Bab 2. Percaya

Ini membuat Rena pusing, kata "mencoba" dari Raka seakan jebakan untuknya, bagaimana bisa kata "mencoba" menjadi persetujuannya untuk menikah.

Dipikiran Rena saat itu hanya untuk mencoba menjalin hubungan dulu, saling mendekatkan diri, bukannya untuk sebuah pernikahan.

Dan mengapa dia dengan bodohnya mengucapkan persetujuan itu tanpa berpikir. Rena menepuk bibirnya dengan kesal.

Bahkan Rena mendatangi Raka di kantornya. Dan ingin memukul kepala playboy cap kadal itu. Karena menyetujui dan datang melamarnya setelah ia mengiyakan kata "mencoba" itu.

Ya Raka langsung melamar dirinya dengan keluarga bosnya, Bapak Ibrahim menjadi pendampingnya datang ke rumah Rena. Ini benar-benar gila. Dan dalam sekejap ia menjadi calon istri seseorang.

Belum juga keterkejutannya hilang, sekarang ia tengah berada ditengah-tengah kedua ibu yang girang untuk menentukan gaun pernikahannya.

Rena dihadapkan dengan kedua mama, mamanya, juga bu bosnya. Mereka menentukan gaun mana yang akan Rena kenakan.

"Mama, Bu, kami menikah sederhana lho kalau kalian lupa?" Ucap Rena mencoba mengingatkan keduanya, karena apa yang mereka pilih adalah gaun untuk resepsi.

"Walaupun sederhana memang kamu tidak memerlukan pakaian nikah?" ucap sewot Wila, ibu Rena. Ia kesal dengan keputusan pengantin yang melaksanakan pernikahannya dengan sederhana.

Padahal ia ingin pernikahan anaknya mewah jadi ia bisa mengundang teman sosialitanya. Keputusan yang tadinya ia tentang. Tapi akhirnya suaminya berhasil membuatnya setuju.

"Bu boss maaf merepotkan," Rena menjadi tidak enak kepada ibu Isak itu. Sedari tadi ia melihat bu bossnya hanya sebagai pendengar ocehan sang mama.

Yang tidak setuju dengan pernikahan sederhana yang Rena pilih. Sebenarnya Nami dan Ibrahim telah mengetahui tentang keluarga Rena yang tidak begitu akur.

Nami dan suaminya sering bertemu dengan Wila dan Troy saat  di pesta rekan kerja mereka dan selalu yang mereka bahas adalah anak pertama mereka, Davis, mereka menyanjung, seakan anak pertama mereka tak bercela.

Saat Nami membahas tentang Rena, Wila bahkan terkejut, mengetahui anak perempuannya bekerja di perusahaan sang suami.

Dari situ, mereka hilang hormat, pada keduanya dan hanya menyapa seadanya jika tak sengaja berpapasan.

Padahal di mata keluarga Ibrahim, Rena sosok yang cekatan dan luar biasa. Bahkan Nami selalu ingin menjodohkan Rena dengan Isak. Sebelum tahu Raka, sahabat Isak menaruh hati pada Rena.

Dan melihat anaknya, tidak tertarik pada Rena. Nami pun menyerah. Siapa pun nanti yang menjadi pasangannya. Yang penting kebahagiaan Rena.

"Bagaimana dengan kain yang ini?" Wila mengambil satu kain, kain yang juga Nami setujui, daripada pilihan kain yang sebelumnya Wila pilih. Dengan cepat Rena pun menyetujui.

Kain brokat berwarna broken white, dengan banyak monte-monte, terlihat elegan tapi tidak seheboh yang lainnya.

"Batiknya pakai yang mana? Bagus pastel atau coklat biasa?" Wila bingung. Ia kembali masuk untuk memilih kain jariknya.

"Rena kamu bahagia?" Kembali Nami mendekat pada Rena, yang ia tahu gadis itu tidak tertarik dengan pernikahan. Ia melihat dari tolakan saat dengan gamblang Nami ingin menjadikan Rena menantunya.

