Bab 3 Bagast Putra Hermawan

Saat Sisil mau melayangkan tangannya di pipi Indah, Lini langsung menangkap tangan Sisil dan langsung berdiri di hadapannya, Sisil langsung melepaskan tangannya dari pegangan tangan Lini dia sedikit kesal karena Lini selalu saja ikut campur urusannya.

Indah tersenyum meledek melihat Sisil yang sedang kesal dia langsung berdiri di sebelah sahabatnya, Sisi meliha Lini dengan pandangan sinis membuat Indah memutar bola matanya malas, Lini tersenyum kecut melihat temen satu sekolahnya itu walaupun mereka nggak sekelas tapi Sisil suka bikin masalah di kelas mereka berdua.

"Kenapa kamu selalu saja ikut campur urusan aku? Bisa enggak sekali saja kemu ngilang dari pandangan aku? Aku jadi sial setiap melihatmu." Sisil menyilangkan tangannya di depan dada.

"Maaf Sisil kalau aku harus ikut campur, aku nggak mungkin ikut campur kalau kamu nggak mengganggu Inda dia sahabat aku otomatis aku harus membela kalau ada orang yang mau menyakitinya." Jawab Lini tersenyum.

"Dasar cewe miskin, bisanya ganggu urusan orang saja." Ujar Sisil menggeram marah.

"Sudahlah Lin nggak usa ladenin dia, kita bisa pusing ngadepin cewe kaya dia lebih baik kita masuk kelas saja." Indah menarik tangan Lini untuk masuk kedalam kelas.

Mendengar ucapan Indah rasanya ingin sekali Sisil menjanbak rambut panjang Indah cewe itu selalu saja bikin moodnya hancur, seandainya Lini nggak datang sudah dia layangkan tangannya di pipi Indah, mereka berdua saling berpandangan melihat Sisil.

"Ih, dasar yah kalian berdua awas kalian."

Sisil menunjuk wajah Indah dan Lini dia pergi meninggalkan mereka berdua dan berjalan ke arah kantin, mereka berdua hanya menggelengkan kepala pelan dan berjalan mau masuk kelas.

"Memang aneh itu anak sukanya bikin ribut saja masih pagi loh ini," Ucap Indah menggeleng.

"Nggak usah ngomongin dia terus kaya nggak ada topik lain saja." Jawab Lini cuek.

Saat mereka berdua mau masuk kedalam kelasnya dengan sengaja seseorang menabrak Lini sampai membuatnya terjatuh, Indah membulatkan matanya melihat Niko yang dengan sengaja menabrak sahabatnya.

Lini melihat kebelakang dia mengepalkan tangannya melihat cowo yang selalu cari gara-gara dengannya dia langsung berdiri dan melayangka pukulan ke perut Niko, dengan gerakan cepat Niko menangkap tangannya enggak hilang akal Lini langsung melayangkan kakinya menendangnya.

Bugh!

Lini tersenyum saat dia berhasil menendang perut Niko membuat dia mundur beberapa langka, Lini kembali melayangkan tangannya kali ini Niko berhasil menghindarinya, dia langsung mendorong Lini sampai dia membentur meja mengenai perutnya.

Niko tersenyum sinis saat Lini menabrak meja dan mengenai perutnya, Lini menatapnya tajam dia langsung bangun dan langsung memberi pukulan tepat di wajah Niko sampai dia terjatuh di lantai, Indah menggeleng dia harus segera memisahkan mereka berdua dia melihat temen-temen sekelasnya yang lagi pada nonton perkelahian Lini dan Niko, dia berteriak meminta temannya untuk memisahkan Lini dan Niko tapi nggak ada yang mau karena mereka nggak ada yang berani.

"Hiya!" Tariak Lini mau kembali mengajar Niko.

Seseorang langsung menangkap tangan Lini, dan menggenggamnya erat Indah bernafas dengan lega saat melihat Bagast datang tepat waktu, untung saja dia datang kalau nggak bisa bahaya, Lini menatap tajam cowo yang ada di depannya Bagast juga nggak kalah dia menatap Lini dengan tatapan setajam belati.

Lini langsung menghempaskan tangan Bagast dengan begitu kuat sampai terlepas, Bagast mendekati Lini dan langsung menarik tangannya saat cewe yang ada di depannya mau meninggalkan dirinya, Bagast adalah ketua osis jadi kalau ada murid yang bikin keributan dia akan langsung membawanya ke ruangan kepala sekolah dan Lini adalah salah satu murid yang suka bikin ulah.

"Mau kemana kamu? Ikut aku keruangan kepala sekolah." Ujarnya.

"Lepaskan tangan ku, nggak usah tarik-tarik aku bisa jalan sendiri."

Lini meninggalkan Bagast dan Niko Bagast juga menyuruh Niko untuk ikut bersamanya, Lini mengumpati kaka kelasnya sekaligus ketua osis dua periode, entah kenapa dia selalu datang di waktu yang kurang tepat kalau ibunya tau bisa kena marah dia. Apalagi pagi tadi pagi ibunya sudah berpesan untuk tidak membuat keributan tapi sekarang apa.

Bagast berdiri di belakang mereka berdua, mereka kini sudah sampai di ruangan kepala sekolah dan duduk di hadapannya, beliau bosen lagi-lagi melihat Mahlini bikin keributan ternyata nggak ada kapoknya siswi yang sudah duduk di depannya selalu berurusan dengannya, beliau menghela nafasnya kasar.

"Apa yang dia lakukan Gas?" Tanya kepala sekolah.

"Mereka berdua berkelahi di dalam kelas pak." Bagast menjawab ucapan pak kepala sekolah.

Lini melihat Bagast yang sedang berdiri di belakangnya, sedangkan Niko hanya dian saja dia melihat Lini yang sedang menatapnya dengan sinis, tapi dia sama sekali nggak peduli sama cewe yang ada di sebelahnya.

Pak kepala sekolah menggela nafasnya pelan lagi-lagi murid perempuannya itu selalu bikin keributan, padahal sudah sering di hukum tapi nggak pernah kapok dan selalu bikin ulah sekarang sama siapa dan besoknya juga sama siapa, pak kepala sekolah nggak tau harus kasih hukuman apa buat dua murid yang ada di depannya.

Sama seperti Lini begitu juga Niko anak pentolan sekolah yang papahnya sebagai donatur tetap di sekolahnya dia belajar sehingga dia bisa berbuat semena-mena, untung cuma punya dua murid yang berandal coba kalau lebih dari dua, cuma yah terkadang pusing juga sama kedua temen Niko.

"Bagast kamu suruh mereka berdua keliling lapangan sebanyak 10 kali, habis itu suruh mereka membersihkan toilet sekolah, Niko bagian toilet cowo Lini toilet cewe." Ujar pak kepala sekolah.

Brak!

Mendengar hukum yang di berikan pak kepala sekolah Niko nggak terima kepala sekolah menyuruhnya untuk berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali sudah gitu di suruh bersihin toilet segala, apa orang yang ada di depannya nggak tau siapa dirinya, apa orang yang ada di depannya lupa siapa Niko Afrat Wijaya.

Bagast yang melihat Niko berdiri dan menggebrak meja di depan pak kepala sekolah langsung menarik tangannya dan menyuruhnya untuk kembali duduk, Lini hanya menatap malas cowo yang ada di sebelahnya mentang-mentang anak donatur di sekolah dia belajar seenaknya nggak mau di hukum.

"Yang sopan Niko, orang yang ada di depan kamu itu adalah orang tua, kenapa? Apa karena kamu nggak mau di hukum mengitari lapangan sekolah dan bersihkan toilet? Jangan mentang-mentang kamu anak donatur di sekolahan ini sehingga kamu nggak terima, hukuman tetap hukuman itu sudah menjadi peraturan sekolah jangan sangkut pautkan sama masalah urusan pribadi." Ujar Bagast melihat Niko.

Lini tersenyum tumben ternyata cowo yang ada di belakangnya berani juga melawan Niko si pentolan sekolah, Niko mengepalkan tangannya dia nggak terima dengan perkataan Bagas yang sudah berani bicara seperti itu di depan orang banyak dirinya merasa di permalukan, dia berdiri mau meninggalkan ruang kepala sekolah tetapi langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Bagast.

"Cowo gantle nggak akan lari dari tanggung jawabnya."

"Kau, beraninya!" Niko menggeram marah."

Niko ingin melayangkan pukulan di wajah Bagast tapi seseorang menahannya.

Bersambung..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!