#2 Killian

...Killian Riyudha Altez Dimitri...

...***...

...Enjoy your meal!...

...👓...

...〰️K i l l i a n〰️...

"Hmm...iya iya, bentar lagi napa Bel, ini kan hari minggu gue yang berharga..."

Suaranya terdengar serak dan malas-malasan. Bahkan, badannya saja masih setia bergelung didalam selimutnya yang hangat. Sesekali ia membetulkan ponsel yang ia tempelkan begitu saja ditelinganya supaya tidak jatuh.

"iishh, oke! kasi gue 30 menit lagi deh yaa~" Gerutunya pada orang disebrang ponselnya.

Matanya yang masih terasa lengket, mau tidak mau ia paksa terbuka karena suara dari ponselnya sangat berisik. Tepatnya suara omelan.

"Ya ampun Bella, iya iyaaaa bawel banget sih. Yauda iya, ini mau siap-siap dulu!"

Tuuut!

Dengan kesal, Ruby menutup sambungan teleponnya dan menyibakkan selimutnya kasar.

Ini hari minggu. Tentu saja Ruby libur bekerja. Dan harusnya, ia bisa tidur sampai tengah hari nanti, pikirnya. Tapi Bella, sahabatnya, malah menelepon sepagi ini dan mengajaknya hang out. Ralat. Bukan mengajak, tapi memaksa. Mau tak mau, Ruby menyetujuinya karena Bella berjanji akan mentraktirnya tiket konser BTS nanti. Siapa yang bisa menolak, kan?

"Huuu, maaf ya kasur.. Bukannya Ruby gak kangen, padahal biasanya hari minggu gini kita kelonan sampe siang ya.. " Ucapnya sambil tengkurap memeluk kasurnya yang berantakan.

Ya, Ruby ini termasuk gadis yang senang menghabiskan waktu akhir pekan dengan kasurnya. Hanya saja, kali ini Bella sahabatnya dari jaman kuliah terus saja mengomelinya agar dia jalan-jalan setidaknya sesekali. Kata Bella, sudah waktunya dia punya pacar sungguhan, bukan oppa-oppa yang ada dihalusinasinya apalagi pria-pria gepeng webtoon yang digilainya. Sialan, pikir Ruby. Menohok tapi perkataannya tidak salah juga.

Bukannya tidak menyukai laki-laki di dunia nyata. Hanya saja.. Akh! Sudahlah, sangat rumit menjelaskannya. Sama rumitnya dengan isi kepala Ruby.

...〰️k i l l i a n〰️...

"Astagah... Omegot omegot Ruuu... Liat deh cowok yang disana ganteng banget gilaaak.." Pekik Bella heboh.

"Gak. Gantengan Taehyung." Ruby menyahut cuek sambil menyeruput boba milktea-nya.

Bella yang mendengar tanggapan Ruby yang selalu sama untuk yang kesekian kalinya, hanya mencebik sebal. Temannya ini memang sulit sekali disembuhkan dari kegilaannya terhadap Kpop dan biasnya yang segudang. Belum lagi, Ruby ini juga pecandu pria-pria 2D alias tokoh komik yang Bella sendiri bingung gimana cara melihat kegantengannya.

Bella sendiri, sebetulnya sama gilanya kalau menyangkut biasnya dan Kpop merangkap per-drakoran. Tapi, dia masih ingat juga kehidupan nyata yang katanya berat dan tak lupa untuk punya pacar.

"Ck gak asik lo, nongki tuh cuci mata liat-liat yang ganteng kali Ru..jangan halu mulu, kalo gini kapan lu punya pacar biar bisa gue ajak double date.."

Ruby menoleh dan hanya memberikan cengiran sekilas.

"Ya gimana, gue cintanya ama Taehyung, Jungkook, Chanyeol, Cha Eunwoo, Sehun, Kang Daniel, Jaehyun, Taeyong, BI, Suho, Bob-"

"Ssshhtt ssshhtt sshhyuttt!!"