Juga melihat kedua orang tua Rena, sebenarnya Nami sedikit terkejut dengan pernikahan Raka dan Rena ini. Semuanya seperti terburu-buru.

Ponsel Rena berbunyi. Nama Raka disana. Ia meminta izin untuk mengangkatnya meninggalkan Nami dengan pertanyaan yang menggantung.

"Maaf aku tak bisa kesana, meeting ku molor" ucap Raka.

"Okey tak apa, untuk kali ini, tapi tidak untuk lain kali" ucap tegas Rena.

"Siap my Queen"

"Raka" suara lain terdengar dari tempat Raka.

"Sudah dulu ya sayang, Padma memanggilku" ucap Raka yang kemudian mematikan ponselnya tanpa menunggu jawaban Rena. Ia mencebikkan bibirnya ia harus kedalam dan menghadapi mamanya lagi.

***

"Raka dimana kamu?" Rena menelepon Raka, helaan nafas terdengar dari seberang. 

"Maaf sayang aku terlambat, macet tunggu sebentar ya" satu jam, akhirnya Raka datang. Ia mendekati Rena dengan menyengir.

"Hei, maaf ya, bagaimana? Aku ingin melihat kau mengenakan pakaian pengantinnya."

Ia memeluk Rena, sejak lamaran, Raka semakin sering melakukan kontak fisik pada Rena. Dari elusan, berpegangan tangan, pelukan bahkan ciuman juga.

Awalnya Rena terkejut. Tapi memikirkan mereka akan menua bersama, mengapa tidak ia membiasakan diri. Tapi Rena masih merasa malu, juga penasaran.

"Aku sudah, tinggal milikmu" Raka melepaskan pelukannya. Ia menatap dengan mata memohon.

"Aku juga ingin melihat pengantinku?"

"Gak bisa, kamu melihatnya nanti saja di acara, pamali!" ucap Wila yang baru saja keluar dari dalam ruang jahit bersama Nami.

"Kamu semakin kurus Ren, mama sudah minta untuk mengecilkan lagi pakaianmu, ajak calonmu makan siang Raka, ia belum memasukan makan apapun hari ini" Nami menimpali. Ia melihat pipi tirus Rena.

"Baik ma, Sayang ini sudah sore, kau belum makan?" Tatapan Raka menajam. Rena memutar bola matanya malas.

"Setelah ini, kita makan, tunggu aku!" Raka masuk ke dalam ruangan pengepasan. Rena menunggu Raka. Sedangkan Nami dan Wila sudah pamit pulang.

"Ayo kita makan, ck! Ini sudah jam empat" Omel Raka.

"Ini aku makan" Rena mengangkat sekantong kuaci dihadapan Raka.

"Itu bukan makan!" Raka merebut dan menjauhkannya dari Rena.

Ya Rena suka sekali mengemil kacang-kacangan. Almond coklat, almond renyah, jagung marning, kacang hijau renyah. Namun favoritnya adalah kuaci.

"Itu makanan Raka! Hamster dan sugar glider suka" Rena keras kepala.

"Iya, tapi bukan makanan manusia!" Raka tak mau kalah, menggandengan tangan Rena, dan membukakan pintu penumpang.

Lalu setelah Rena masuk ia menutup pintu, dan membuka pintu belakang kursi Rena memasukan kuaci di belakang kursi Rena lalu mengambil satu bungkus keripik pisang.

Ia duduk di kursi kemudi. Dan memberikan bungkusan keripik pisang dipangkuan Rena. Bibir Rena tertarik ke atas lebar. Menjadi cengiran. Raka tahu apa yang ia suka.

Rena menikmati keripik kesukaannya itu. Selain kuaci tentunya. Sore itu Raka membawanya ke rumah makan padang. Disana Rena diperlakukan layaknya sapi yang digelonggong air sebelum di sembelih.

Bedanya disini Raka menumpahkan segala lauk pada piring Rena. Dan wanita itu harus menghabiskannya. Rena kembali cemberut. Ia tidak bisa menghabiskan makanannya. Raka mengambil alih piringnya. Membuat mereka makan sepiring berdua.

