Zanna segera membawa Ghava menuju ruang kelas yang biasa dia masuki, terlihat para mahasiswa dan mahasiswi sudah menunggu kedatangan mereka dengan sangat antusias. Terutama para kaum hawa yang sudah tidak sabar untuk melihat Ghava.
"Silahkan, Tuan." Zanna segera mempersilahkan Ghava untuk masuk ke dalam ruangan yang sudah diisi oleh banyak orang membuat laki-laki itu menjadi gugup.
"Hah." Ghava menghembuskan napas perlahan sebelum masuk ke dalam ruangan itu, jujur saja dia merasa gugup karena belum pernah memberikan pengajaran seperti ini.
"Tidak apa-apa, Tuan. Semua pasti akan berjalan dengan lancar," ucap Zanna membuat Ghava langsung melihat ke arahnya.
Dia tahu betul kalau saat ini laki-laki itu sangat gugup sekali, padahal Ghava adalah seorang pemimpin perusahaan yang sudah sangat terkenal. "Ternyata seorang pemimpin perusahaan juga bisa gugup seperti ini, ya? Menggemaskan sekali." Dia terseyum dengan lucu.
"Ah, ya. Saya merasa gugup sekali bila harus berhadapan dengan para mahasiswa seperti ini, mereka pasti jahil seperti saya dulu."
Ternyata itulah yang membuat Ghava menjadi gugup membuat Zanna semakin gemas saja padanya. "Mereka memang kadang seperti itu. Bahkan mereka anak-anak sekarang sering meminta dosen mereka untuk menyanyi."
"Be-benarkah?" tanya Ghava dengan panik. Jangankan untuk nyanyi, untuk bicara saja rasanya sudah gugup setengah mati.
"Hahahah, tidak, Tuan. Maaf, saya hanya bercanda."
Ghava langsung menghembuskan napas lega. "Dasar Anda ini, buat saya panik saja." Dia ikut tertawa geli dan itu berhasil mengurangi rasa gugup yang sejak tadi menyelimuti hatinya.
Mereka berdua lalu segera masuk ke dalam ruangan itu, membuat semua orang yang ada di dalamnya langsung bersorak senang dengan kehadiran Ghava.
Pengajaran itu berlangsung selama 2 jam. Setelahnya semua mahasiswa dan mahasiswi bubar barisan dari tempat itu.
Ghava segera mengucapkan terima kasih pada Zanna karena sudah menemani dan juga menghilangkan kegugupannya.
"Sama-sama, Tuan. Saya senang bisa menemani Anda seperti-" ucapan Zanna terhenti saat mendengar ponselnya berdering.
"Maaf, Tuan. Saya permisi sebentar,"
"Ah ya, silahkan."
Zanna langsung mengangkat panggilan dari suaminya saat sudah menjauh dari Ghava. "Halo, Calvin. Apa kau sudah sampai?"
"Halo Sayang, aku baru saja sampai. Sekarang sedang duduk di ruang tamu."
Zanna menghembuskan napas lega saat mendengar Calvin sudah sampai di rumah. "Syukurlah, Sayang. Sekarang kau istirahat saja, pasti sangat lelah kan." Dia merasa senang karena suaminya sampai dengan selamat.
"Baiklah, Sayang. Nanti aku akan menelponmu lagi ya, jaga diri baik-baik,"
"Iya, sayang,"
"Aku mencintaimu, Istriku," ucap Calvin membuat Zanna tersenyum malu-malu, padahal saat ini mereka sedang bicara melalui telepon.
"Iya, Sayang. Aku juga-"
Tut.
Panggilan itu terputus begitu saja membuat Zanna merasa kaget, padahal dia belum sempat membalas ungkapan cinta sang suami. "Kenapa tiba-tiba telponnya mati?" Dia merasa heran.
Tidak mau berpikir macam-macam, akhirnya Zanna memilih untuk kembali bersama dengan Ghava.
"Maaf karna sudah membuat Anda menunggu lama, Tuan," ucap Zanna saat sudah kembali bersama dengan laki-laki itu.
Ghava menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, Buk Zanna. Itu pasti telpon yang sangat penting."
Zanna tersenyum dengan manis membua Ghava tidak bisa mengedipkan kedua matanya. "Itu telpon dari suami saya, Tuan."
Ghava cukup terkejut dengan apa yang Zanna katakan, dia tidak menyangka kalau wanita itu ternyata sudah menikah.
Setelah semuanya selesai, Ghava segera pamit pulang untuk kembali ke perusahaan. Tidak lupa dia memberikan kartu namanya pada Zanna mana tau suatu saat nanti mereka kembali bertemu.
Zanna lalu kembali ke ruangannya saat sudah mengantar kepergian Ghava, dia duduk di kursi yang ada di tempat itu sambil membaca beberapa tugas yang dikumpulkan oleh para mahasiswa.
****
Tidak terasa, tiga bulan sudah berlalu begitu saja sejak kepergian Calvin. Hubungan rumah tangga di antara Zanna dan laki-laki itu juga berjalan dengan baik seolah-olah mereka tidak tinggal terpisah.
Saat ini, Zanna sedang menyiapkan kejutan untuk sang suami. Dia menghias kamarnya dengan berbagai pernak-pernak, tidak lupa kue ulang tahun yang sangat indah walaupun hanya bisa melalui video call saja.
"Bagus, semuanya sudah siap. Andai besok aku tidak ada kelas, sudah pasti aku akan langsung mendatangi Calvin." Zanna segera beranjak untuk mengganti pakaian. Dia ingin terlihat cantik dan rapi di mata laki-laki itu.
Setelah semua persiapan selesai, Zanna segera menghubungi Calvin karna saat ini jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.
Dengan semangat empat lima, dia segera menghubungi Calvin untuk merayakan ulang tahun laki-laki itu. Namun, sudah beberapa kali dia menelepon. Tetap tidak ada jawaban dari sang suami. "Apa dia sudah tidur?" Bisa jadi kalau saat ini Calvin sudah terlelap.
Pada saat Zanna akan meletakkan ponselnya ke atas meja, tiba-tiba benda pipih itu berdering membuat tangannya langsung mengangkat panggilan dari Calvin.
"Halo, Sayang."
Zanna mengernyitkan keningnya saat mendengar suara musik yang sangat kuat. "Kau sedang ada di mana, Calvin?" Dia merasa kalau saat ini suaminya itu sedang berada di sebuah klub.
"Aku sedang ada di club, Sayang. Teman-temanku ingin merayakan ulang tahunku, jadilah kami ke sini."
Zanna merasa senang dengan apa yang Calvin katakan, dia bersyukur kalau teman-teman dari suaminya memperlalukan Calvin dengan baik.
"Kalau gitu sudah dulu ya, Sayang. Aku tidak bisa mendengar suaramu," ucap Calvin kemudian.
"Baiklah, Sayang. Tapi aku ingin-"
Tut.
Panggilan itu langsung terputus saat Zanna belum selesai mengucapkan apa yang ingin dia katakan, padahal dia hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun.
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Sri Puryani
suami mulai tergoda
2025-03-26
0
abdan syakura
ahhhhhhh .....
Konflik dimulai,Zanna ....
2023-03-07
0
Aditya HP/bunda lia
kayaknya ada sesuatu deh ....
2023-03-05
0