Ocehan Ruby terpotong dengan desisan kesal Bella. Sahabatnya itu terlampau kesal sampai-sampai air liurnya sedikit beterbangan yang membuat Ruby refleks memundurkan badannya dengan wajah jijik.

"Itu cinta apaan kok kaya koleksi tas kulit biawak gue, banyak banget?!" Sindir Bella

"Hehe. Abisnya lu kayak emak-emak kebelet pengen punya mantu, nanyain pacar mulu ke gue kerjaannya." Tanggap Ruby dengan kekehan yang membuatnya hampir tersedak boba.

Bella mendelik jengah. "Nih ya Ubiii, gue tuh care sama lu, bukan cuma biar gue bisa mewujudkan impian double date di Prindavan sama lu aja, tapi gue pengen ya lu ada yang jagain aja, biar ada pawangnya gitu.."

"Heh! Lu pikir gue queen cobra!"

"King, bego!" Koreksi Bella cepat.

"Ya pokoknya itu! Lu pikir gue uler nagin yang musti punya pawang-pawangan segala. Cowok gue uda banyak dan mereka semua gak pernah bikin gue pundung apalagi sakit hati." Protes Ruby tak terima.

Bella hanya bisa menghela napas jengah. Tidak ada gunanya dia debat seperti idiot begini dengan sabahabat paling pintarnya ini. Setidaknya, dulu ketika masih di bangku kuliah, Ruby termasuk mahasiswa pintar dalam bidang akademik. Tapi justru sangat bodoh dalam hal yang berkaitan dengan laki-laki, pikir Bella.

"Ya gimana bisa bikin lu pundung, dia tau lu bernapas aja enggak, hadeeh."

Ruby mendelik tak suka mendengar komentar Bella. Padahal Bella sendiri dibelakang pacarnya sama-sama pemuja abs oppa seperti dirinya. Kendati begitu, Ruby cukup paham kenapa Bella sebawel ini memintanya segera berpacaran.

Sahabatnya ini hanya sedang mengkhawatirkannya. Ruby sangat tahu, didunia ini mungkin yang benar-benar peduli padanya sekarang hanya Bella.

Ia ingat kejadian beberapa tahun ke belakang ketika masih duduk si bangku kuliah, saat dirinya sempat diteror penguntit yang membahayakannya. Bella sampai ketar ketir mencari kosan baru untuknya dan mengurus semuanya sendiri. Bahkan sampai melaporkan penguntit itu ke polisi. Lebih gila lagi, hampir saja Bella membelikan satu unit apartemen untuk Ruby, karena merasa si penguntit masih akan muncul lagi seperti di drama-drama yang ia tonton jika saja Ruby tak habis-habisan menolaknya.

Teman Ruby ini memang sultan, sih. Ruby kadang lupa hal itu.

"ck udah ah, pokoknya gue belom ada niatan pacaran buat sekarang. Titik. " Final Ruby.

Bella akhirnya menyerah. Ya, untuk sekarang. Dia hanya bisa geleng-geleng kepala seraya menyedot kembali minumannya.

"Eh Ru, gue ke toilet bentar ya, kebelet nih." Seru Bella tiba-tiba sambil terburu

menaruh kembali minumannya.

"Hm, sonoh sonoh. "

Ruby hanya menjawab malas sambil mengibas-ngibas tangannya. Sepeninggal Bella yang ke toilet, dia hanya memainkan ponselnya sebagai ganti teman mengobrol. Mengecek beberapa notifikasi, siapa tahu ada salah satu biasnya yang salah ketik nomor dan tersambung ke nomornya. Namun jelas itu tidak mungkin. Gebetan nyata saja Ruby tidak punya.

Pada akhirnya dia kembali melihat koleksi pria-pria tampan gepengnya di webtoon. Tapi baru beberapa menit ia men-scrol komik yang dibacanya, dia dikagetkan dengan seorang laki-laki tak dikenal duduk dihadapannya serta merta. Tepat ditempat Bella duduk sebelumnya.

