2

Kejadian malam itu membuat Agnes menutup rapat komunikasi dengan Rafli. Agnes kecewa dan kesal sekali. Masa penantian lima tahunnya hanya di berikan sebuah kekecewaan yang fatal. Lalu apa arti hubungan yang telah ia jalani selama ini. Perjuangan dan pengorbanan yang menguras energi, waktu dan juga materi. Sungguh tak ada gunanya sama sekali.

Sudah satu minggu ini, Agnes mengurung diri di kamarnya. Ia hanya mematikan ponselnya sejenak agar pikirannya tenang. Agnes butuh waktu untuk sendiri.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Non Inyes ...." panggil Mbok Surti dengan sopan dari arah luar kamar Agnes yang terkunci.

Kedua orang tua Agnes adalah orang tua yang selalu sibuk dengan urusan sosial dan bisnis hingga sangat jarang sekali berada di rumah. Apalagi menemani Agnes untuk urusan patah hati.

Setelah kejadian malam itu, kedua orang tua Agnes akhirnya bersorak bahagia. Mereka menganggap hubungan Agnes dan Rafli telah putus. Tapi, Agnes sendiri juga tidak tahu, hubungan mereka saat ini seperti apa? Masih menjadi sepasang kekasih? Atau hanya dua orang yang pernah kenal dan dekat lalu kini berusaha melepaskan dan melupakan semua kenangan terindah yang pernah terukir di perjalanan kisah cinta mereka.

Agnes bangkit dari tidurnya dan berjalan ke arah pintu kamar. Perutnya memang sudah lapar sekali dan perih rasanya. Kedua matany masih bengkak dan merah. Hari ini adalah hari terakhir bagi Agnes menangisi kejadian malam itu dan berharap rafli masih mau menghubunginya lagi dan hubungannya masih baik -baik saja. Kalaupun Rafli memilih pergi, itu hak Rafli dan apapun keputusan Rafli akan di terima Agnes walau denagn hati yang berat sekali.

Ceklek ...

Agnes memutar anak kunci dan membuka pintu kamarnya dengan lebar agar Mbok Surti masuk ke dalam meletakkan sarapan pagi untuk Agnes.

"Akhirnya di buka juga. Sudah bertapanya Non?" tanya Mbok Surti dengan suara lembut sambil terkekeh melihat keadaan Nona Mudanya yang begitu kuyu dan kusam. Rambutnya lepek dan tubuhnya sedikit pucat, mungkin berhari -hari tidak mandi atau terkena air.

Mbok Surti membawa satu nampan kecil berisi bubur ayam dan sate telur puyuh kesukaan Agnes dengan di temani teh manis panas. Lalu di tangannya ada satu plastik yang berisi bungkusan berwarna pink. Kotaknya tidak besar dan tidak kecil juga.

Kedua mata bengkak Agnes mengekor isi dari kantong plastik itu, apakah kado itu untuk dirinya atau hanya sengaja di bawa punya orang lain.

"Makan Non? Apa mau di suapin?" tanya Mbok Surti dengan suara pelan. sambil memberikan senyum lebar.

Agnes duduk lagi di atas ranjang dan mengambil teh manis panas itu lalu di tiup dan di seruput pelan. Segar sekali rasanya. Seluruh tenggorokannya terasa hangat. Melihat Nona mudanya sudah mulai terlihat baik, Mbok surti mulai menyuapi Agnes dan mengajaknya bicara.

Agnes menerima suapan bubur ayam itu dengan suapan kecil dan mulai menikmatinya.

"Enak Non?" tanya Mbok Surti berbasa basi.

Tentu saja enak, ini kan bubur ayam Mang Engking, kesukaan Agnes yang sering lewat di depan rumahnya.

Agnes hanya tersenyum kecut, dan menyeruput minumnya kembali.

"Non Inyes kenapa sih? Mengurung diri satu minggu? Mas Rafli waktu itu datang kesini, sama orang tuanya. Tapi ...." ucapan Mbok Surti terhenti.

Agnes lagsung mengehntikan kunyahannya dan menatap lekat ke arah Mbok Surti meminta penjelasan. Kenapa Agnes tak di beritahu soal kedatangan Rafli. Padahal selama ini, Rafli main ke rumahnya dan kedua orag tuanya tak mempermasalahkannya. Walaupun prinsip keyakinan mereka berbeda.

Baru dua hari yang lalu, Rafli datang bersama kedua orang tuanya. Tentu ada maksud dan tujuan tertentu, Rafli datang ke rumah Agnes. Sejak kejadian malam itu, Rafli kehilangan sosok Agnes dan sangat terpukul dengan kebodohannya menggantungkan hubungannya denagn Agnes. Masalah prinsip memang sensitif sekali. tapi, mungki bisa di bicarakan baik -baik kalau Agnes dan Rafli mulai serius melangkah ke jenjang yang lebih tinggi hubungan keseriusannya.

"Kok gak ada yang ngasih tahu Inyes? Kalau Rafli datang? Apalagi sama Abi dan Uminya," ucap Agnes menggerutu kesal. Apalagi kejadiannya baru dua hari yang lalu.

"Maaf Non. Mbok gak berani bilang sama Non Inyes. Mama dan Papa Non Inyes melarang Mbok Surti datang. Mereka di usir. Lagi pula Non Inyes gak bisa di hubungi sudah seminggu ini," ucap Mbok Surti menjelaskan.

Raut wajah Agnes langsung berubah kesal. Ia benci pada Mama dan Papanya.

"Kenapa di usir sih, Mbok?" tanya Agnes yang mulai menitikkan air matanya kembali. Rasanya sudah tak ada lagi harapan untuk bisa mengembalikan hubungannya menjadi baik seperti sedia kala. Apalagi, kedua orang tua Rafli di usir pasti mereka kecewa dan sakit hati.

Mbok Surti menggelengkan kepalanya pelan. Ia juga tidak tahu duduk permasalahan sebenarnya.

"Mbok juga tidak tahu, Non. Tapi ini ada titipan dari Mas Rafli. Dia datang tadi malam, saat Mbok buang sampah ke depan," ucap Mbok Surti sopan.

Mbok Surti memberikan kado yang terbungkus plastik kepada Agnes.

"Apa ini Mbok? Ini Rafli yang kasih? Apa ya isinya. Agnes jadi merasa bersalah. Agnes egois malam itu. Andaikan saja, waktu itu ia tidak terbawa perasaannya mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini," lirih Agnes menjelaskan pada Mbok Surti tentang apa yang terjadi di malam itu.

"Itu semua takdir Non. Cinta dan jodoh tidak akan salah alamat, walaupun sempat tersasar," titah Mbok Surti pada Agnes.

Agnes sudah di angkat seperti anak Mbok Surti sendiri. Belasan tahun, Mbok Surti bekerja dan mengabdi lama di rumah besar milik Mama dan Papa Agnes. Sampai pada akhirnya, lahirlah Agnes, putri satu -satunya yang sangat di idamkan lama. sekali.

Agnes hanya mengangguk kecil dan membuka kado dengan bungkus dan pita berwarna pink. Rafli sangat tahu, apa yang menjadi kesukaan Agnes.

Agnes melotot saat melihat isi dari kotak tersebut. Ia tidak menyangka, Rafli akan memberikan barang tersebut untuk Agnes. Apa maksudnya?

"Apa Non? Isinya?" tanya Mbok Surti penasaran.

"Ini Mbok? Ini Hijab kan? Pashmina? Benar gak?" tanay Agnes membuka lipatan kain panjang yang berbahan halus dan berwarna pink pastel.

Mbok Surti menatap hijab cantik untuk Agnes. Tentu ada maksud lain dari pemberian itu. Apakah kado ini salah alamat?

"Apa maksud Rafli? Apa dia mau mengajak Agnes serius? Tentu, Agnes mau sekali," ucap Agnes antusias.

"Yakin? Non mau nekat?" tanya Mbok Surti penasaran.

"Yakin. Abi dan Uminya baik sekali Mbok. Mereka keluarga yang hangat dan harmonis," ucap Agnes pelan. Berbeda sekali dengan keadaan Agnes yang selalu sendiri dan di rumah. Kedua orang tuanya sibuk dan over protektif terhadap Agnes. Semua apa yng di inginkan orang tuanya harus di sanggupi oleh Agnes dnegan alasan untuk kesuksesan Agnes.

Agnes memeluk hijab tersebut dan menatap sebuah amplop di dalamnya. Ia mengambilnya dan mulai mmebaca isi surat itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!