Tidur Bersamaku

Tanpa ada keraguan dalam diri wanita paruh baya tersebut langsung menghampiri Edwin.

"Permisi Tuan?" sapa wanita yang sudah lanjut usia tersebut.

"Ya Bu ... ada yang bisa saya bantu?" balas Edwin tanpa menaruh rasa curiga.

"Pintu apartemen saya tidak bisa dibuka Tuan dan untuk menghubungi orang yang bertanggungjawab saya tidak memiliki nomornya. Boleh bantu saya?" pintanya.

"Bagaimana, Tuan?" tanyanya lagi karena dia lagi membutuhkan sesuatu didalam sana.

Edwin meraih kunci apartemen tersebut dan mulai membuka pelan-pelan namun pasti, walau dia sedikit mengalami kesulitan ternyata benda kecil patah di dalam lubang kunci tersebut.

"Bentar Bu, sikit lagi!" pintu akhirnya bisa terbuka bersamaan dengan pintu apartemen Rachel Leona dan sepasang kekasih itu tidak ada rasa malunya berpelukan bahkan mempersatukan buah ceri mereka setelah selesai melakukan aktivitas siang hari yang begitu panas.

"Aku belum puas Baby ingat nanti malam puaskan aku dan kamu akan aku beri belanja sepuasnya," ucap Frederick sedikit kecewa pelayanan Rachel Leona yang tanggung.

"Tubuh ini milikmu kapanpun kau bisa menikmatinya." Frederick tersenyum penuh kemenangan lalu pergi setelah memberikan segepok mata uang asing. Ruangan lain, Edwin masih membantu sang Ibu tersebut sesuai permintaannya dengan sabar akhirnya selesai juga.

"Akhirnya," ucapnya pelan sambil mengusap keringat keningnya.

"Tuan minum dulu sebelum pergi!" tawar Ibu tersebut.

"Terimakasih Bu." Edwin menerima karena kebetulan tenggorokannya sudah kering. Edwin meraih ponsel miliknya dan mengirim pesan singkat kepada Rachel Leona kedatangannya dia tunda karena sore ini ada rapat dadakan.

"Dari tadi kenapa dia enggak hubungi bikin kesal," ucap Rachel Leona lalu beranjak dari tempat tidurnya dan mengenakan pakaian kurang bahan untuk mencari uang berjalan.

Edwin bukannya rapat melainkan pergi menuju club yang dipenuhi para wanita cantik-cantik. Bersama dengan dentuman musik yang keras menambah suasana Edwin seperti menari-nari diatas awan.

"Menikah? Hanya kenikmatan sesaat tapi kalau masih bujang ini dia surganya bebas mau kita ngapain dan bakal tidak akan ada yang melarang," tawa Edwin begitu kencang sekali tanpa memperdulikan hampir semua pengunjung melihatnya dan mereka juga tertawa mendengar celoteh Edwin.

Hingga pukul sepuluh malam akhirnya Edwin kembali ke apartemen dengan bantuan supir pengganti. Tidak mungkin dia pulang dalam kondisi yang seperti ini.

"Sudah sampai ya? Ini uang untukmu!" ucap Edwin lalu meninggalkan supir tersebut dan tidak mendengar kata ucapan terimakasih dari pria tersebut.

Annette yang masih terjaga menunggu kedatangan Edwin kaget karena pintu secara tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok pria yang sudah menodai rumah tangga mereka berdua tadi pagi.

"Kau tidak mau menyambut kedatangan suamimu ini?" tanya Edwin yang nada bicaranya sudah ngawur.

"Mas, kau bau minuman kenapa bisa seperti ini?" tanya Annette khawatir dan bukannya menjawab pertanyaan Edwin ia justru ingin membantu memapah Edwin yang sudah tidak beraturan berjalan. Walaupun perasaannya sakit mengingat perlakuan Edwin tadi pagi tetap saja Annette kuat dan berusaha tetap tenang demi pernikahannya ini.

"Jangan menyentuhku!" bentak Edwin kuat sambil mendorong Annette hingga tubuh kecilnya jatuh ke lantai.

"Kenapa kau Mas memperlakukanku seperti ini? kita ini sudah suami, istri. Mas tidak pernah menjaga perasaanku tapi aku tetap berusaha mempertahankan rumah tangga kita," ucap Annette pelan sambil mengusap air matanya.

