''Bangun anak pemalas!!'' teriak Agnes membuat Mahalini buru buru merubah posisi tidur nya dengan duduk, walaupun dia masih merasa ngantuk tapi apa boleh buat, sang nyonya sudah bertindak dan sebentar lagi pasti akan ada drama yang akan di mulai oleh puteri kesayangan nya.
''Bersihkan tempat tidur kamu dan cepat masakin kita berdua sekarang,'' lagi lagi Agnes berteriak tepat di samping telinga Mahalini yang membuat Mahalini menutup matanya menghadapi sang Mama.
''Iya Mah,'' Ucap Mahalini dengan tanpa tenaga di dalam tubuh nya, karena dia sudah melewatkan makan malam nya karena mendapatkan siksaan yang begitu memilukan baginya.
''Kerjakan sekarang, awas saja kalau sampai lama!'' sahutnya dengan ketua dan berjalan menuju pintu kamar Mahalini yang berukuran kecil. Agnes menutup pintu dengan begitu kasar sehingga menimbulkan bunyi.
Brakkk
Mahalini mengelus dadanya seraya mengambil hijab yang biasa dia lilitkan ke perutnya ketika rasa lapar sedang menyerang.
''Sabar Lini,'' gumamnya pelan seraya mengelus dada, dan memakai baju yang ada di sampingnya.
Mahalini berlari dari kamar nya menuju ke arah dapur, di mana di sana sudah ada Farel yang sedang membuat sarapan nya sendiri.
''Kamu nggak mau nunggu kakak bikin nasi goreng?'' tanya Mahalini kepada sang adek, sedangkan tangannya sudah mengiris bawang dan juga beberapa bahan yang akan menjadi campuran nasi goreng nya nanti.
''Tidak usah kak, harusnya kakak istirahat di kamar bukannya masak begini,'' seru Farel yang melihat wajah pucat kakak nya.
''Nggak apa apa kok dek, kalau kakak tiduran terus nanti makin sakit, lagian kakak juga nggak sakit kan,'' gumam nya seraya terus mengaduk nasi yang sudah ada di penggorengan.
Sesekali Lini mengetes rasa masakan nya, apakah sudah pas atau masih kurang. ''Sudah enak kok kak, jadi ngiler?'' kata Farel ketika mencium bau nasi goreng yang begitu menggoda.
''Kamu bawa ke sekolah saja ya,'' Mahalini memberi ide kepada adeknya.
''Okelah kalau kak Mahalini memaksa,'' balasnya seraya mengambil tempat makan persegi kotak berwarna biru.
''Terima kasih kak?'' Ucap Farel ketika Mahalini sudah memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas sekolah nya. ''Farel berangkat sekolah dulu ya,'' pamit Farel seraya mencium punggung tangan Mahalini.
Farel lebih memilih lewat pintu samping ketimbang lewat pintu utama rumah nya, Farel paling malas bertemu dengan Mama dan juga sang kakak yang biasa duduk di ruang tamu.
''Lama banget sich Lini, gue sudah lapar!!'' teriak Almira ketika dia sudah berada di ruang makan, namun tak nampak makanan di meja makanan nya yang membuat Almira geram.
''Sebentar kak, ini sudah selesai kok,'' jawab Mahalini melangkah menuju meja makan dengan memegang dua piring di tangan nya.
''Ini kak?'' Mahalini menaruh nasi goreng bikinan nya di atas meja, tepat di depan Mama dan kakak nya.
Mereka berdua nampak mulai menikmati sarapan nya, sedangkan Mahalini langsung beberes di dapur, membersihkan semua ruangan dan alat alat masak yang ia gunakan tadi. Setelah itu Mahalini membersihkan rumah dan di lanjutkan dengan mengepel seluruh rumah nya, tanpa ada yang terlewat kan sama sekali.
...****************...
Di sisi lain Pak Setiawan sedang mengawasi anggota keluarga nya dari jarak yang lumayan dekat, agar dia tau dengan jelas semua perlakuan dari istri beserta puteri yang sangat ia sayangi.