Karena terkejut, Ruby sontak terperanjat dan hampir menyemburkan boba yang sedang dinikmatinya.

"Mulai sekarang, dengarkan perkataan saya." Ujar laki-laki itu pelan namun sangat tegas dan tajam.

Ruby jelas sangat kebingungan. Bahkan ia belum sempat bertanya apalagi mencerna situasinya saat ini. Tiba-tiba saja, seorang lelaki dengan pakaian serba hitam, lengkap dengan topi dan masker hitam duduk didepannya dengan gerak gerik sangat mencurigakan.

"Mohon maaf mas, kalo mau bikin konten jang- "

Cekrek!

Tidak. Itu sama sekali bukan suara rana kamera.

Belum selesai gadis itu protes, tangan laki-laki misterius itu terangkat seraya menodongkan revolver yang siap ditarik pelatuknya kearah Ruby. Mata Ruby membola. Jantungnya kontan terpacu lebih cepat. Apa-apaan orang ini pikirnya. Apa Ruby sedang ada di acara jebakan Ironman sekarang? Oh, kalau begitu mungkin saja sekarang disekitarnya sudah ada kamera tersembunyi. Dia harap sih begitu.

"L-lho lho lho! Mas jangan bercanda, ya. Anda siapa, dateng-dateng bersikap gak jelas kayak gini!" Ujar Ruby masih berusaha tetap tenang. Berbanding terbalik dengan suaranya yang terdengar panik. Bahkan, ia sengaja mengeraskan suaranya untuk menarik perhatian orang-orang. Walaupun Ruby tak tahu ini sungguhan atau ia memang sedang dijadikan bahan konten random, tapi yang jelas, mungkin laki-laki didepannya sekarang memang berbahaya.

Wajah yang hanya terlihat setengah dari tulang hidung yang cukup tinggi itu terlihat menatap lurus ke arahnya. Sorot matanya tajam dan dingin. Ruby merasa sedikit terintimidasi karenanya. Disaat seperti ini, kenapa Bella sangat lama sekali pergi ke toiletnya. Bella, tolongin gue, ada psikopet lagi, hiks~

"Apa sekarang gue kelihatan lagi bercanda, Ruby?"

Deg!

Ruby mengerjap beberapa kali. Apa ini? Orang itu tahu namanya dari mana? Otak Ruby mendadak sibuk memikirkan berbagai kemungkinan sampai rasanya hampir nge-hang. Ini gila. Masa di hari minggu seperti ini dia masih diikuti sama jurig sial, pikirnya

"I-ini gak lucu ya!! Sa-satpa-..."

DOR!!

"KYAAAAK!!!!"

saat itu juga, semua orang didalam kafe riuh, mencoba lari dan mengamankan diri ketika satu tembakan diluncurkan ke salah satu kaki kursi kosong di samping Ruby.

Tubuh Ruby membeku. Matanya membola melihat ke arah kaki kursi yang pata dengan sisa-sisa asap putih tipis disekitarnya. Mampus! I-itu pistol beneran?

Beberapa security sudah masuk dan mencoba mendekat. Tapi laki-laki berakaian hitam itu lekas mengikis jarak dan membuat ujung moncong pistol menempel di jidat mulus Ruby.

"masih keliatan kayak ngelawak, ya?" Gumamnya dengan nada mengejek.

"S-saya.. s- saya salah a-apa.." Gagap Ruby dengan tubuh yang mulai gemetar takut. Ia bahkan merasa hampir ingin kencing ditempat saking ketakutannya.

Mata lelaki itu melirik sekilas ke arah belakang tubuh Ruby. Entah apa yang dilihatnya. Ruby sama sekali merasa buntu karena terlalu takut. Ia tak bisa memikirkan apapun sekarang.

Tapi, beberapa detik kemudian...

PEREPEEEEEEPPP!!!! DUAAARRR!!!

"SURPRISEEEE!!!!"

Bella datang dari arah belakangnya dengan membawa kue tart strawberi. Bahkan sudah ada Karen, Hanin, Dimas, Melvin dan Cristian dibelakangnnya yang ikut menghamburkan confetti dan meniup terompet. Tak lupa mereka semua mengenakan topi kerucut yang terlihat kekecilan dikepalanya.

What the hell. Ruby sampai menganga. Otaknya kembali berputar kebingungan melihat situasi absurd sekarang. Jantungnya bahkan belum kembali berdegup normal gara-gara ditodong pistol laki-laki tak dikenal.

"HAPPY BIRTHDAY UBI CILEMBYUU KU YANG UNYUUU... "

Bella, Hanin dan Karen memekik heboh.

"GIMANA? HEBAT KAN SUSSURUPRISS GUA?" Tambah Bella lebih heboh dengan suara melengkingnya tanpa mempedulikan Ruby yang masih jadi patung ditempat saking kagetnya.

Dengan gerakan kaku, Ruby kembali menoleh ke arah lelaki didepannya yang sudah menurunkan pistolnya. Tapi Ruby tak melihat ada perubahan ekspresi dari matanya yang masih menatap datar. Orang itu bahkan belum juga membuka maskernya.

Karena tak kunjung mendapatkan respon dari Ruby, Bella menaruh kue tartnya dimeja dan menghampiri Ruby.

"Ru..?" Panggil Bella.

"hiks.. "

Isakan samar tiba-tiba saja keuar dari bibir gemetar Ruby. Mata Ruby yang memerah berkaca meloloskan air mata ke pipinya. Bella menaikan sebelah alisnya heran, walaupun belum menghilangkan senyum menyebalkan dibibirnya.

GEDUBRAK!!

"UBIII!! YAAMPUN!!"

Lagi-lagi, ketiga sahabatnya memekik heboh tak terkontrol.

Belum sempat Bella kembali bicara untuk menjelaskan, tubuh Ruby malah lemas dan terhuyung. Beruntung, pria bermasker tadi cepat tanggap dan refleksnya cukup bagus. Ia menangkap hanya dengan sebelah lengannya yang kekar tubuh Ruby yang kerkulai kesamping.

Rupanya, kejutan yang disiapkan Bella susah payah berhasil dan benar-benar mengejutan Ruby sampai gadis itu pingsan.

...〰️K i l l i a n〰️...

"Gimana ini Bell, kok dia belum bangun juga sih?" Ucap Hanin gusar.

Sekarang ini, mereka semua sedang berkumpul disatu tempat yang sudah direncanakan.

Tempat yang tak lain adalah panthouse milik Bella, yang rencananya akan dijadikan tempat untuk merayakan ulang tahun Ruby. Ya, Bella ini termasuk anak sultan ibu kota.

Tapi, justru dia sangat tidak suka tampil mencolok dan kerubuni teman-teman gadungan. Makanya, dia hanya memiliki sedikit teman sama seperti Ruby, dan salah satu sahabat terbaiknya ya Ruby sendiri. Tentu saja status dan latar belakang bukanlah masalah untuk Bella.

"Ini dia pingsan atau kebablasan molor sih. Uda hampir 5 jam lho ini? Kalo dia kenapa-napa gimana.. " Karen menimpali.

"Elu sih Bell, dapet ide gila kaya gini darimana coba? Kebanyakan nonton drakor unfaeda lu yaa..." Tambah Dimas ikut memanasi.

"Tau nih mentang-mentang sultan..satu kafe di mall disewa plus orang-orangnya cuma buat pura-pura kaget.. " Sahut Christian tak mau kalah.

Bella merengut tak suka dipojokkan teman-temannya. Dia yang sedari tadi duduk disamping Ruby yang masih tertidur, seketika berdiri dan menatap kesal mereka semua.

"Iiii, kok lo semua malah nyalahin gue sih!! Mana gue tau nih anak bakalan oleng. Kan lu semua juga ikutan ngeprank. Lu lagi Ren, tadi yang semangat pengen bikin Ruby termewek-mewek sampe ngompol di tempat siapa, hah!?" Sewot Bella tak terima dan menunjuk Karen yang beberapa jam lalu paling bersemangat dengan idenya.

