Keesokan harinya, tepat pukul 9 pagi. Zanna berangkat dari rumahnya menuju tempat di mana sang suami berada, tentu saja dia tidak memberitahu Calvin karena ingin memberi kejutan untuk lelaki itu.
Sebelumnya, Zanna sudah meminta bantuan Lisa untuk mencaritahu tempat tinggal Calvin. Dia takut kalau suaminya itu memberikan alamat yang salah padanya saat bertanya dulu, dan ternyata alamat itu adalah benar.
Sepanjang perjalanan, Zanna hanya fokus untuk mengemudikan mobilnya saja. Dia tidak mau memikirkan apa yang Calvin lakukan padanya, karena itu akan mengganggu perjalanannya saat ini.
Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 4 jam lamanya, akhirnya Zanna sampai juga di tempat tujuan. Dia sudah berada di kawasan apartemen yang di tempati oleh Calvin, tetapi dia belum bisa menemui laki-laki itu karena saat ini masih bekerja.
Zanna memutuskan untuk turun dari mobil dan melihat-lihat sekitaran apartemen, dia lalu memutuskan untuk duduk di taman mini yang ada di belakang apartemen tersebut.
"Hem, suasananya sangat bagus dan juga segar. Calvin memang paling pintar kalau mencari tempat tinggal." Zanna merasa senang berada di tempat itu, dia yakin pasti sangat nyaman tinggal di apartemen ini.
"Permisi."
Zanna yang masih mengamati sekitaran beralih melihat ke arah samping saat mendengar suara seseorang. "Ya? Ada apa, Buk?" Terlihat seorang wanita paruh baya sedang berdiri di dekatnya.
"Maaf, apa aku boleh bertanya?" Wanita paruh baya itu tersenyum ke arah Zanna sambil membawa tas yang lumayan besar di tangannya.
"Tentu saja, Buk," jawab Zanna sambil mengambil tas yang ada ditangan wanita paruh baya itu, dia meletakkannya di atas bangku yang tadi diduduki karena merasa kasihan jika tas itu dibawa ke sana kemari.
Wanita paruh baya itu merasa senang dan ikut duduk di samping tasnya, dia merasa lelah karena habis melakukan perjalanan panjang dari kampung halamannya.
"Begini, Nak. Ibuk ingin menemui anak ibuk yang tinggal di apartemen ini. Tapi ibuk enggak tau nomor apartemennya berapa, kata pak penjaga itu harus tau nomornya," ucap wanita paruh baya itu.
"Itu benar, Buk. Setiap apartemen itu punya nomor, jadi Ibuk harus tau nomor apartemen anak Ibuk supaya tau dia tinggal di unit yang mana."
Wanita paruh baya itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Maklum saja dia tidak tau, karena dikampungnya tidak ada rumah yang berdasarkan nomor seperti itu.
"Jadi, apa Ibuk sudah menghubungi anak Ibuk?" tanya Zanna kemudian.
Wanita paruh baya itu menggeleng. "Ibuk mana punya ponsel, jadi gak bisa nelpon dia."
Zanna tersenyum lalu mengambil ponselnya yang ada di dalam tas, dia lalu menyodorkannya pada wanita paruh baya itu. "Ini. Ibuk bisa menelpon anak Ibuk pake ponselku."
"Tapi ibuk gak tau cara memakainya, bisakah kau saja yang menghubunginya?"
Zanna menganggukkan kepalanya lalu meminta nomor ponsel anak dari wanita paruh baya itu, setelahnya dia langsung menghubungi nomor yang sudah tercatat di ponselnya.
"Halo, siapa ini?"
Zanna langsung memberikan ponselnya pada wanita paruh baya itu setelah panggilannya dijawab, biarkan dia sendiri yang berbicara dengan anaknya.
"Ini Ibuk, Re. Ibuk pinjam ponsel orang untuk ngubungin kamu,"
"Ooh, ibuk. Syukurlah ibuk ngubungin aku, aku dari tadi khawatir apa ibuk udah sampek apa belum," ucap seorang wanita yang ada disebrang telpon.
"Iya, ibuk kebingungan di sini. Katanya ibuk harus tau nomor apartemenmu," ucap wanita paruh baya itu.
"Ya ampun, aku lupa ngasitaunya. Padahal kuncinya udah aku tinggal di bawah alas kaki." Wanita itu mendessah penuh sesal. "Yaudah, kalau gitu sekarang ibuk naik ke lantai 3 ya buk, unit apartemenku nomor 21. Kalau Ibuk gak bisa naik liftnya, minta bantuan sama penjaga keamanan di sana. Sekarang aku masih menunggu calon suamiku, bentar lagi kami pulang,"
"Ya udah. Tapi jangan lama-lama ya, ibuk kan takut kalau sendirian,"
"Iya iya Buk, yaudah Buk aku matikan telponnya."
Tut.
Panggilan itu langsung terputus saat sebuah alamat sudah didapatkan, dan wanita paruh baya itu segera mengembalikan ponsel yang tadi dia pinjam.
"Ini ponselnya, Nak. Terima kasih ya, Ibuk gak tau lagi minta tolong sama siapa kalau enggak ada kamu," ucap wanita paruh baya itu sambil menyodorkan ponsel yang ada di genggaman tangannya.
Zanna terdiam sambil menatap ponsel itu. Suaranya tercekat di tenggorokan dengan tubuh kaku saat mendengar alamat yang wanita itu sebutkan tadi. "Ba-bagaimana bisa nomor unit apartemennya sama dengan apartemen Calvin?" Dadanya terasa sesak seperti sedang ditusuk oleh sebuah besi yang sangat panas.
"Nak, kenapa kau melamun?"
Zanna tersentak kaget saat wanita paruh baya itu memegang tangannya. "A-aku tidak apa-apa, Buk." Dia berusaha untuk mengulas senyum dibibirnya saat ini.
"Tidak, ini pasti tidak benar. Calvin pasti salah memberikan nomor unit apartemennya padaku. Tapi, ba-bagaimana mungkin nomornya juga sama dengan nomor yang diberi oleh Lisa?" Tubuh Zanna langsung gemetar hebat dengan jantung bergemuruh, membuat wanita paruh baya yang masih berada di sampingnya terheran-heran.
"Ada apa, Nak? Apa sudah terjadi sesuatu?" tanyanya dengan bingung, apalagi saat melihat wajah Zanna yang sangat pucat dengan keringat yang ada menetes dikeningnya.
Zanna menatap wanita paruh baya itu dengan tajam. "Apa, apa aku boleh ikut dengan Ibuk? Aku, aku juga sedang menunggu seseorang di sini." Dia menahan air mata yang entah kenapa sudah akan terjun bebas diwajahnya.
"Tentu saja boleh. Ayo, ibuk juga sudah capek sekali!"
Mereka berdua lalu masuk ke dalam apartemen itu dan segera memasuki lift menuju lantai 3. Sepanjang jalan, jantung Zanna terus berdegup kencang. Dia berharap semoga sedang terjadi kesalahan, dan apa yang dia pikirkan tidak menjadi kenyataan.
"Ya, Tuhan. Aku mohon, aku mohon jauhkan segala hal buruk dalam rumah tanggaku."
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Sri Puryani
bs ditebak calvin selingkuh sama rere....sama" minta pindah, kamu pgn punya istri 2 vin? kemaruk
2025-03-26
0
Aditya HP/bunda lia
Nah .... benerkan kalo si Calvin itu selingkuh sama si Rere
2023-03-08
0
Mimi San
kak up nya cuman sehari 1x aj yaaa
2023-03-07
0