Agnes mengambil amplop pink yang berisi surat dari Rafli. Dadanya bergemuruh takut sekali ingin membuka amplop itu. Hatinya kacau tak karuan dengan di iringi degub jantung yang tak berhenti berdetak kencang hingga terasa sedikit sesak.
Tangan Agnes hanya menggenggam surata itu dengan erat tanpa berani membukanya. Agnes takut, isinya di luar ekpektasinya.
"Mbok pergi dulu ya. Biar Non Inyes bisa baca dengan fokus," ucap Mbok Surti yang kemudian membereskan mangkuk kotor bekas bubur ayam tadi dan segera pergi dari kamar Agnes.
Agnes mengangguk pelan lalu menjawab, "Iya Mbok. Makasih ya."
"Sama -sama Non Inyes. Mbok itu senang kalau lihat Non Inyes bahagia, dan Mbok yakin, Mas Rafli itu baik sekali, hanya saja memang banyak perbedaan yang tidak bisa kita hindari, tapi harus kita selesaiakn baik -baik dengan kepala dingin," titah Mbok Surti menasehati.
Mbok Surti sudah keluar dari kamar Agnes dan menutup kembali pintu kamar itu dnegan rapat.
Agnes mencoba menarik napas dalam lalu di hembuskan dengan perlahan melalui rongga hidungnya. Agnes perlu mengontrol detak jantungnya agar lebih tenang.
Perlahan, amplop berwarna pink yang wangi parfum Rafli pun di buka lalu di ambil secarik kertas yang ada di dalamnya. Lipatannya di buka, dan jelas sekali tulisan tangan Rafli yang tegak sambung tercetka di atas kertas putih.
Ya, Rafli sangat pintar membuat tulisan tangan yang indah. Ia pernah memenangkan kompetisi kaligrafi di kampusnya.
Teruntuk yang selalu aku sayangi ...
Inyes ... Maaf kalau aku selalu merindukan kamu setiap malam. Mungkin kamu terganggu dnegan rasa rindu yang aku miliki ini. Jangan pernah minta aku untuk melupakan kamu, karena itu akan sulit sekali bagiku. Tapi, jika kamu minta aku untuk menunggu kamu, tentu aku akan menunggu kamu.
Aku hanya ingin kamu sukses, dan bisa membahagiakan kedua orang tua kamu. Bukan hanya sebuah prestasi tapi juga dengan karir kamu yang cemerlang sebagai dokter spesialis. Kamu masih muda Nyes. Kita masih ada kesempatan untuk bisa bersama. Jujur, aku gak punya nyali untuk melamar kamu. Aku belum punya apa -apa, Nyes. Aku cuma punya kasih sayang, dan kamu tahu, aku baru saja lulus dan belum punya pekerjaan tetap.
Ambil kesempatan kamu yang tidak akan datang dua kali. Terimalah tawaran interview di Amerika. Kita akan bertemu di sana, suatu hari nanti.
Jika kamu sudah menerima hadiah ini dan membaca surat ini, itu tandanya, aku sudah pergi. Maaf kalau aku tidak pamit padamu, Nyes. Aku mencoba menghubungi kamu bertapa kali, namun ponselmu tidak pernah aktif. Aku dan kedua orang tuaku juga datang ke rumah kamu, tapi malah di usir oelh keluarga kamu.
Dua hari yang lalu, aku mendapat tawaran baik. Tawarang mengajar sekaligus bisa meneruskan kuliah S2 ku di Turki dengan beasiswa. Aku ingin bisa membanggakan keluarga kamu. Aku akan kembali setelah lima tahun kita meniti karir masing -masing. Tapi, jika kamu tidak bisa menunggu aku selama itu, kamu boleh dan berhak untuk mendapatkan lelaki yang sesuai dengan pilihan kamu.
Selamat berkarir dan melanjutkan sekolahmu.
Dari yang selalu merindukanmu ...
Rafli
Bibir Agnes menganga dan menahan air mata yang terus luruh mengalir deras di pipinya. Air mata itu lolos begitu saja, dengan keduia mata yang terasa panas dan buram pandangannya.
Hati Agnes sakit sekali, rasanya seperti di tusuk -tusuk jaru yang sangat banyak, perihnya juga terasa seperti di sayat -sayat pisau. Agnes memukul -mukul kepalan tangannya di kasur.
Rasanya sayap -sayap yang sudah siap ia kepakkan harus patah satu per satu karena bulunya tidak kuat mengangkat sayap itu.
"Kenapa? Kenapa harus aku yang mengalami ini!! Kenapa kita harus berbeda seperti ini!! Kenapa!!" teriak Agnes dengan suara keras dan lantang.
Agnes meluapkan semua emosinya, perasaan kecewa dan sakit hatinya. Sesak rasnaya baca surat terakhir dari Rafli. Entah bagaimana kabarnya sekarang.
Agnes membuka laci nakas dan menyalakan ponselnya yang sudah satu minggu ini ia matikan. Agnes ingin sendiri, tapi itu salah, dan itu keputusan terbodoh yang berakhir pada penyesalan.
"Kenapa!! Lima tahun lagi? Itu lama Raf!! Bukan waktu yang sebentar!! Kemarin aku menjalani lima tahun pun terasa beratus -ratus tahun. Aku harus melihat kesibukan kamu, aku harsu melihat kamu tertawa dengan teman -teman perempuan kamu yang rasanuya mereka itu lebih pantas untuk kamu, seperti wanita yang selama ini kamu idamkan. Itu menyakitkan Raf!!" teriak Agnes sambil memukul -mukul dadanya.
Semua sudah terjadi. Waktu juga tidak akan mungkin kembali seperti awal. Ponsel yang mulai Agnes aktifkan, sudah kembali ramai, dengan notifikasi chat masuk dan telepon yang masuk.
Agnes hanya mencari satu nama. Ya, Rafli, benar saja, Rafli banyak mengirim pesan singkat yang isinya permintaan maaf dan berpamitan untuk pergi ke Turki.
Tangis Agnes kembali pecah dan terus berteriak histeris seperti orang yang sedang kehilangan.
***
Satu minggu kemudian ....
Keputusan Agnes sudah bulat. Ia menerima tawaran profesor di kampusnya untuk melakukan interview di sebuah rumah sakit ternama di Amerika Serikat.
Agnes sudah berada di dalam pesawat terbang. Hatinya sudah mulai tenang dan mulai perlahan melepas semuanya. Agnes akan mencoba menunggu waktu lima tahun itu. kemarin ia sempat mengirimkan pesan singkat. Tapi, nomor Rafli sudah tidak aktif. Agnes hanya menitipkan pesan pada Uminya Rafli, bahwa Agnes memutuskan untuk menerima tawaran pekerjaan di Amerika.
Agnes meminta maaf kepada Umi Rafli atas semua perlakuan kedua orang tuanya. Umi Rafli hanya berpesan bahwa Agnes harus banyak bersabar dan kalau memang mau menunggu Rafli, tunggulah, semoga kalian berjodoh. Hanya itu nasihat Umi Rafli yang membuat Agnes terus berusaha meyakinkan dirinya untuk menunggu rafli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments