Pembalasan Yang Epik

Saat ini Ailing melangkah keluar dari kamarnya sembari melepas jubah merahnya semalam. Sedangkan Xin Ya saat ini berjalan di belakang Ailing sambil memunguti aksesoris rambut yang dilepas sembarangan oleh Ailing.

“Di mana dapur?” tanya Ailing dengan rambut yang sudah tergerai bebas.

“Nona, tolong berhenti,” pinta Xin Ya karena Ailing saat ini hanya menggunakan selapis pakaian. Sedangkan seorang bangsawan, setidaknya harus menggunakan tiga lapis pakaian ketika keluar.

Namun Ailing tak menghiraukannya dan kembali bertanya, “Di mana?”

“Di sana, Nona,” jawab Xin Ya sembari menunjuk ke timur.

Langsung saja Ailing melanjutkan langkahnya. Ia memegang erat pedang yang digunakan untuk melawan Pangeran Song semalam. Dan ketika sudah sampai di dapur, ia dengan seenaknya menendang pintu dapur.

“Di mana juru masak?” tanya Ailing dengan nada tinggi.

Langsung saja semua orang menatap ke arah Ailing. Namun bukannya langsung berlutut, mereka justru tertawa keras melihat Ailing.

Langsung saja Ailing mengangkat pedangnya dan menebas sayuran, juga benda-benda yang ada di dapur.

“Ampun Nyonya, ampun!” ucap semua orang yang kini berubah ketakutan.

“Beraninya kalian hanya memberiku sup dan roti kering! Kalian akan mengira aku kucing sakit kalau tidak begini!” amuk Ailing.

Langsung saja semua orang yang ada di sana berlutut. “Ampun Nyonya, kami mohon ampun,” ucap mereka.

Langsung saja Ailing menoleh ke arah seorang laki-laki bertubuh gemuk di sana. “Kamu juru masak?” tanya Ailing sembari menempelkan ujung pedangnya di leher laki-laki tersebut.

“Be-be-benar Nyonyaku,” jawabnya dengan tubuh gemetar.

“Kamu selesaikan memasak dan bawa ke tempatku!” perintahnya. “Dan yang lainnya, kumpulkan semua pelayan dan bawa mereka ke taman!”

“Baik Nyonya!” jawab semua orang serempak dan kemudian berbondong-bondong berlari meninggalkan tempat tersebut.

“Huh, aku akan mengajari kalian yang namanya disiplin pada atasan,” batin Ailing sembari tersenyum smirk.

“Xin Ya, di tempat ini ada taman kan?” tanya Ailing yang sebenarnya belum tahu sama sekali tentang tempat ini. Tetapi dari komik yang pernah dia baca, rumah seorang pangeran pasti memiliki taman yang luas.

“Ada, Nyonya,” jawab Xin Ya dengan cepat.

“Kalau begitu ayo kita ke sana,” ajak Ailing sembari menoleh dan memberikan pedang di tangannya pada Xin Ya.

**

Empat jam kemudian di tempat Pangeran Song. Saat ini Pangeran Song tengah berjalan keluar dari ruang belajarnya bersama orang kepercayaannya.

“Di mana semua orang?” tanya Pangeran Song pada Jongki yang kini berjalan di belakangnya.

“Semua orang sedang berada di taman, Pangeran,” jawab Jongki, tangan kanan Pangeran Song.

“Di taman? Apakah ada sesuatu yang menarik di sana?” tanya Pangeran Song sembari menatap sekitar tempat itu.

Jongki lalu menelan ludahnya. “Itu ….” Ia menceritakan semua hal yang terjadi pagi ini secara detail.

Lalu Pangeran Song pun tersenyum kecil. “Jadi dia menghukum semua orang,” gumamnya.

“Pangeran tersenyum? Ada pertanda apa ini?” batin Jongki yang terkejut karena Pangeran Hansong memang jarang sekali tersenyum.

“Benar Pangeran, Nyonya sedang ada di taman.”

“Baik kalau begitu, ayo kita lihat apa yang bisa kucing pemarah itu lakukan,” ajak Pangeran Song.

“Baik, Pangeran,” sahut Jongki dengan sopan.

Beberapa menit mereka melangkah, akhirnya mereka pun sampai di taman. Terlihat keadaan taman yang kacau. Puluhan pelayan sedang menggali tanah di taman tersebut. Sedangkan Ailing sedang berbaring di bawah pohon yang rindang sembari menyesap minuman di tangannya.

“Bagus sekali,” ucap Pangeran Song sembari melangkah mendekati Ailing.

Ailing pun menoleh dan kemudian dengan malas memutar matanya. “Mau apa sih dia,” gerutunya di dalam hati.

Xin Ya yang melihat hal itu pun langsung mundur agar tak menghalangi jalan Pangeran Song. “Apa yang sedang kamu lakukan?”

“Ck, apa dia buta,” batin Ailing.

“Aku sedang membantu kamu mengatur lahan kosong,” jawabnya dengan mulus.

“Oh ya, lalu apa yang kamu rencanakan?” tanya Pangerang Song sembari duduk di sebuh kursi yang ada di samping Ailing.

“Nanti akan ada kolam ikan, jadi nanti dapur bisa mengambil ikan segar dari sini. Terus di atasnya akan di tanami sayuran,” beber Ailing dengan santai.

“Sayur di atas air?” Pangeran Song mengernyit.

“Iya, nanti sayurannya di tanam di atas air,” jawab Ailing sembari meletakkan minumannya di atas meja.

“Ah iya, aku lupa. Apa di jaman ini metode seperti itu sudah ditemukan, ya?” batin Ailing yang baru saja sadar.

“Dari mana kamu tahu metode seperti ini?” tanya Pangeran Song yang tentu saja penasaran karena tak pernah melihat ada hal yang seperti itu.

“Aku yang menciptakannya,” jawab Ailing dengan asal.

Tentu saja hal ini membuat Pangeran Song semakin merasa aneh.

“Sudah, kamu lihat saja nanti. Setelah semuanya berhasil, kamu bisa menilai sendiri,” imbuh Ailing yang malas untuk mencari alasan.

Kemudian Pangeran Song pun melirik ke arah Jongki. Dan sesaat kemudian Jongki pun segera mengangguk.

“Lalu minuman apa yang sedang di minum Nyonya ini?” tanya Pangeran Song yang melihat minuman aneh milik Ailing.

Lalu Xin Ya pun menjawab, “Izin menjawab. Itu adalah susu sapi yang sudah diolah dengan madu dan di tambah dengan buah semangka yang dihaluskan, Pangeran. Nyonya menyebutnya, semangka squas.”

“Kamu juga yang membuat minuman ini?” tanya Pangeran Song.

“Bukan. Orang dapur yang membuatnya,” jawab Ailing dengan dingin.

Kemudian Pangeran Song pun beralih menatap ke arah Xin Ya. “Bawakan aku seperti yang Nyonya minum,” pintanya.

“Baik, Pangeran,” jawab Xin Ya yang kemudian dengan cepat meninggalkan tempat tersebut.

“Ikut-ikutan,” cibir Ailing.

Pangeran Song yang tentu saja mendengar hal itu pun langsung kembali menoleh pada Ailing. “Apa yang kamu katakan?” tanyanya.

“Tidak ada,” jawab Ailing sembari menoleh ke arah lain.

“Dia memang sangat jauh berbeda dengan apa yang dirumorkan,” batin Pangeran Song sembari menatap Ailing dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Kemudian ia menyadari kalau saat ini Ailing hanya menggunakan satu lapis pakaian.

“Kenapa kamu berpakaian seperti ini?” tanya Pangeran Song sembari menatap ke arah lain.

Ailing pun kembali menatap pakaiannya. “Ah iya, kata Xin Ya aku harus memakai tiga lapis. Jangan sampai dia menggunakan ini untuk menghukumku,” batinnya.

“Panas, cuacanya sangat panas,” jawab Ailing dengan sembarangan.

“Aku harus mengalihkan pembicaraan ini,” batinnya.

“Oh iya Pangeran, aku membutuhkan uang untuk mengisi kolam ini nantinya,” pinta Ailing.

“Uang itu akan ditanggung oleh kas kediaman,” jawab Pangeran Song dengan tenang.

“Kalau begitu aku ingin membeli beberapa barang.”

“Aku ingin keluar dan bersenang-senang, tapi kata Xin Ya kami tidak punya uang. Kalau begitu, apa pun yang terjadi aku harus mendapatkan uang dari dia,” batinnya.

“Barang apa yang ingin kamu beli? Dan berapa yang kamu butuhkan?” tanya Pangeran Song dengan tatapan menyelidik. Bagaimanapun juga, sejak kejadian semalam ia merasa curiga dengan Ailing ini. Ia bahkan sudah menyuruh orang untuk menyelidiki tentang kehidupan Ailing yang sesungguhnya.

“Aku ingin lihat apa yang akan dia lakukan?”

“Aku bisa memberikanmu satu keping emas untuk—“

“Sekeping emas?” Mata Ailing melotot. “Bahkan semangka saja harganya hampir setengah keping,” protesnya.

“Kalau kamu ingin lebih, maka layani aku seperti tugasmu,” tekan Pangeran Song.

“Melayani ya?” Ailing berdiri dari tempat duduknya. “Mana uangnya?”

Langsung saja Pangeran Song menengadahkan tangannya. Dan seperti biasanya, Jongki pun langsung memberikan beberapa lembar uang kertas ke tangan Pangeran Song.

“Ambil ini jika kamu—“ Kalimat Pangeran Song terhenti ketika tiba-tiba saja Ailing merebut uang di tangannya.

Ailing kemudian dengan berani mengangkat kaki kanannya dan meletakkan lututnya di kursi Pangeran Song. Ia mengungkung tubuh Pangeran Song dengan kedua tangannya yang berpegangan di sandaran kursi Pangeran Song.

“Ambil uang ini untuk memperbaiki otakmu,” bisik Ailing sembari menyelipkan uang tersebut di jubah suaminya itu.

“Apa uang itu kurang?” tanya Pangeran Song sembari kembali menengadahkan tangannya.

Dan ketika Jongki sekali lagi meletakkan uang di tangan Pangeran Song, dengan cepat Ailing merebut uang tersebut dan melemparkannya ke wajah suaminya itu. “Makan uangmu!” teriaknya.

Langsung saja Jongki menarik pedangnya dan ….

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!