''Bagaimana kabarmu sayang?'' tanya Pak Setiawan lembut semberi mendarat kan boking nya di atas kasur yang sudah tak layak di pakai itu.
''Alhamdulillah Lini sangat baik Pa, kabar Papa sendiri bagaimana,'' jawab Mahalini seraya bertanya keada'an Papa nya yang sudah 5 bulan tidak ia temui, karena Mama nya melarang Mahalini bertemu dengan suaminya.
''Papa juga baik kok sayang, Papa dengar kamu sedang sakit? apa kita harus pergi ke dokter untuk memeriksakan keada'anmu, lihatlah wajahmu sangat pucat,'' kata Pak Setiawan lirih ketika menatap wajah puteri nya yang begitu meneduhkan hatinya.
''Nggak usah Pa, Lini sudah minum obat kok, nanti juga akan sembuh sendiri kok,'' tolak nya dengan lembut. Mahalini tidak mau merepotkan keluarga yang sudah baik merawat nya selama ini.
'Cuma Papa dan Farel yang peduli kepadaku, kenapa kalian begitu baik kepadaku? kalian tau sendiri kalau aku hanya anak pungut yang kebetulan numpang di rumah mewah ini,' batin Mahalini. Mengingat dirinya yang sengaja di tinggalkan di pinggir jalan 20 tahun lalu.
''Ya sudah Papa balik ke kamar dulu ya, kamu istirahat saja agar besok lebih segar?'' kata Papa Setiawan lembut, tangannya mengusap rambut panjang Mahalini yang terjatuh di pipi chubby nya.
''Iya Pa, Papa juga istirahat ya. Selamat Pa,'' sahut Mahalini yang sudah mulai membaringkan tubuhnya.
''Farel, kamu ikut Papa ke ruangan kerja sekarang?'' gumam Papa Setiawan pada adiknya.
''Iya Pa sebentar?'' jawab nya singkat. ''Kak Lini cepat tidur, besok aku ajak jalan jalan?'' ujar Farel seraya menarik turunkan alisnya ketika sedang menatap wajah cantik sang kakak.
''Awas saja kalau bohong?'' balas Mahalini sembari menarik selimutnya sampai batas dadanya.
''Sumpah aku akan ngajak kak Lini jalan jalan besok, jadi cepat bangun dan kembali sehat untuk besok,'' jawab Farel yang tak terima di katakan pembohong.
Mahalini mengulas senyum di bibir manisnya sejenak, melupakan rasa sakit yang sedari tadi menyerang di seluruh tubuhnya, di tambah lagi dengan jambakan dari Mama angkat nya.
Kini Farel sedang berada di ruangan kerja Papa nya, Pak Setiawan membicarakan masalah yang sering di alami puteri angkat nya Mahalini dengan sang putera.
''Papa mau ngomong apa sekarang pda Farel?'' tanya nya tho the poin.
''Papa ingin menjauhkan kakak mu Mahalini, dari Mama kamu? tapi Papa tidak ingin Mama mengetahui kalau Papa sudah tau apa yang sudah di lakukan oleh Mama kamu kepada Mahalini selama ini,'' jawab nya dengan panjang lebar.
''Jadi Papa sudah tau, kalau kak Lini sering mendapatkan kekerasan dari Mama!'' tanya Farel terkejut dengan penuturan Papa nya.
''Sebenarnya Papa sudah tau dari dulu dari seseorang, yang memang Papa tugaskan untuk menyelidiki Mahalini selama ini. Karena Papa pernah di telfon oleh dosen Mahalini, yang mengatakan kalau kakak kamu itu tidak pernah masuk kuliah, sedangkan uang bulanan selalu Papa tranfer ke Mama dan bilang kalau Mahalini selalu ngampus, tapi buktinya nol besar,'' kata Pak Setiawan yang mulai menceritakan semuanya kepada putera semata wayang nya.
''Terus, apa yang di lakukan Papa selanjut nya,''
''Papa minta bantuan kamu untuk membawa Mahalini keluar dari rumah ini, atau setelah itu kita umpetin Mahalini di sebuah rumah,'' Pak Setiawan mulai memberi ide kepada putera nya.
''Maksud Papa dengan kata lain di culik githu?!'' tanya Farel kaget dengan pernyata'an Papa nya.
Pak Setiawan terlihat menganggukkan kepalanya dengan antusias, tapi anggukan itu hanya berlaku beberapa detik saja, setelah itu dia merasa kecewa kepada putera nya yang bilang kalau dia tidak setuju dengan caranya.
''Kalau memakai cara seperti itu, Farel tidak setuju Pa!'' balasnya dengan menyilangkan tangan di dada nya. ''Kak Lini akan sedih juga kan kalau kita kurung di dalam rumah itu sendirian,'' lanjutnya yang membuat Pak Setiawan menghembuskan nafas dengan kasar.
''Maksud Papa bukan mengurung Lini, tapi Papa ingin menyekolahkan Lini tanpa sepengetahuan Mama kamu,'' jelasnya. Farel nampak menyunggingkan senyuman nya setelah mendengar penjelasan dari Papa nya, di mengira Papa nya akan mengurung Mahalini seperti seorang tawanan yang kebanyakan begitu.
''Baiklah, kita jalankan rencana ini besok siang, Papa tinggal mencari tempat untuk kak Lini yang lumayan jauh dari Mama,'' gumam nya pelan, sembari menjabat tangan Papa nya.
''Besok Papa serlok alamat nya?'' jawab Pak Setiawan dengan sumringah.
''Sebentar lagi kamu tidak akan merasakan penderita'an yang sudah di berikan oleh Mama angkat kamu sayang?'' Gumam Pak Setiawan dengan lirih, gumaman tersebut di dengar oleh Farel dan langsung mengaminkan ucapan Papa nya.
''Walau berat bagi Farel yang akan jauh dari kak Lini, tapi Farel akan mencoba ikhlas untuk kebahagia'an kakakku Pa,'' sambung Farel membuat Pak Setiawan mengalihkan pandangan nya kepada sang putera, dimana dia sudah mengeluarkan air mata.
''Kita akan melakukan semua ini dengan semurni mungkin, jangan sampai Mama dan kakak kamu Almira tahu tentang rencana ini, Papa takut Mahalini akan mendapatkan kekerasan lagi dari dia,'' pesan Pak Setiawan yang langsung di angguki oleh Farel.
''Baiklah, kalau sudah tidak ada lagi yang mau di bahas, Farel kembali dulu ke kamar Pa. Ada tugas yang harus Farel selesaikan hari ini juga,'' Ucap Farel ramah kepada Papa nya.
''Baiklah, Papa juga akan melanjutkan pekerja'an Papa yang sebagian di bawa pulang, karena ingin cepat pulang dan mengetahui keada'an Mahalini saat ini,'' jawab Pak Setiawan dan mengangguk kan kepalanya pelan.
Farel keluar dari runlangan kerja Papa nya, dan dia harus mengelus dada karena ketika membuka pintu, nampak di sana Mama Agnes sudah berdiri di samping pintu dengan melipat kedua tangan di depan dadanya.
''Kamu kenapa Farel?'' tanya Mama Agnes begitu melihat putera nya keluar dari ruangan suaminya dengan wajah pucat nya.
''Mama yang kenapa! tiba-tiba berdiri di depan pintu tanpa memberi tahu dulu, kayak Jailangkung saja,'' balas Farel sambil terus mengusap dada nya yang tengah naik turun karena terkejut dengan keberada'an Mama nya.
''Untung Farel tidak jantungan, kalau jantungan kan Farel bisa mati begitu saja Ma, di tambah lagi Farel juga belum merasakan nikmatnya surga dunia,'' tambah nya dengan panjang lebar.
'Jangan sampai Mama mendengar siasat yang tadi kita bicarakan di dalam,' batin Farel.
''Sudah ngomongnya, sekarang giliran Mama yang ngomong dan kamu yang dengerin oke!'' Agnes sedikit memekikkan suaranya.
''Ya tinggal bicara saja, apa yang masih di tunggu sich,'' bantahnya, Farel paling males mendengarkan ocehan Mama nya, tapi mau bagaimana lagi, pikir Farel.
Apa yang akan di bahas Farel dan Agnes sang Mama.
Terima kasih yang sudah mampir🙏
Jangan lupa like komen dan favorit kan ya, Terima kasih🙏💕🙏💕🙏💕🙏💕🙏💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments