#5

Setelah kejadian waktu itu,  Mbak Silvia selalu berada di rumah untuk mengawasi Indira. Memerhatikan segala kebutuhannya. Dan mengamati setiap langkahnya.

Indira merasa kebebasan nya hilang! Dia merasa bagaikan  seorang narapidana yang terus di awasi gerak gerik nya.

Keberadaan mbak Silvia mengalahkan bayang- bayang Indira sendiri.

Indira merasa dari ekor mata nya Mbak Silvia selalu mengawasi gerak gerik nya dengan penuh curiga dan prasangka.

Indira benar- benar merasa tertekan dengan semua ini. Dia stres dan memilih untuk lebih banyak mengurung diri di dalam kamar.

Hari ini saat Indira sedang merenung sendirian di kamar sambil mengelus perut nya tiba- tiba...

"Indira...??" panggil Mbak Silvia.

Indira tersentak kaget mendengar suara mbak Silvia yang tiba- tiba datang ke kamar nya. Mood Indira pun berubah buruk. Tapi diri nya kini bukan lah Indira yang lemah lagi. Dia sudah lama tidak menangis. Dan di dalam hati nya di penuhi cara untuk membalas orang- orang yang membuat nya masuk dalam lingkaran setan yang tiada habis nya menyiksa diri nya ini.  Bahkan termasuk DIkta. Dikta juga termasuk ke dalam list balas dendam Indira. Karena secara tidak langsung, karena Dikta lah Indira mengalami semua ini.

"Mbak, bisa kan masuk kamarku dengan mengetuk pintu sebelumnya?" pinta Indira. Mbak Silvia hanya diam. Tapi Indira dapat melihat ketidaksukaan di mata Indira.

"Ya, aku minta maaf. Aku datang untuk mengingat kan mu kalau  ini sudah siang dan kamu harus makan. Jangan sampai janin di perutmu kelaparan karena kamu belum makan." ucap Mbak Silvia penuh kelembutan. Dia teringat pesan suami yang melarang nya untuk bertengkar dengan Indira karena hal itu hanya akan membuat Indira semakin stress. Dan kalau Indira strees maka janin di dalam rahim Indira tidak akan berkembang/

"Gak perlu mbak sok ngatur! Aku lebih paham, Mbak!! Karena ia ada dalam perutku. Bukan perut mbak" Ketus Indira yang memang sengaja memilih kata-- kata itu untuk menyakiti hari mbak Silvia.

"Tapi itu anak ka..." ucap Mbak Silvia terputus sebab Indira sudah kadung duluan meneriaki nya.

"Ini anakku. Bukan anak Mbak Silvia ataupun anak kalian. Ingat itu!" teriak Indira lantang.

"Kau?" mbak Silvia pun akhir nya lepas kendali. Amarah mulai menguasai akal sehat nya.

"Apa?!" Tantang Indira dengan mata yang melotot ke arah mbak Sivia.

Mbak Silvia terdiam kemudiam dia meninggalkan kamar Indira.

Indira mendesah. Dadanya semakin sesak dengan sikap Mbak Silvia yang arogan. Hatinya semakin teriris jika mengingat perempuan itu telah membeli dirinya hanya untuk membuahkan benih suaminya.

"Ya tuhan!! Lihat lah anak ku akan diambil oleh mereka! Ibu macam apa aku!!! Demi uang lima ratus juta rupiah dan  demi mengharapkan kehidupan yang mewah untuk keluarga ku ! Aku menjual darah daging ku!!" Kali ini Indira sudah tidak menyalahkan ibu nya lagi. Dia malah mulai menyalahkan diri nya sendiri. Dia terus menyalahkan diri nya sendiri hingga tertidur.

Dan disaat Indira terbangun, Indira pun mulai menguatkan diri nya kembali. Dia tidak boleh seperti tadi yang malah menyalahkan diri nya sendiri. Ini semua bukan salah nya. Ini adalah salah mereka. Dan Indira bertekad akan segera menjalankan rencana pembalasan yang telah dia pikir dengan sangat matang.

****

"Bang.." panggil Indira pada suaminya. Bang Anggara hanya mendehem. la masih terlalu sibuk dengan berkas-berkas di ruang kerjanya.

"Boleh aku masuk?" tanya Indira. Bang Anggara menatap Indira. Dibetulkannya letak kacamata dari hidung mancungnya.

"Ada apa, sayang?"

Indira menghampiri Bang Anggara dan berdiri tepat di samping suaminya. Inilah saatnya ia memainkan sandiwara ini. Bang Anggara melingkarkan tangannya di pinggang Indira. Lalu menempelkan telinganya di perut Indira.

"Bolehkah aku meminta sesuatu?"

"Apa yang kamu inginkan? Ayo cepat katakan, apa pun akan aku ikuti."

"Apa pun?"

"Ya, apa pun."

Indira terdiam sejenak. Ini kesempatan yang dinantikannya. Indira sengaja membalas dengan melingkarkan tangannya di pundak Bang Anggara. Mulai sekarang ia pun harus berpura-pura mesra di depan Bang Anggara.

"Aku ingin tinggal nyaman di rumah ini. Aku ingin tidak ada seorang pun yang menggangguku. Aku gak ingin bayiku tertekan dengan perasaanku yang tidak nyaman."

"Maksudmu?" tanya Bang Anggara dengan mengerutkan keningnya.

"Aku ingin di rumah ini hanya ada aku dan abang serta calon anak kita saja. Aku merasa gak nyaman kalau mbak Silvia ada di sini, Bang. Aku ingin leluasa berdua dengan abang tanpa terganggu dengan kehadirannya. Demi bayi ini, Bang!" pinta Indira dengan puppy eyes nya.

Bang Anggara terdiam sesaat. Sepertinya ia sedang berpikir keras mempertimbangkan keinginan istri keduanya itu. Di tariknya napas dalam-dalam. Lalu Bang Anggara menatap Indira sambil tersenyum.

"Baiklah, jika itu membuatmu senang dan nyaman. Aku akan bilang pada Silvia supaya dia kembali ke rumah lama." Akhirnya bang Anggara menyetujui permintaan Silvia.

Indira tersenyum senang di dalam hati karena dia telah berhasil menyingkirkan orang yang membuat diri nya selalu tertekan di rumah ini. Paling tidak ini adalah awal yang baru dari rancangan rencana balas dendam nya.

Terpopuler

Comments

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

bagus indira kamu bisa membalaskan ketidak adilan mu

2023-06-13

1

Diank

Diank

Masih menyimak rencana apa yang akan disusun Indira untuk balas dendam

2023-03-27

1

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

gue dukung loe Indira

2023-03-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!