Bab 5. Tak kunjung pulang

Berliana merasa cemas dan bingung sebab suaminya hingga kini tak kunjung memberi kabar kapan dia akan pulang, pasalnya sudah lebih dari dua Minggu Arkhan pergi tanpa alasan yang jelas. Berliana pun mulai berpikir yang tidak-tidak tentang suaminya itu, apalagi ia saat ini sedang lumpuh dan bisa saja Arkhan melakukan sesuatu yang tak ia ketahui di luar sana.

Wanita itu terus menunggu di depan rumah, berharap mobil Arkhan datang kesana. Namun, yang ia alami justru kehampaan sebab suaminya belum juga ada tanda-tanda akan pulang. Berliana juga berupaya menghubungi nomor Arkhan, tapi hingga kini belum ada balasan dari lelaki itu baik berupa pesan atau telpon.

"Huft, mas Arkhan itu kemana ya? Kok aku jadi cemas gini sama dia? Apa jangan-jangan dia ada main di belakang aku?" gumamnya.

Tapi kemudian, Berliana justru menepis segala pikiran jahat tentang suaminya tersebut.

"Ah enggak enggak, mas Arkhan gak mungkin begitu. Dia kan sayang banget sama aku dan juga Siena, jadi dia gak mungkin lah berkhianat dari aku. Ayolah Berliana, kamu harus berpikir positif sama suami kamu sendiri!" sambungnya.

"Nyonya Liana!" tiba-tiba suster Indri muncul dan memanggilnya sembari menggendong Siena, anak dari Berliana dan Arkhan.

"Eh iya sus, kenapa ya?" tanya Berliana seraya menoleh ke arah suster itu.

"Ini nyonya, non Siena daritadi rewel terus. Dia gak mau dikasih makan, kayaknya dia kangen deh sama daddy-nya," jawab suster Indri.

Wajah Berliana seketika panik, ia melihat wajah Siena yang tengah menangis deras di gendongan sang suster. Berliana langsung saja merentangkan kedua tangannya meminta suster Indri untuk menyerahkan Siena padanya, tentu jiwanya sebagai seorang ibu tergerak saat melihat putri kesayangannya itu menangis terus-menerus.

"Sini sus, biar saya yang gendong Siena! Siapa tahu dia bisa tenang kalau digendong sama saya," pinta Berliana pada suster Indri.

"Ah iya nyonya," suster Indri pun memberikan Sien pada Berliana dengan berhati-hati.

Benar saja dugaan Berliana, anaknya kini langsung sedikit tenang saat berada dalam gendongannya. Berliana pun senang melihatnya, ia usap terus wajah Siena dengan lembut sambil tersenyum dan sesekali mengecupnya. Tapi tak ada yang tahu kalau di dalam hatinya saat ini Berliana tengah menangis, jujur ia masih merasa bahwa Arkhan suaminya itu sedang berkhianat di belakangnya.

"Wah non Siena langsung baikan, nyonya. Kayaknya non Siena kangen deh digendong sama mamanya," ujar suster Indri.

"Iya nih sus, mungkin emang Siena lagi mau digendong sama saya. Yaudah, kamu lanjut urus yang lain aja ya? Biar Siena disini sama saya, dia kelihatannya udah anteng kok," ucap Berliana.

"Baik nyonya! Tapi, apa gak sebaiknya nyonya masuk ke dalam aja?" tanya suster Indri memberi usul.

"Gausah sus, saya masih mau disini. Saya pengen tunggu suami saya pulang, abisnya udah dua Minggu lebih dia gak ada kabar," jawab Berliana.

"Loh emangnya tuan gak bilang kapan pulang gitu nyonya?" tanya suster Indri agak terkejut.

Berliana menggeleng sebagai jawaban, memang sejak pergi Arkhan tak pernah mengabarinya lagi sampai saat ini.

"Waduh, kok aneh banget ya nyonya? Emangnya tuan itu pergi kemana sih nyonya?" heran suster Indri.

"Saya juga gak tahu, tapi udah lah kita gausah bahas suami saya dulu. Saya mau fokus jaga Siena sekarang, kamu masuk aja dan urus yang lain kalau memang masih ada kerjaan," ucap Berliana.

