Annette menatap lekat Edwin berharap apa yang terjadi semalam tidak dilupakan karena baru pertama kali ia mendapatkan sentuhan dari Edwin semenjak menikah.
"Mas kita baru saja melakukan malam pertama dan kau yang memaksaku karena kau dalam pengaruh minuman," lirih Annette dan melihat sprei tempat tidurnya masih ada jejak asmaranya tadi malam.
Edwin yang baru saja tiba dalam kamar utama kebetulan kamarnya dan Annette berbeda secara perlahan memikirkan apa yang terjadi kepadanya kemarin.
"Bagaimana bisa aku berada di sana tidur bersamanya?" ucap Edwin sambil berusaha mengingat lebih lagi.
Walau sulit untuk mengingat akhirnya Edwin mulai menyadari bagaimana dia bisa sampai kamar Annette karena sebuah minuman yang menghantarkannya cepat tidur namun karena mata yang sudah terlihat sayu Edwin telah salah masuk ke dalam kamar Annette.
"Aku korban ia pasti sudah menikmati tubuhku ini." Edwin merasa gusar langsung berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang bau minuman.
Dengan tubuh yang sudah polos kedua bola mata Edwin membulat dan melihat bercak noda merah sudah mengering di area sensitifnya.
"Oh My God! Tidak mungkin?!" pekik Edwin kesadarannya langsung normal dan dia mengingat kejadian kemarin malam.
Sementara itu, Annette masih berada dalam kamar membayangkan ia dan Edwin tidur bersamaan seperti layaknya suami-istri pada umumnya. Untuk pertama kali baginya memeluk Edwin semenjak mereka menikah.
"Aku tidak tahu Mas kau akan tahu apa tidak yang terjadi kemarin malam tapi ... aku akan berusaha menutup mata dan telinga. Biarlah ini menjadi kenangan untukku ketika kau akan benar-benar membuangku," tangis Annette sambil memeluk tubuhnya yang kurus.
Bahagia, sedih karena sudah melewati malam pertama mereka yang terjadi begitu aja. Hati dan perasaan Annette tidak bisa bohong karena ia juga menikmatinya. Setiap sentuhan Edwin membuatnya melayang serta melupakan semua perbuatan kasarnya selama ini.
Edwin yang sudah membersihkan tubuhnya tidak sadar melihat Annette seperti biasa saja dan tidak ada yang terjadi diantara mereka berdua.
"Ada yang bisa Annette bantu, Mas?" tanya Annette sambil tersenyum kecil. Melihat senyuman itu Edwin langsung masuk ke dalam tanpa permisi membuat Annette tergelonjak kaget.
"Aku masuk kesini jangan bermimpi kau bukan wanita yang aku sukai. Dengar, lebih baik aku meniduri wanita lain bukan wanita sepertimu yang memberikan tubuhmu satu malam bersamaku. Ingat aku pria yang sudah memiliki kekasih yang cantik dan tidak sebanding denganmu!" telak Edwin lalu pergi meninggalkan Annette.
"Kau selalu menaruh luka yang dalam Mas tiap detik, menit bahkan jam. Baiklah jika itu yang kau mau Mas." Annette merasa sakit sekali mendengar perkataan Edwin bicara seperti itu sedangkan dia adalah Istri sah yang baru saja melakukan haknya sebagai Istri.
Kepergian Edwin ke kantor, seorang Annette di apartemen dan seperti biasa ia mengerjakan semua pekerjaannya termasuk memasak sarapan pagi walau tubuhnya tidak enak karena kurang tidur semalam aktifitas yang menguras tenaga.
Namun, tiba-tiba Edwin kembali karena dia lupa mengenakan dasi lalu naik ke atas kemudian Edwin turun ke bawah dan melihat Annette menghidangkan sarapan pagi tapi, Edwin pergi begitu saja tanpa menyentuh makanan yang susah payah dimasak Annette. Annette yang melihat Edwin langsung ia berlari kecil supaya suaminya itu sarapan dulu.
"Mas, tunggu tidak sarapan dulu?" tanya Annette pelan. Edwin langsung menatap Annette dingin lalu menuju ruang makan tanpa berkata apapun. Annette begitu senang sekali karena untuk pertama kalinya Edwin mau sarapan pagi bersama.