"Yeee..kan gue cuma nyemangatin Bebel.." Sahut Karen pelan tapi juga tak mau ikut disalahkan.

"Ayaaaank... Mereka semua malah ngomelin aku masa, iiih!!"

"Dih, cepu!" Sindir Dimas.

"Hhh...uda uda, ah. Kasian Ruby entar malah tambah males bangun denger kalian ribut mulu." Jawab Melvin berusaha netral.

Bella mencebik. Mendengar jawaban kekasihnya yang sama sekali tak ada niatan membelanya. Walaupun sekarang bahunya sedang dirangkul lengan kekar favoritnya itu, Bella tetap merasa kesal karena Melvin tak menanggapi keluhannya.

Melvin tampak menghela napas melihat Bella yang sepertinya akan merajuk. Ekspresi teman-temannya juga belum begitu tenang, melihat sahabat mereka yang biasanya paling gila tiba-tiba saja pingsan. Walaupun Melvin dalam hati mewajarkan, sih. Siapa juga yang tidak shock, tiba-tiba ditodong senjata api tepat dikepalanya. Bella ini memang terkadang lain dari yang lain pikirnya. Dia juga sebernarnya setuju kalau ide pacarnya ini agak gila.

"Udah, kalian gak usah terlalu khawatir. Ruby cuma shock aja, plus kayaknya tuh anak emang kecapean. Gue uda suntikin obat tadi." Tambah Melvin.

Dari awal, Melvin dengan sigap memeriksa kondisi Ruby sekaligus memberi tindakan. Sebab, dia sendiri adalah seorang dokter spesialis. Inilah alasan kenapa mereka tak lantas membawa Ruby ke rumah sakit. Dari hasil pemeriksaan Melvin, tidak ada hal serius yang terjadi pada Ruby. Dipastikan 100% dia hanya shock karena terlalu terkejut, ditambah kondisi fisiknya yang memang kelelahan.

Mereka semua akhirnya diam. Suasana mendadak jadi sangat sunyi dan beku. Ruang tengah penthouse Bella yang sudah dihias berbagai macam birthday stuff jadi tampak agak menyedihkan.

Balon-balon nitrogen berwarna pink dan ungu muda yang menempel di langit-langit, kue tart berbentuk bulatan bokong berpita dihiasi gambar bias-biasnya Ruby disekeliing kue yang teronggok dimeja, rumbai-rumbai berwarna metalik dan tulisan 'HBD mblo' dari balon foil yang terpampang di dinding.

Ditengah kebisuan mereka, tiba-tiba saja terdengar suara dari arah sofa.

"hhhh~ udahan ah capek gue pura-pura molor. Uda laper juga!"

Doeng!

Suara itu berasal dari mulut Ruby. Dengan santainya dia bangun dari sofa sambil meregangkan badannya.

"Anjir!" Gumam Dimas.

"Eh? " Karen dan Hanin yang kebingungan.

Mata Bella membola dan mulutnya menganga lebar. Dia sampai lupa caranya menjaga image, walaupun sudah tau dirinya pasti tetap cantik dimata Melvin. Tapi justru dia sekarang benar-benar terkejut.

"Ubi..." Gumamnya.

"UBIIIII! JADI DARI TADI LO CUMA PURA-PURA ANJIR??!" Hebohnya sambil terburu menghampiri Ruby dengan tangan yang sudah siap-siap melayangkan berbagai serangan.

Ruby yang menyadari sumber bahaya dari mak lampir bernama Bella, tentu saja tak diam dan langsung meloncat lincah dari sofa.

"AMPUN NYAIIII...EMANG ENAK GUE PRANK BALIK, WLEEE, AWOKAWOKWOK!!"

"ANJING, AWAS LU YA RUBLOK... GUA CINCANG LU JADI BAKSO BERANAK!!"