Setelah hampir satu jam Pak Setiawan barulah menemukan perlakuan yang menurut dia sudah melewati batas yang di lakukan oleh istri nya.
''Kamu buta ya, baju ini sangat mahal. Kenapa kamu menjemur nya di sini,'' Ucap nya dengan ketus sembari menarik rambut Mahalini dengan kuat, sehingga mau tak mau kepala Mahalini juga ikut karena tarikan tersebut.
''Maaf Ma, Lini tidak tau kalau baju ini tidak boleh di jemur langsung?'' jawab nya dengan lirih, sedangkan air matanya sudah mengalir di kedua pipinya.
Agnes terus saja menarik rambut Mahalini yang panjang, tanpa mau melepaskan genggaman nya dari rambut hitam gadis yang begitu menyedihkan di mata Pak Setiawan.
Pak Setiawan mencoba menarik nafas panjangnya, karena dia sudah merasa sesak di dadanya ketika melihat puteri angkat nya di perlakukan seperti itu oleh sang istri. Terkadang Agnes bersikap baik kepada Mahalini ketika ada Pak Setiawan di rumahnya.
Sedangkan Pak Setiawan tak pernah berada di rumah, dia selalu berangkat pagi dan pulang malam, sampai akhirnya dia hanya bisa menengok putera dan juga puteri nya ketika weekend saja, itupun hanya satu hari.
Pak Setiawan memejamkan matanya untuk tidak terlalu emosi ketika sudah masuk ke rumah nya. Pak Setiawan menyalakan mesin mobil nya menuju gerbang rumah yang sudah 25 ia tempati bersama Agnes istrinya.
Satpam pun yang melihat mobil tuannya pun segera membuka lebar lebar, namun sang tuan masih saja membunyikan klakson nya, agar Agnes bisa mengetahui kedatangan nya.
Pak Setiawan tidak akan tega melihat puteri angkat nya di perlakukan semena mena seperti itu di hadapan nya.
''Selama ini Mama sudah sangat kejam kepada kamu sayang?'' Gumam Pak Setiawan sebelum membuka pintu mobil nya.
''Papa,'' sapa Agnes kepada suaminya yang baru sampai di rumah nya.
''Tumben siang siang gini sudah sampai rumah,'' tanya Agnes penasaran, yang membuat Agnes di landa rasa khawatir. Khawatir kalau suaminya tau perlakuan dia terhadap anak angkat nya, dan Agnes juga khawatir? kalau suaminya tau kalau Mahalini hanya di jadikan babu oleh nya, dan tidak di ijinkan untuk meneruskan sekolah nya.
''Apa Papa tidak boleh pulang cepat?'' sahut Pak Setiawan yang langsung masuk begitu saja, setelah memberikan tas kerjanya kepada sang istri.
''Bukannya gitu Pa, Mama hanya nanya saja,'' balasnya seraya mengikuti langkah suaminya. ''Biasanya Papa kan selalu pulang malam kalau weekend seperti ini,'' tambah nya lagi, tanpa mau meninggalkan suaminya sedetik pun.
'Aku harus sabar menghadapi Agnes? agar dia tidak merasa curiga kalau aku pulang cepat karena ingin tau kelakuan kamu di belakang ku,' gumam nya dalam hati seraya memandang wajah istri nya.
''Papa sengaja menyelesaikan pekerja'an Papa kemarin, karena Papa ingin melihat putera-puteri Papa yang sudah sangat lama tidak bertemu,'' jawab nya dengan senyum paksa nya.
''Mereka masih sekolah dan di kampus nya Pa, di rumah ini hanya ada Mama sama Mahalini saja,'' sambung Agnes yang kini sudah membawa minuman dingin, itupun suaminya yang memaksa untuk mengambilkan minuman nya, kalau tidak di paksa nggak mungkin Agnes akan melayani suaminya, walau hanya sekedar mengambilkan air minum untuk nya.
''Memang nya Mahalini tidak kuliah?'' tanya Pak Setiawan setengah menyelidik.
'Gawat, aku harus bilang apa nich sekarang,' batin Agnes.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Maulida
ya Allah bagus ceritanya,lanjut kak💪🥰
2023-03-06
2