"Diam kau! Terserah aku mau berbuat asal kau pergi dari hidupku ini." Edwin lalu naik keatas karena berdebat dengan Annette akan membuat kepalanya bertambah pusing.

"Kau jahat Mas," lirih Annette dan secara perlahan mulai berdiri untuk naik keatas menemui Edwin. Namun, yang ia temui sudah terlentang tidur tanpa mengganti pakaian dan sepatunya yang masih utuh dikenakannya. Secara perlahan, Annette mulai membuka sepatu Edwin.

Hingga pukul dua dini hari Annette belum bisa tidur karena tidak nyaman melihat Edwin tidur tanpa mengganti pakaian. Secara perlahan dengan penuh keberanian yang ada ia miliki, Annette mendekati Edwin dan pelan-pelan mulai membuka pakaiannya.

"Apa yang kau lakukan?!" bentak Edwin yang menyadari sentuhan jari lentik Annette yang mengenai bulu-bulu halus kulit dada bidangnya.

"Ma- mas aku tadi hanya-" Edwin langsung memotong ucapan Annette lalu duduk dengan tatapan yang dingin.

"Diam kau!" bentak Edwin sampai membuat Annette tergelonjak kaget.

"Sakit sekali," lirih Annette karena Edwin kembali lagi mendorongnya ke lantai.

"Kau tidak berhak menyentuh tubuhku ini asal kau tahu saja." Edwin langsung meninggalkan Annette begitu saja tanpa memperdulikannya.

"Aku hanya ingin membantunya astaga pinggangku sakit sekali," ucap Annette sambil berdiri menuju sofa yang tidak jauh darinya lalu duduk. Setengah jam kemudian, pintu kamar mandi terbuka menampilkan sosok pria dingin yang tidak pernah melirik istrinya sedikitpun yang saat ini ada di hadapannya.

"Keluar!" ucap Edwin sambil menunjukkan pintu.

"Tapi Mas." Edwin menatap dingin Annette.

"Kau tidak mendengar pergi!" bentak Edwin membuat Annette gemetaran. Annette keluar dengan perasaan sakit.

"Sudah aku katakan jangan pernah menyentuhku dan mendekatiku hanya Rachel Leona berhak atas tubuhku," ucap Edwin lagi sambil membelakangi Annette yang hendak berlalu meninggalkan kamar. Kembali lagi air mata itu jatuh dengan sendirinya tanpa diundang hati dan dada Annette semakin sakit mendengar perkataan Edwin.

Beberapa hari kemudian semenjak kejadian itu ternyata ada sedikit yang membuat sifat Edwin berubah,

Pulang dari kantor dan langsung ke apartemen lalu Edwin menuju ruang kerja dan menghabiskan waktu di sana dengan berbagai jenis minuman yang dosisnya cukup kuat untuk mengurangi rasa pening dikepalanya.

Pagi harinya Edwin meregangkan seluruh tubuhnya yang sakit apalagi karena beberapa hari ini banyak lembur. Edwin belum menyadari Annette sosok wanita yang dia benci ternyata ada disampingnya dan memeluk tubuhnya. Tidak tahu lagi bagaimana wajah Edwin melihat pemandangan pagi ini membuat darahnya mendidih seketika.

"Beraninya kau tidur bersamaku!" bentaknya sambil mendorong tubuh Annette agar menjauh darinya. Kesadaran yang belum pulih.

"Aduh! Apa yang terjadi, Mas?" tanya Annette berusaha mengumpulkan tenaganya dan kesadarannya.

"Rasakan itu cocok untukmu yang berani tidur sampingku dengan tubuh kotormu itu," ucap Edwin penuh dengan emosi. Annette berdiri lalu menatap Edwin sambil menahan pergelangan tangannya sedikit merah.

"Berani sekali kau melihatku seperti itu?" bentak Edwin lagi.

"Mas aku-" Edwin langsung memotongnya cepat.

"Diam kau pergi dari hadapanku!" potong Edwin sambil membentak Annette.

"Tapi ini adalah kamarku, Mas!" ucap Annette sedikit menaikkan suaranya karena kesal mendengar suara Edwin yang terus menyalahkannya.

"Aku di sini? Kapan?" tanya Edwin sambil memandangi semua isi ruangan yang terlihat beda sekali.

"Mas tidak mengingat?" tanya Annette getir.

"Jelas aku ingat kau sudah menjebakku agar bisa tidur bersamamu." Edwin tidak terima langsung meninggalkan kamar Annette dengan wajah yang merah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!