Raka menyuapi Rena dengan sesekali menyuapkan nasi pada mulutnya. Rena sangat menikmati makanannya. Ia mengunyah dengan menatap Raka yang juga mengunyah, sesekali menatap ke arah ponselnya yang selalu bergetar.

Raka menjelaskan pekerjaannya sedang banyak, juga ada sedikit masalah pada perusahaannya itu dan memerlukan banyak perhatian darinya.

Keabsenan Raka tidak hanya sekali, namun 95% dalam semua persiapan pernikahan, penentuan souvenir juga undangan, ia tidak hadir. Akhirnya, Rena tak terlalu ambil pusing Dengan alasan yang sama, pekerjaan.

Lagipula Rena berpikir jika pernikahan mereka hanya pernikahan sederhana jadi tak perlu banyak menurus hal yang merumitkan. Tapi ia salah, walau sederhana banyak yang harus ia urusi. Apalagi sang mama yang masih ingin membuat pesta yang meriah, ia dan papanya sampai pusing, bahkan Davis ikut membantu.

Perayaan yang akan keluarga adakan. Wila membuat pesta makan-makan yang lumayan besar, untuk mengundang juga rekan dan teman sosialitanya.

Padahal Raka sudah tegaskan jika resepsinya akan menyusul, dan ia akan membuatnya besar. Tapi Wila sangat keras kepala ingin pernikahan anaknya megah dan mewah masih bersikukuh untuk membuat makan malam yang hanya mengundang teman-teman sosialitanya saja.

Raka tak bisa menghalangi mertua perempuannya itu. Raka pun juga tak bisa menolak.

"Ini Undanganmu mau berapa?" Raka menyempatkan diri untuk makan siang bersama Rena. "Tiga aja" ucap lelaki itu menyantap pastanya.

"Tiga? Siapa aja?" Rena hidungnya mengkerut dibalik kacamata, hari ini Rena tidak menggunakan softlens, matanya agak gatal.

"Isak, Padma dan pak Soleh" ucap Raka. Pak Soleh adalah supir Raka.

"Keluarga pamanmu?"

"Ah aku lupa mengatakan padamu, mereka tidak bisa hadir, sayang, perusahaan paman terkena imbas dari masalah perusahaanku ini, makanya mereka tertahan disana." Ucap Raka lelaki itu tidak melihat adanya rasa gelisah di raut wajah Rena.

Ia merasa paman Raka tidak begitu merestui dirinya dan Raka menikah. Tapi kembali Rena menggelengkan kepala. Rena selalu berjibaku dengan pikiran negatif yang selalu muncul.

"Sayang, kamu tenang saja, paman Andruw memberikan restunya pada kita" ucap Raka saat melihat Rena terdiam.

"Atau aku akan hubungi pamanku dan berkenalan dengan mu, sekarang?"

"Ah tak perlu, disana pasti sibuk, ini juga masih terlalu pagi disana,"

"Baiklah, habiskan makananmu, aku masih ada meeting lagi, sebentar lagi, kau bisa kembali sendirikan sayang?" Rena mengangguk, Raka mengelus kepala Rena.

Dan kembali ia meyakinkan diri, jika Ia dan Raka akan bisa melalui semua, karena Rena tahu Raka akan selalu ada didekatnya dan membantu Rena.

***

"Keluarga Raka tidak datang!" Pekik seseorang dengan geram.

Bersambung ...

