Killian'S Queen
...〰️K i l l i a n〰️...
Dulu sekali, Ruby pernah bermimpi memiliki keluarga kecilnya sendiri yang utuh dan harmonis. Bercermin dari kedua orangtuanya yang menjunjung kerukunan dan tak malu-malu menunjukan sikap romantis di usianya yang sudah memiliki dua orang anak. Tanpa ia tahu sedikitpun, dibalik semua suasana hangat yang selalu ia rasakan ditengah-tengah keluarganya itu, menyimpan kebohongan besar yang siap melukainya kapan saja.
Diusianya yang menginjak remaja, barulah dia mendapatkan kenyatan pahit yang disimpan rapat-rapat kedua orang tuanya sejak lama. Ruby bukanlah anak kandung kedua orang tuanya saat itu.
Namun tak cukup sampai disana, Ruby seperti kembali mendapatkan pukulan telak kedua kalinya ketika ia mengetahui orang tua angkatnya itu telah memutuskan bercerai. Bahkan ketika ia masih duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Entahlah. Dipikir berapa kalipun menurutnya, hal ini tidak terasa nyata.
Banyak sekali pertanyan-pertnyaan yang mendadak bergelayutan dikepalanya. Lalu dia ini anak siapa? Apakah dia anak yang dibuang?
"Harusnya kamu gak milih anak itu untuk kita adopsi! Sekarang, lihat? Dia bahkan berani mengabaikan omonganku, ha!"
"Jaga mulut kamu! Dia juga punya perasaan, dan aku tulus menyayanginya. Kamu gak pantes ngomong sembarangan kayak gitu!"
"Denger ya, Mas! aku capek bersandiwara di depan anak sok lugu kayak dia! Aku capek pura-pura baik di depan anak yang diam-diam mencuri semua perhatian kamu sampai keluarga kita jadi berantakan kayak gini!"
Bahkan, masih lekat di kepala Ruby potongan-potongan ingatan menyesakkan tentang keluarganya dulu. Percakapan yang tak seharusnya ia dengar kala itu, diusianya yang masih sangat mendambakan kasih sayang orang tua.
Dibuang, terabai, dan tak diinginkan. Bagi Ruby, itu bukan hal pertmana yang dialaminya. Keberadaannya sendiri berawal di panti asuhan sebelum ia di adopsi. Tentu seharusnya fakta itulah yang pertama membuktikan seberapa tidak diinginkannya dia di hidup seseorang. Bahkan mungkin orang tua kandungnya sendiri.
"Udah laah, gak usah terlalu naro simpati sama cewek kaya dia. Zaman sekarang kan banyak tuh yang ngejual cerita-cerita sedih cuma biar dikasihanin."
"Jangan gitu dong, kali aja emang cerita dia itu beneran."
"Yaa kalopun iya beneran terus kita musti gimana? musti bawa dia balik ke rumah kita terus jadi anak angkat orang tua kita gituh?"
"Nih, dari yang gue denger nih, si Ruby itu justru ngancurin keluarga yang uda adopt dia jadi anaknya, tahu!"
"Eh? Serius anjir?!"
"Iya!! Semua orang uda tahu kali cerita itu, kemana aja lo. Dia bahkan jadi penyebab perceraian orang tua angkatnya, sampe keluarga itu berantakan."
"Ya ampun... jadi inget film Orphan gue. walopun si Ruby waktu itu beneran bocil kali ya, bukan bocil jadi-jadian kaya si Asther wkwk."
Memasuki usia remaja, Ruby berpikir tidak akan ada lagi yang membuatnya kesulitan. Tapi justru, keadaannya yang tak memiliki orang tua dan asal usul yang jelas menjadi bahan lelucon gelap diantara teman-teman sekelasnya.
Bahkan gadis itu sempat mengalami bullying yang cukup mengerikan hanya karena dia berasal dari panti asuhan.
Masa SMP dan SMA yang seharusnya menyenangkan dan penuh kenangan manis, justru malah menjadi ingatan pahit dan meninggaljan jejak traumatis di dalam batinnya.
Ruby ingin menangis, ia sangat ingin. Ruby menderita dan sangat ingin mengeluh bahkan menyerah. Namun segelap-gelapnya masa lalu Ruby, gadis itu tetap ingin melanjutkan hidup. Demi dirinya sendiri.
