Seumur hidup baru kali ini ada orang yang berani menolak permintaan Tuan Altair.
Lan hendak beranjak dari posisinya berdiri untuk menghentikan perempuan kurang ajar yang sudah berani menghina Tuan Altair, tetapi isyarat tangan Tuan Altair menghentikan gerakan Lan lalu asisten handal itu membungkukkan sedikit tubuhnya seraya berkata,
“Tuan, perlukan jika saya panggilkan perempuan lainnya?” tanya Lan.
“Selidiki perempuan itu!” titah Tuan Altair.
“Baik, Tuan,” jawab Lan.
Tuan Altair menggoyangkan cawannya yang berisikan wiski kemudian meminumnya dengan satu kali tegukan saja. Manik Tuan Altair kembali melihat kearah pintu dimana perempuan itu lenyap. “Berani sekali dia menolak ku,” ujar Tuan Altair dengan wajah yang nampak datar.
Di luar ruangan.
Asena mengedarkan pandangannya mengamati sekitar mencoba untuk mencari keberadaan Ece. Kini Asena melihat jika perempuan yang ia cari sedang berbicara dengan seorang lelaki di sudut club malam ini.
“Ece,” panggil Asena.
Perempuan yang di panggil menoleh dan langsung membulatkan kedua matanya ketika menyadari jika Asena berada tidak jauh darinya. Ece berpamitan pada lelaki yang ada dihadapannya kemudian berjalan menghampiri Asena.
“Asena, kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Ece. “Apa Tuan Altair juga meminta kamu keluar,” tebak Ece.
Asena menggelengkan pelan kepalanya kemudian berkata, “Aku keluar sendiri,” jawab Asena jujur.
Ece yang kaget langsung memegangi kedua pundak Asena. “Asena, apa yang kamu lakukan! Lelaki itu terkenal sangat kejam sekali di kota ini bahkan tidak ada satupun orang yang berani menatapnya ketika berbicara,” ujar Ece dengan air muka nampak cemas.
“Ece, Asena takut. Asena tidak mau kerja di club malam lagi, Asena akan kembali kerja di restoran saja,” kata Asena dan langsung pergi meninggalkan Ece.
“Asena, datanglah ke rumahku jika kamu butuh bantuan,” teriak Ece.
Asena tidak menjawab perempuan itu kini sedang sibuk berjalan keluar dari club malam ini. Asena tidak berani mengangkat kepalanya sedikitpun karena ia merasa risih ketika melihat begitu banyak perempuan yang mengenakan baju tipis dan juga terdapat lelaki hidung belang yang terus saja mencoba untuk menyentuh mereka, sungguh Asena merasa takut dan menyesal ia harus masuk kedalam tempat ini.
Asena Lunara perempuan berusia 21 tahun, tapi memiliki wajah seperti perempuan berusia 17 tahun begitu imut dan begitu cantik sekali. Merupakan perempuan cantik dengan tubuh semampai dan juga rambut panjang berwarna ikal, bola matanya berwarna sebiru lautan dan memiliki kulit seputih susu meskipun tidak melakukan perawatan apapun karena ia memang sudah cantik dari lahir.
Kecantikan Asena tidak sama dengan takdir hidupnya. Ia hidup dalam kekurangan, tapi meskipun begitu Asena tidak pernah mengeluh meskipun ia hidup dalam kemiskinan semua itu karena Asena pandai bersyukur dan juga enggan mengeluh.
Sebelum pulang ke rumah Asena lebih dulu mampir ke toilet umum kemudian menghapus riasan wajahnya dan tidak lupa ia juga mengenakan baju yang sederhana. Setelah menempuh beberapa waktu perjalanan akhirnya Asena sampai juga di depan rumahnya.
“Mama, Asena mungkin gagal membawa banyak uang sekarang, tapi Asena berjanji akan bekerja lebih giat lagi. Asena tidak ingin mengecewakan Mama dengan mendapatkan uang haram di dalam club' malam,” batin Asena menyemangati dirinya sendiri.
“Kau mati saja! Kenapa kau pulang tidak membawa uang.” Teriakan seorang lelaki terdengar hingga keluar rumah membuat Asena langsung berlari menuju asal suara itu.
“Mama,” teriak Asena ketika melihat Papanya hendak menampar pipi Mamanya. “Papa, kenapa pulang-pulang selalu marah dan juga mabuk,” kata Asena dengan isak tangisnya.
“Anak tidak tahu diri! Kau masih berani bertanya kenapa aku pulang?” maki Cem yang merupakan Papa Asena. “Kamu sudah dewasa tapi tidak bisa diandalkan, harusnya kamu itu bisa memberikan uang pada Papa dan bukan malah menyusahkan saja,” hardik Cem dengan tidak tahu diri.
