Bab 2 Sisil Vs Indah

Mahlini kecil masih terus menangis memanggil ayah dan bundanya yang nggak tau selamat atau sudah meninggal, sepasang suami istri itu meninggalkan kampungnya yang jau dari kota dimana tempat Mahlini tinggi bersama ayah dan bundanya.

"Mas kita mau pergi kemana?" Tanya istrinya.

"Mas juga belum tau sayang, kita pikirkan sambil jalan." Jawab sant suami.

Mereka adalah pasangan suami istri yang belum mempunyai anak di pernikahan sudah memasuki angka 10 tahun siapa lagi kalau bukan Regina dan Aidan, tanpa sngaja mereka melihat ada sebuah mobil warna hitam dan keluar beberapa orang yang berbadan kekar langsung menggedor-gedor pintu rumah seseorang.

pasangan suami isteri itu memutuskan untuk membuntuti mereka semua untuk melihat apa yang sebenrnya terjadi, untungnya saat mereka menutup pintu nggak terlalu kencang sehingga mereka masih bisa mengintip pintu yang sedikit terbuka, mereka membulatkan matanya hampir saja Regina berteriak melihat kejadian yang ada di depannya.

Aidan langsung menutup mulutnya agar istrinya nggak berteriak bisa-bisa mereka ketahuan bisa bahaya nanti, mereka terkejut saat melihat anak perempuan yang berusia 5 tahun mau berteriak memanggil ayah dan bundanya, dengan cepat Regina langsung menutup mulut anak perempuan yang berusia 5 tahun dan menyembunyikanya.

Setelah para penjahat membawa kedu korban yang telah mereka bantai, Aidan buru-buru mauk dan mengambil barang yang sekiranya berharga untuk masadepan anak perempuan yang mereka tolong, dan mereka pergi meninggalkan kota dimana nyawa anak yang mereka tolong dalam bahaya.

"Ya Allah mas, mereka siapa? kenapa sampai tega membantai mereka berdua, kasian anak ini mas," Ucap Regina.

"Mas juga nggak tau sayang, makanya kita harus cepet-cepet bawa anak ini pergi." Jawabannya.

Setelah kepergian Regina dan Aidan para polisi datang di kediaman rumah Yoko dan Renata, nggak ada siapa-siapa hanya ada barang-barang yang terlihat berantakan dan ada darah yang berceceran di lantai, ada sebuah ponsel yang tergeletak di lantai polisi langsung menghampiri nomor yang ada di dalam ponsel itu.

Nggak lama Bima dan anggota keluarga yang lain datang setelah polisi menelponnya, mereka berpura-pura nggak tau padahal mereka yang sudah merencanakan ini semua, Bima san istri pura-pura menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, polisi menjelaskan kalau ada seseorang yang menelponnya dan mengatakan ada korban perampokan.

"Pak, dimana anak kaka saya? Apa bapak menemukan anak perempuan kaka saya yang berumur 5 tahun? Dan dimana kakak dan kakak ipar saya?" Tanya Bima pura-pura panik.

"Mohon maaf pak, kami tidak menemukan siapapun di sini, saat team polisi datang rumah sudah sepi bahkan kita nggak menemukan anak kecil yang bapak sebutkan tadi, dan kami team polisi nggak menemukan dua orang yang anda maksud." Jawab polisi menerangkan.

"Permisi pak, saya mau masuk kedalam siapa tau anak kaka saya ada di dalam kamarnya." Bima berpamitan sama semua orang.

"Silakan pak." Jawab polisi.

Bima dan isterinya masuk kedalam mereka berdua mencari berkas-berkas penting milik Yoko dan Renata tapi nggak ada, Bima menggenggam kesal dimana kira-kira Yoko menyimpan semua berkas-berkas penting perusahaannya, gara-gara panik Bima sampai lupa mengambil berkas-berkas penting milik kakaknya dan Bima dan juga istrinya Klaudiya juga mencari Mahlini tapi nggak ada.

"Papah ini gimana sih, kenapa sampai lupa mengambil semua berkas-berkas penting itu dan dimana Mahlini sekarang hanya dia harta kita satu-satunya." Ujar Klaudiya.

"Yah gimana mah, papah bener-bener lupa, nggak papah yang terpenting kita masih ada perusahaan milik mas Yoko pasti kita yang melanjutkannya, karena Mahlini juga kan masih kecil, nanti kita cari Mahlini." Ujar Bima.

"Terserah papah deh, mamah ngikut saja." Jawab Klaudiya kesel.

Mereka kembali turun kebawah dengan wajah yang pura-pura sedih, beberapa anggota polisi langsung menanyakan keberadaan anak yang mereka maksud.

"Gimana pak Bima, bu Klaudiya apa ponakan kalian ketemu?" Tanyanya.

"Mereka nggak ada pak, tolong cari keponakan saya sampai ketemu pak dan tolong cari kedua kaka kami pak, kami mohon." Bima pura-pura merasa kehilangan.

"Bapak, ibu, tenang saja kami team polisi akan mencari kedua kakak kalian dan ponakan kalian." Polisi kembali menjawab ucapan Bima.

*****

Tiga belas tahun kemudian, di rumah yang nggak terlalu mewah dan besar dia pasangan paru baya dan satu remaja perempuan yang terlihat begitu cantik lagi sarapan pagi dengan nikmat, walaupun dengan lau sederhana mereka begitu menikmati makanan mereka.

"Lini kamu berangkat sekolah hati-hati, dan inget jangan bikin masalah di sekolah, kalau ibu atau bapak masih di panggil ke sekolah kamu ibu kirim ke pesantren." Ujar bu Regina.

"Iya bu, ih, ibu bawel banget Lini nggak pernah cari gara-gara sama mereka, mereka yang selalu menganggu Lini." Jawabnya.

"Lini," Ucap pak Aidan melihat Lini.

"Maaf." Sahut Lini menggaruk kepalanya yang nggak gatel.

Setelah Mahlini berangkat sekolah bu Regina dan suaminya duduk di ruang tamu, mereka lagi ngomongin masalah Mahlini yang sampai sekarang belum mengetahui orang tua kandungnya, mereka berdua juga nggak tau apa kedua orang tua Mahlini masih hidup atau sudah meninggal.

"Pak, nggak terasa kita mengasuh Mahlini sudah 13 tahun, ibu takut saat dia tau kalau kita bukan orang tua kandung dia, ibu takut dia marah dan kecewa." Bu Regina menyampaikan ke khawatirannya.

Pak Aidan menghela nafasnya pelan mendengar ucapan isterinya, beliau juga sebenarnya takut kalau Mahlini yang sudah si anggap sebagai anak kandungnya sendiri merasa kecewa, beliau berniat mau memberi tau setelah Mahlini lulus sekolah yang akan menginjak umur 19 tahun.

"Nanti kita kasih tau pelan-pelan bu, sudah sekarang ibu nggak usah khawatir, dia anak yang cerdas pasti tau kalau niat kita baik." Jawab pak Aidan.

"Iya baiklah pak." Sahutnya.

Mahlini sudah sampai di sekolahnya, tinggal beberapa bulan lagi dia akan masuk kuliah, sebenarnya dia ingin bekerja untuk membantu ibu dan bapaknya tapi mereka malah meminta dia untuk melanjutkan pendidikannya.

"Lini." Indah temen Mahlini memanggilnya.

Mahlini nggak menjawab jangankan menjawab menengok pun nggak, Indah mendengus dan berlari mau menghampiri temennya karena nggak melihat jalan dengan baik Indah menabrak seseorang.

Brug!

"Hai, kamu buta yah? Kamu pikir ini jalan lapangan bola, larih nggak lihat-lihat hah!" Teriak seseorang yang Indah tabrak.

Indah mendongak melihat seseorang yang mengatakan dirinya buta, dia melihat Sisil sedang menatapnya tajam, Indah memutar bola matanya malas melihat cewe yang ada di depannya.

"Kamu yang jalannya nggak lihat-lihat, sudah tau aku lagi lari kamu malah menabrak ku." Jawab Indah.

"Kamu!" Teriak Sisil mengangkat tangannya.

Bersambung..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!