Entahlah. Ruby sendiri tak merasa menjadi manusia yang kuat menerima semua nasib buruk. Tapi ia juga tak merasa memiliki hak untuk mengakhiri hidupnya yang malang meski sangat berat.
Baginya, dia hanya seonggok makhluk yang mungkin Tuhan lupakan. Toh bukan keinginannya juga dia terlahir dengan nasib yang malang. Hanya saja, Ruby tetaplah manusia yang juga kadang merasa iri dengan kehidupan normal orang-orang. Dia tahu, di dunia ini bukan cuma dia yang tak memiliki orang tua dan terbuang. Tapi ada satu waktu yang ia rasakan beratnya menjadi yang terbuang. Kenyataan bahwa tidak ada satupun orang disisinya yang bisa ia jadikan tempat mengadu dan berkeluh kesah. Dia sendirian di dunia yang penuh dengan intrik dan kamuflase ini.
Entah apa yang mempertahankan deru napasnya selama ini. Sekali lagi, meski berat, Ruby tetaplah bertahan dengan kedua kakinya. Membungkus semua borok di hatinya yang mungkin akan abadi dengan seulas senyum manis dan sikap polosnya. Seolah dia tak pernah mau tahu dan peduli dengan semua kemalangan yang mengikutinya selama ini.
Apa boleh buat, kan? Aku sendiri enggan untuk mati, karena satu-satunya berkat yang Tuhan kasih ke aku adalah hidup.
Begitulah, bagaimanapun Ruby adalah gadis yang malas berpikir terlalu rumit. Pada akhirnya dia hanya mengikuti kemanapun keinginginan takdir membawanya. Meskipun ribuan luka dan pertanyaan semakin menumpuk di dalam batinnya. Mimpi memiliki keluarga kecil yang bahagia dan harmonis, kini baginya terasa semakin imajiner. Semakin kabur seperti dongeng sang putri dan pangeran yang ia dengar selewat lalu terlupakan.
Entah karena hidupnya sudah kacau sejak awal, atau karena dia memang sudah benar-benar malas meladeni takdir. Tapi disinilah dia pada akhirnya...
"Gimana, Ruby? kamu udah siap?"
"Iya, Ma." Jawabnya seraya meraih tangan wanita yang ia panggil Mama.
Ada sesuatu yang mendesak-desak dipelupuk matanya. Rasa panas dan sesak yang sulit sekali didefinisikan. Namun demikian, kakinya teguh melangkah mantap bersama dengan kebaya putih membalut tubuh rampingnya yang terasa memeluknya hangat.
Berjalan perlahan diatas bentangan karpet panjang berawarna merah dengan kepala sedikit tertunduk.
Rasa gugup bercampur bahagia membuatnya tak karuan. Ruby memberanikan diri mengangkat pandangannya ke depan. Di ujung sana, di ujung karpet merah yang sedang ia tapaki, seorang lelaki tampak terkejut melihatnya dengan tatapan kagum dan memesona. Sampai-sampai ia tak menyadari bola mata jernihnya yang menatap Ruby tanpa berkedip, telah meloloskan bulir air mata yang mengalir hingga ke rahang tegasnya.
Melihat itu, Ruby tak kuasa menahan senyum haru sekaligus gemas di waktu bersamaan. Dan senyumnya ternyata berhasil menular pada lelaki disana yang akhirnya tersadar dari mode terkesimanya lalu cepat-cepat mengusap air mata dipipinya kasar.
"..."
Keduanya hanya saling menatap dalam setelah berhadapan. Bibir keduanya seolah kehabisan kata bahkan hanya untuk sekedar menyapa.
"Bahagia ya, Ruby.. "
Akhirnya lelaki itu berucap dengan nada tenang khasnya sambil tersenyum simpul. Akhirnya, air mata yang sejak tadi Ruby tahan mengalir begitu saja setelah mendengar tiga kata penuh makna dari laki-laki itu. Tidak ada isakan, justru senyum dibibir indahnya semakin merekah diikuti anggukan mantap dari gadis cantik yang menjadi sang pengantin hari itu.
[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Leng Loy
Aku mampir dulu Thor
2024-01-18
1
marrydiana
mampir ya thor di karya ku... hihihj😅
2023-12-23
1
litaacchikocchi
Sambil nunggu yg satuny updet, ak bca ini yhh thorr /Applaud//Applaud//Applaud/
2023-12-18
1