"Heh! Nenek lampir Bellasungkawa! niat banget ya lu ngeprank gue sampe nyewa aktor bermuka psikopet buat ngejedor pala gue?? Mentang-mentang holkay lu, seenak jidat mau bikin gue mampus gara-gara jantungan. Ultah gue uda lewat seminggu ngapain ngasi surpriss abal-abal gini woy.. "

Tak hanya adu mulut, Ruby juga sibuk membalas gebukan Bella dengan bantal sofa. Dan jangan lupakan tangan mereka yang saling mencengkram rambut satu sama lain layaknya adu mekanik ala emak-emak.

"Heh, biji rakun! Sembarangan aja lu kalo ngomong. Rencana gue uda terkonsep secara matang dan sistematis, ye. Jujur aja, lu tadi ketakutan kan sampe pengen ngompol dicelana?" Tukas Bella tak terima rencananya dibilang abal-abal.

Rubi sedikit terkejut. Ia merengut mengingat dia memang sempat shock ketika melihat peluru yang ditembakkan lelaki bertopi itu seperti peluru sungguhan. Tapi Ruby jelas tak mau mengakuinya. "MANA ADA!!" Sahutnya cepat.

Bella tersenyum remeh. "Aaah, ternyata lu juga tadi sawan ya. Sama gue juga kalap pas liat lu pingsan tadi hehe. " Kata Bella.

Akhirnya pertarungan berakhir. Mereka berdua bangkit dari posisi saling menyerang, kemudian saling merapikan rambut mereka yang berantakan.

"Happy birthday lagi ya mbeb. Moga abis ini lu dapet cowok real, bukan oppa-oppa halu ato cowok gepeng lu itu." Ucap Bella santai sambil memeluk Ruby hangat.

"Makasih, mak Bell. Gabut banget lu ya ngerayain ultah gue sampe dua kali gini. Tapi makasih, gue beneran terkejut tadi. " Sahut Ruby dengan cengiran khasnya.

"Yaa, soalnya kan kemaren yang ngerayain cuman kita doang ciwi-ciwi, belom ada party. Gue kepikiran bikin party kecil-kecilan sambil ngasi surprise spektakuler buat lo lah Ruuu."

Keduanya kembali akur dan berbincang normal seolah beberapa detik lalu tidak terjadi perang makian.

"Eh by the way, kok elu bisa dapet talent yang punya muka psikopet gitu, sih? Hebat bener, sultan emang beda ya. Sewa dimana? Jangan-jangan lu sampe hunting ke agensi di korea ya buat nyewa talent begitu? Anjay~ Gue sampe gemeter liat matanya doang, serem banget gilak. Mukanya yang ketutup masker sama topi, ngingetin gue sama si penguntit mesum brengsek yang dulu neror gue."

Ruby mengoceh heboh sambil ia bumbu-bumbui dengan kemampuan halu-nya yang menyangkut-pautkan dengan agensi korea. Meskipun hal itu memang mungkin saja Bella lakukan. Mengingat uang temannya terlalu banyak.

"Nih ya, tadiya, sebagai defends, gue mau sirem mukanya pake boba punya lo, tapi gue keburu liat bayangan lo bawa kue tart di asbak porselen yang di atas meja. Dari situ deh gue tau gue lagi di prank. Wkwkwk" Tanpa sadar, bibir Ruby terus nyerocos tanpa henti diakhiri gelak tawanya sendiri.

"Eh? Psikopet?" Bingung Bella seperti melupakan sesuatu

Semua orang hanya bisa mentaksikan interaksi keduanya tanpa niat menyela. Hanya dengan melihat battle legend-nya Ruby vs Bella saja sudah membuat mereka semua yang ada diruangan merasa lelah.

Dari battle saling gebuk dengan bantal sofa, adu jambak, sampai battle memaki dan mengumpat indah satu sama lain. Dan akhirnya, kedua gadis itu akan berpelukan sambil mengobrol tidak anggun seolah hanya ada mereka saja didunia ini.