Walaupun Annette sudah mengetahui kepribadian Edwin ia berusaha melayani sebaik mungkin mengambil nasi dan lauk pauk setelah itu, Annette duduk.
"Siapa yang menyuruhmu duduk di situ?" tanya Edwin dingin.
"Mas aku juga ingin sarapan," jawab Annette gugup namun masih bisa menampilkan senyumannya.
"Pergi kau dari hadapanku!" Edwin tidak hentinya membentak sampai membuat Annette tergelonjak kaget.
Tidak mau membuat hati Edwin panas Annette bangkit dari duduknya lalu menuju kedepan namun, sebelum tiba terdengar suara pecahan kuat mengagetkan Annette karena Edwin telah membalikkan meja makan beserta isinya.
"Mas?!"" ucap Annette kaget.
"Apa! Kau mau melawan? Sudah aku katakan jangan menyentuhku dan kau menyentuh makananku," ucap Edwin marah.
"Aku minta maaf Mas," lirih Annette sambil menunduk dan menahan air matanya hendak keluar. Lalu Edwin pergi meninggalkan Annette dan tidak memperdulikan meja makan yang sudah begitu berantakan sekali.
Edwin pergi menuju kantor miliknya dengan perasaan yang tidak baik sedangkan Annette secara perlahan mulai membersihkan dapur yang terlihat begitu kacau sambil menghapus air matanya yang selalu keluar.
"Kau udah keterlaluan Mas, bagaimana bisa kau melakukan ini semua?" ucap Annette sambil mengeluarkan air mata yang tidak pernah berhenti, sampai membuat hati ini begitu sakit namun apa daya semua ini telah terjadi begitu saja.
Hari-hari Annette ia lakukan tidak ada di apartemen kecuali besih-bersih. Siang hari telah tiba Annette lebih banyak berdiam diri di balkon kamarnya yang kecil sambil memandangi orang-orang dibawah sana beraktivitas. Sesak dan sulit bernapas karena memiliki masalah pernikahannya dengan Edwin sungguh berat.
"Apa yang harus aku lakukan Ayah mertua? Putramu sudah merenggut semua yang aku miliki bahkan, dia merasa tidak ada rasa bersalahnya sekalipun," lirih Annette sambil mengusap air matanya yang kembali keluar tanpa diundang.
Berbeda dengan Edwin yang saat ini tidak bisa berpikir jernih dalam rapat yang diadakan oleh para direktur pikirannya terus melayang kepada Annette apa lagi soal kejadian semalam dia tiba-tiba sudah berada dalam kamar Annette.
"Apa aku sudah menidurinya? Tapi tidak mungkin karena wanita itu tidak akan pernah berani menyentuhku apa lagi melakukan hubungan itu?" gumam Edwin dalam hati.
Rapat telah selesai namun Edwin masih larut dalam pikirannya sampai membuat para direktur heran dan bertanya-tanya ada apa dengan Edwin? Suasana ruang rapat mulai terdengar riuh dan itu sukses membuat Edwin sadar dari lamunannya.
"Baiklah rapat hari ini selesai untuk hasilnya kalian bisa bawa kedalam ruanganku." Edwin langsung meninggalkan rapat sambil merutuki dirinya sendiri karena satu kata pun dia tidak mendengar apa yang dibahas tadi.
Tiba dalam ruangan, Edwin kembali fokus karena tidak mau terbebani dalam rumah tangganya yang tidak ada unsur cinta sedikitpun. Edwin yang sudah selesai bekerja dan menandatangani beberapa dokumen lalu keluar namun, langkahnya berhenti karena ponsel miliknya berdering.
"Rachel?" ucap Edwin pelan dan terus menatap layar ponselnya.
"Tuan mobil anda sudah siap!" ucap salah satu penjaga dengan hormat.
"Oh." Edwin mengabaikan panggilan Rachel memilih masuk ke dalam mobil lalu langsung meluncur ke apartemen. Berbeda dengan wanita yang di seberang sana mengamuk karena Edwin tidak mau mengangkat panggilan ya untuk pertama kali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments