetapi tubuhnya ... ah, memikirkannya saja aku langsung tidak berselera. Tidak perlu dilihat juga aku sudah bisa tahu bentuk tubuhnya itu. Ck, sampai kapan aku akan menghindarinya seperti ini." batin Andrew.

Malam itu, Andrew minum sampai mabuk bersama teman-temannya. Karena tidak tahu di mana alamat rumah Andrew yang ditinggali, salah seorang teman Andrew membawa Andrew ke Hotel. Di sana temannya itu memesan kamar atas nama Andrew dan pergi meninggalkan Andrew setelah membantu Andrew berbaring di tempat tidur.

Temannya itu meninggalkan catatan. Ia menuliskan permintaan maaf karena meninggalkan Andrew begitu saja di Hotel.

***

Edward telah menyelesaikan pekerjaanya. Ia lantas berdiri dari duduknya dan berjalan ke sofa yang ada di ruang kerjanya. Ia ingin merebahkan tubuhnya yanh lelah.

"Cukup untuk sekarang. Saatnya beristirahat. Ah, lelahnya." gumam Edward mengusap lembut tengkuk lehernya yang terasa kaku.

Ia langsung duduk lalu, berbaring. Edward yang lelah, sudah malas untuk kembali ke kamarnya. Meski ia dan Bella akan tidur berpisah tempat tidur, tetap saja mereka akan berada di dalam satu ruangan yang sama. Hal itu dilakukan untuk menjaga nama baik keluarga.

Edward dan Bella tidak ingin ketahuan bersandiwara. Maka dari itu, Edward memilih menempatkan satu ranjang lagi di kamarnya untuk Bella. Menghindari, kalau-kalau ada seseorang yang datang bertamu ke rumahnya. Terutama kedua orang tua Edward dan Paman dari Bella.

Setelah berbaring, nyatanya Edward tak kunjung bisa memejamkan mata. Ia menatap langit-langit kamarnya dan berpikir. Apakah pernikahan ini akan bertahan lama tanpa adanya rasa ketertarikan satu sama lain? atau pernikahan tanpa cinta ini akan menjadi pernikahannya yang pertama dan terakhir?

Edward terlalu sibuk bekerja, sehingga ia tidak  sempat memikirkan wanita, apalagi berkencan. Bagi Edward, waktuny sangat berharga. Dan pekerjaanlah prioritasnya. Ia tidak senang menunda pekerjaan dan akan menyelesaikannya sampai tuntas, meski itu harus lembur. Dan karena itulah orang tua Edward yang khawatir pun akhirnya menjodohkan Edward dengan Bella.

Edward dan Bella beberapa kali bertemu untuk kencan buta. Sejak awal keduanya memang tidak saling menyukai dan saling jujur akan hal itu. Bella hanya menurut apa kata Pamannya yang merupakan walinya, begitu juga Edward yang menurut apa kata Papa dan Mamanya karena malas berdebat, jika menolak. Keduaya latas menjalin kesepakatan untuk bersandiwara dengan tujuan untuk menyenangkan masing-masing keluarga.

Karena Bella mencintai uang lebih daripada apapun. Ia pun meminta bayaran, jika ingin mengjaknya bersandiwara. Edward yang tidak mempermasalahkan itu pun setuju. Ia bahkan langsung mentransfer uang mukanya pada Bella.

Edward mendengar ponselnya berdering. Ia memalingkan pandangan menatap ponselnya di atas meja kerja. Edward segera bangun dan berjalan menuju meja kerjanya untuk mengambil ponselnya. Ia mendapatkan panggilan dari Asistennya.

Edward pun menghubungi Asistennya itu. Ia tahu, pasti ada hal penting kalau sampai Asistennya menghubunginya, apalagi di waktu yang tak biasa seperti saat itu.

"Hallo, Pak." jawab si Asisten.

"Ya, ada apa?" tanya Edward.

"Pak, sepertinya ada masalah di kantor. Bisa Anda datang ke kantor sekarang? Maaf, bukannya saya berniat mengganggu waktu istirahat Anda. Akan tetapi ... " kata-kata Asisten terhenti begitu saja.

Edward menatap jam di dinding ruang kerjanya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Kamu ada di mana?" tanya Edward.

"Saya di ruang kemananan melihat kamera pengawas, Pak. Saya tadi dihubungi kepala keamanan dan diminta datang. Ruangan Bapak pintunya terbuka dan keadaan dalam ruangan berantakan. Dokumen dan pembukuan yang tersusun rapi di lemari berserakan di lantai. Karena itulah saya langsung menghubungi Anda dan mencari tahu apa yang terjadi lewat kamera pengawas." jelas Asisten.

Edward kaget, "Sampai seperti itu? baiklah, aku akan datang sekarang. Periksa dengan baik rekaman kamera penngawas." kata Edward.

Edward pun mengakhiri panggilan Asistennya dan bergegas pergi meninggalkan ruang kerja. Karena ia hanya mengenakan kaus, ia pun masuk dalam kamar untuk mengambil mantel. Ia melihat Bella sudah terlelap di tempat tidurnya. Ia pun segera mengeluarkan mantel dari dalam lemari dan pergi dari kamar.

Tidak lama Edward keluar dari kamar, Bella pun terbangun dan melihat sekitaran. Ia merasa ada seseorang masuk dalam kamar.

"Apa itu Edward?" batin Bella.

Karena masih mengantuk, Bella pun lanjut tidur. Ia tidak peduli siapa yang masuk dalam kamar dan sedang melakukan apa. Ia hanya ingin istirahat agar esok hari bisa menjalankan rutinitasnya lagi.

***

Di kantor. Asisten Edward sibuk memeriksa rekaman kamera pangawas bersama para petugas keamanan.

"Apa kalian tidak bertemu atau melihat seseorang yang mencurigakan?" tanya Asisten Edward menatap semua orang di dalam ruangan.

"Tidak, Pak." jawab salah seorang.

"Tidak ada orang yang mencurigakan. Semua yang saya temui adalah staf dan karyawan perusahaan. Mereka mengenakan kartu tanda pengenal pekerja." kata petugas lain.

Sisanya hanya menggeleng tanpa suara. Mereka semua tidak mencurigai siapapun. Asisten Edward menatap layar monitor dan terus fokus. Ia mengeryitkan dahi karena penasaran siapa orang yang sudah masuk dan mengacak-acak ruang kerja Bossnya. Ia juga penasaran apa tujuan penjahat itu melakukannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!