Bagi Karen, Hanin, Melvin, Dimas dan Christian, hal mengerikan ini sudah sering mereka lihat. Bahkan mungkin mereka pernah menyaksikan yang lebih ekstrem dari ini. Tapi tidak untuk satu orang yang lain di ruangan itu.

Satu orang yang sejak awal tak mengeluarkan sepatah katapun. Sosok lain yang hanya diam terpisah di sudut ruangan sambil menghisap rokoknya santai.

"Astagaaah, gue sampe lupa ngenalin ke elu, Ubi!" Pekik Bella yang membuat Ruby mengernyit bingung.

Dia menarik lengan Ruby ke sudut ruangan yang agak sedikit jauh dari tempat mereka berdiri sebelumnya. Sampai dimana tubuh Ruby menegang ketika berdiri tepat dihadapan seseorang.

"Nah. Kenalin nih, abang gua. Baru balik dari Belanda kemaren." Ucap Bella.

Tak ada respon dari Ruby. Malah raut mukanya menjadi tegang dan kaku. Tubuhnya juga malah kembali seperti patung kayu yang kaku.

"Eh? Tenang aja Ru, dia bukan psikopet beneran kok, walopun mukanya emang nyeremin gini." Tambah Bella yang menyadari raut tegang Ruby.

Padahal bukan itu yang membuatnya menegang. Sosok didepannya sekarang duduk santai tanpa mengenakan masker ataupun topi.

Demi apapun, Ruby ingin sekali menyumpal mulut Bella dengan kaos kakinya Dimas. Disaat seperti ini, kenapa Bella malah tidak peka dan terus mengoceh soal psikopat.

Berarti, sedari tadi orang itu menyaksikan ia mengumpat dengan kosa kata anggunya, plus mengatainya dengan sebutan psikopat dan brengsek mesum. Kayaknya gue layak dapet penghargaan di ajang 'mempermalukan diri sendiri'.

"Dia ini yang tadi nodongin p-pistol?" Gumam Ruby pelan tapi masih bisa didengar oleh Bella.

"Hooh. Ini abang gue, namanya Killian. A Ian ih! Ajak kenalan temen gue napa! Malah diem aja kaya rak sendal. " Sahut Bella pada laki-laki yang dia panggil 'A Ian'.

Ruby semakin merasa tak enak. Ternyata orang ini kakaknya Bella. Tamatlah riwayatnya, pikirnya. Sudah dipastikan kesan pertamanya hanya akan diingat sebagai ratu mengumpat. Walaupun kakaknya Bella berwajah datar nyaris tanpa ekspresi, siapa yang tahu mungkin saja saat ini laki-laki itu sedang menahan illfeel padanya.

Killian merubah posisi duduknya sedikit. Matanya menelisik wajah Ruby yang gugup dengan tatapan datar.

"Killian." Ucapnya singkat seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"..."

Ruby masih terdiam. Semua orang yang melihat sedikit keheranan. Namun semua menduga karena Ruby masih ketakutan melihat wajah datar Killian yang memang dingin dan agak menyeramkan. Apalagi setelah adegan menodongkan pistol di jidat jenong Ruby, pasti gadis itu masih sedikit ngeri melihat wajah Killian.

"Ru-Ruby."

Jawab Ruby. Sorot mata keduanya saling terkunci dengan berbagai definisi. Tidak ada yang tahu kecuali mereka sendiri masing-masing.

'Mampus lu Ruby...ini lagi abangnya Bella kenapa gantengnya kayak Jeon Jungook BTS, anjir! ' Sekilas dari berbagai teriakan dalam batin Bella. []

Terpopuler

Comments

Trii Puji

Trii Puji

hadeeeh ngakak🤣

2024-01-19

1

Trii Puji

Trii Puji

bener Ubi🤪

2024-01-19

1

Trii Puji

Trii Puji

ruby kita samaan. huhu suka sama tuan muda kim😍

2024-01-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!