"Baik nyonya, saya permisi!" ucap suster Indri.

Berliana mengangguk dan tersenyum, lalu Indri pun masuk ke dalam rumah sesuai perintah Berliana, membiarkan wanita itu bersama putrinya.

Disisi lain, Arkhan tengah asyik bermesraan dengan Qeiza di villa tempatnya menyembunyikan wanita itu agar tidak diketahui oleh Berliana. Keduanya kini berada di sofa dan saling memeluk satu sama lain, Qeiza juga bermanja pada tubuh Arkhan sembari membenamkan wajahnya di dada sang pria.

"Sayang, kapan sih kamu mau kasih kepastian buat aku? Masa iya aku cuma dijadiin simpanan kayak gini? Aku juga mau kali nikah sama kamu terus bangun rumah tangga yang indah," ucap Qeiza.

Arkhan yang mendengarnya langsung terkejut, tak mungkin ia menikahi Qeiza disaat ia sudah memiliki istri dan juga seorang anak. Namun, apa yang ia lakukan bersama Qeiza selama ini juga telah menyalahi aturan dan tak sepantasnya memang Arkhan melakukan itu.

"Kamu sabar ya sayang! Aku masih harus cari waktu yang pas dulu," ucap Arkhan.

Qeiza langsung memasang wajah cemberut, "Ish, kamu mah begitu mulu alasannya! Bilang aja kamu takut sama istri kamu kan?" ujarnya.

"Ya bukannya takut sayang, masalahnya aku sama istri aku kan udah punya anak. Aku gak mungkin tinggalin mereka gitu aja, aku sayang sama anak aku," ucap Arkhan.

"Iya aku tahu, terus gimana kalau aku hamil nanti? Aku gak mau ya hamil tapi tanpa status yang jelas dari kamu," ucap Qeiza.

"Mana mungkin sih kamu hamil? Selama ini kan aku udah suruh kamu buat minum obat pencegah kehamilan yang aku kasih," ujar Arkhan.

Sontak Qeiza memalingkan wajahnya, membuat Arkhan yang berada di sebelahnya itu merasa heran dan penasaran. Pria itu pun menarik wajah Qeiza dan menatapnya tajam.

"Jelasin ke aku sayang, apa maksud kamu bicara seperti itu tadi!" pinta Arkhan.

"Umm a-aku..." Qeiza dibuat gugup olehnya, ia tak berani menjelaskan yang sebenarnya pada Arkhan kalau selama ini ia tidak mengkonsumsi obat itu.

"Kamu apa sayang? Tolong jujur ke aku! Selama ini kamu minum kan obat itu?" ujar Arkhan.

Qeiza menggeleng pelan, Arkhan yang melihatnya langsung menepuk jidat dan merasa kesal pada wanita itu. Ia benar-benar tak menyangka jika Qeiza tak menuruti perkataannya, padahal ia sudah selalu mewanti-wanti Qeiza agar mau meminum obat anti hamil yang ia berikan kepada wanita itu sebelumnya.

"Kamu tuh apa-apaan sih? Kenapa kamu gak minum obat itu sayang?" tanya Arkhan keheranan.

"Kamu jangan marah-marah kayak gitu dong! Aku kan cuma gak mau benih yang kamu tumpahin ke rahim aku itu sia-sia, aku juga pengen punya anak dari kamu," jawab Qeiza dengan manja.

Arkhan menggeleng heran, "Bisa-bisanya ya kamu punya pemikiran kayak gitu? Aku kecewa sama kamu!" ucapnya kesal.

Arkhan langsung berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Qeiza begitu saja.

"Sayang tunggu!" teriak Qeiza mencoba menahan langkah Arkhan, tetapi usahanya gagal sebab Arkhan sudah lebih dulu masuk ke kamar.

Qeiza pun tersenyum puas atas reaksi yang diperlihatkan Arkhan tadi, ia mengusap perut ratanya dan berharap akan mengandung anak dari Arkhan sebentar lagi.

"Ahaha, aku jadi gak sabar buat hamil anak kamu Arkhan. Lalu setelah itu, aku bisa terus tekan kamu sampai kamu menderita," gumamnya.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!