Cem adalah Papa kandung Asena yang suka mabuk dan juga hobi berjudi. Lelaki itu memiliki begitu banyak hutang. Cem akan pulang dengan keadaan mabuk ketika uang berjudinya habis dan jika Mama Asena tidak memberikan uang, Cem akan memukuli Mama Asena atau mungkin bisa membunuh perempuan malang itu jika Asena tidak datang tepat waktu. Cem bahkan berhutang dengan salah satu rentenir kemudian dengan tidak tahu diri Cem meminta pada rentenir itu untuk menagih uang pada istrinya yang jelas tidak tahu apa-apa.
Alasan Asena sampai nekat ingin bekerja di club malam tidak lain ialah demi untuk bisa membayar hutang Cem supaya Mamanya tidak terus di sakiti seperti ini, tapi Asena terlalu egois dan ia tidak bisa bekerja di tempat liar seperti itu. Tapi Asena berjanji ia akan mencari satu lagi supaya bisa membayar hutang Cem agar lelaki itu tidak terus memukuli perempuan tersayangnya ini.
“Apakah Papa tidak salah bicara! Justru yang paling menyusahkan di rumah ini adalah Papa, Papa itu sudah tidak kerja tetapi malah minta uang Mama kemudian dihabiskan untuk minum dan juga berjudi.” Asena merasa kesal dan langsung balas memaki Cem.
“Asena, Papa kamu itu sedang mabuk dan dia tidak tahu dengan apa yang sedang ia bicarakan,” kata Sima mencoba untuk menahan lidah Asena agar tidak kurang ajar dengan Papanya.
“Mama, kenapa masih bisa membela lelaki itu,” teriak Asena kesal karena perempuan yang telah melahirkannya itu masih saja membela papanya meskipun telah disakiti berulang kali.
Cem hendak menampar Asena tetapi Sima langsung berdiri dihadapan putrinya dan ialah yang akhirnya terkena tamparan itu hingga tersungkur ke atas lantai dan tidak sadarkan diri, Asena yang melihat Mamanya pingsan pun tidak terima dan hendak memukul Cem, belum sempat tangan Asena mengenai lelaki itu tapi dia sudah terdorong kebelakang dan membuat punggungnya terbentur dinding cukup keras.
“Sekali lagi kalian berdua berani kurang ajar padaku,” ancam Cem seraya menunjuk kearah keduanya secara bergantian. “Aku akan menjual kalian berdua.” Setelah bicara Cem segera melangkah pergi dengan bernyanyi tanpa dosa, bahkan lelaki itu juga berjalan sempoyongan keluar rumah dengan sesekali meneguk minuman beralkohol langsung dari botolnya.
Asena segera melangkah mendekati Sima yang masih tidak sadarkan diri. “Ma, Asena akan melakukan apapun supaya Mama bisa lepas darinya,” ujar Asena yang enggan menyebutkan Cem sebagai papanya.
***
Tuan Altair sedang sibuk berkutat pada tumpukan berkas yang kini ada dihadapannya. Lelaki itu membaca tulisan yang ada di berkas-berkas itu dengan sangat teliti sekali. Lan masuk kedalam ruangan ini tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu karena itu memang sudah menjadi kebiasaannya dan Tuan Altair tidak, masalah dengan kelancangan Lan yang satu ini.
“Katakan!” titah Tuan Altair tanpa mengalihkan pandangannya kearah berkas-berkas yang ada di hadapannya sekarang.
“Tuan Altair. Perempuan semalam bernama Nona Asena Lunara,” mendengar penuturan Lan, Tuan Altair langsung menyandarkan punggungnya di kursi kerja kemudian menatapnya dengan wajah datar, hal itu menunjukkan jika Lan boleh melanjutkan ucapannya.
“Dia adalah anak tunggal. Mamanya bernama Sima dan dia bekerja di perumahan elit sebagai seorang pelayan sedangkan Papanya bernama Cem dia tidak bekerja dan kerjanya setiap hari hanya mabuk-mabukan dan juga berjudi saja bahkan Cem seringkali memukul anak dan juga istrinya,” lapor Lan. “Nona Asena bekerja di restoran dan kemarin adalah hari pertamanya bekerja di club malam,” lapor Lan lagi.
Tuan Altair mengusap pelan dagunya mengunakan kedua jari kemudian mengulas senyuman devil. Entah apa arti dari senyuman itu hanya dia saja yang tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Khairin Nisa IG khairin_junior
terima kasih komentarnya.
2023-03-05
1
Dde Rini
kesel banget ama mak nya udah aja pergi ama anaknya ga usah peduliin laki kaya gitu😤
2023-03-05
2