Episodes
1 Bab 1. Rahasia
2 Bab 2. Percaya
3 Bab 3. Kabur kah?
4 Bab 4. Keterkejutan
5 Bab 5. Pulang
6 Bab 6. Padma
7 Bab 7. Soto, Kico-kico, mogigi dan benk-benk
8 Bab 8. Ingkar Janji
9 Bab 9. Kekesalan Nami
10 Bab 10. Hilang lagi
11 Bab 11. Diam bukan berarti bodoh!
12 Bab 12. Permulaan.
13 bab 13 Kejutan pasutri
14 Bab 14. Gani
15 Bab 15. Makan Berempat
16 Bab 16. Kembali Ditinggalkan
17 Bab 17. Rahasia
18 Bab 18. Muak
19 Bab 19. Melawan
20 Bab 20. Terkuak
21 Bab 21. Geram
22 Bab 22. Hamil
23 Bab 23. Eyang Doroty
24 Bab 24. Kedatangan Eyang
25 Bab 25. Kedatangan kerabat
26 Bab 26. Kedatangan Kerabat 2
27 Bab 27. Satu Tempat tetapi Tak Berjumpa
28 Bab 28. Penyesalankah?
29 Bab 29. Gusar
30 Bab 30. Mari Kita Bermain!
31 Bab 31. Menanggapi Serangan
32 Bab 32. Permintaan
33 Bab 33. Bertemu Udin
34 Bab 34. Kesempatan
35 Bab 35. Pertunangan Davis
36 Bab 36. Tawanan Tuan Davis
37 Bab 37. Makan Siang
38 Bab 38. Kulineran dan Mengulik si Davis
39 Bab 39. Solena
40 Bab 40. Berbaikan
41 Bab 41. Cerita Masa Lalu
42 Bab 42. Saudara Ibu
43 Bab 43. Permasalahan yang Tidak Ada Habisnya
44 Bab 44. Persalinan
45 Bab 45. Sadar
46 Bab 46. Kenan
47 Bab 47. Oom Duduk
48 Bab 48. Berakhir
49 Bab 49. Kenan Sembuh Ibooook
50 Bab 50. Misyara Ibrahim
51 Bab 51. Kila Javier
52 Bab 52. Hamil lagi
53 Bab 53. Bercerai?
54 Bab 54. Ular Betina
55 Bab 55. Kegalauan Raka
56 Bab 56. Kesadaran Rena
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1. Rahasia
2
Bab 2. Percaya
3
Bab 3. Kabur kah?
4
Bab 4. Keterkejutan
5
Bab 5. Pulang
6
Bab 6. Padma
7
Bab 7. Soto, Kico-kico, mogigi dan benk-benk
8
Bab 8. Ingkar Janji
9
Bab 9. Kekesalan Nami
10
Bab 10. Hilang lagi
11
Bab 11. Diam bukan berarti bodoh!
12
Bab 12. Permulaan.
13
bab 13 Kejutan pasutri
14
Bab 14. Gani
15
Bab 15. Makan Berempat
16
Bab 16. Kembali Ditinggalkan
17
Bab 17. Rahasia
18
Bab 18. Muak
19
Bab 19. Melawan
20
Bab 20. Terkuak
21
Bab 21. Geram
22
Bab 22. Hamil
23
Bab 23. Eyang Doroty
24
Bab 24. Kedatangan Eyang
25
Bab 25. Kedatangan kerabat
26
Bab 26. Kedatangan Kerabat 2
27
Bab 27. Satu Tempat tetapi Tak Berjumpa
28
Bab 28. Penyesalankah?
29
Bab 29. Gusar
30
Bab 30. Mari Kita Bermain!
31
Bab 31. Menanggapi Serangan
32
Bab 32. Permintaan
33
Bab 33. Bertemu Udin
34
Bab 34. Kesempatan
35
Bab 35. Pertunangan Davis
36
Bab 36. Tawanan Tuan Davis
37
Bab 37. Makan Siang
38
Bab 38. Kulineran dan Mengulik si Davis
39
Bab 39. Solena
40
Bab 40. Berbaikan
41
Bab 41. Cerita Masa Lalu
42
Bab 42. Saudara Ibu
43
Bab 43. Permasalahan yang Tidak Ada Habisnya
44
Bab 44. Persalinan
45
Bab 45. Sadar
46
Bab 46. Kenan
47
Bab 47. Oom Duduk
48
Bab 48. Berakhir
49
Bab 49. Kenan Sembuh Ibooook
50
Bab 50. Misyara Ibrahim
51
Bab 51. Kila Javier
52
Bab 52. Hamil lagi
53
Bab 53. Bercerai?
54
Bab 54. Ular Betina
55
Bab 55. Kegalauan Raka
56
Bab 56. Kesadaran Rena

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!