5

Joe memang selalu bisa membuat Agnes bahagia dan selalu bisa mengambil hati Agnes.

Senyumnya selalu terbit saat pujian manis terlempar dari bibir Agnes untuk Joe.

"Kamu gak makan?" tanya Agnes pada Joe yang sejak tadi menatap Agens dengan lekat tanpa berkedip.

Tak ada jawaban dari Joe yang malahan sibuk menatap kosongke arah Agnes.

"Hei ... Joe? Bengong aja," ucap Agnes sambil melambaikan tangannya di depan wajah Joe.

"Ekhemmm ... Maaf Nyes," ucap Joe yang sedikit terkejut dengan lambaian tangan itu di depan Agnes.

"Kamu mikirin apa sih? Ekhem ... Aku tahu, pasti mikirin Laura ya? Udah sih, jadian aja," titah Agnes yang terus menggoda Joe.

Joe memutar kedua bola matanya dengan malas. Ia paling malas jika Agnes menyebut nama Laura.

"Aku udah bilang berapa kali, aku dan Laura itu gak ada apa -apa, Nyes. Kamu selalu begitu," ucap Joe kesal.

"Lho? Memang harus ada apa -apa? Kalau mau ada apa -apa juga kan gak masalah? Kamu kenapa jadi sensi begini sih Joe?" ucap AGnes pelan.

"Kamu itu selalu menjodohkan aku dan Laura. kamu tahu kan? Aku gak suka sama Laura dan bahkan aku sellau menghindari dia, kalau dia datang tiba -tiba," ucap Joe pelan.

"Ekhemmm ... Sebenarnya kan enak, jadian sama perempuan atau pasangan yang mencintai kita duluan. Terasa di cintainya, di bandingkan harus kita yang mencintai pasangan kita terlebih dahulu. Saat ada masalah, kita yang paling merasa tersakiti," ucap Agnes sambil menghabiskan bubur ayam yang ada di kotak makan itu lalu bungkusnya di buang ke tempat sampah yang ada di dekatnya.

Joe mengangguk pelan dan mengetuk -ngetukkan jari -jarinya di meja kerja Agnes, seperti sedang memikirkan sesuatu dan sedang merencanakan sesuatu hal. Tatapan kedua matanya terus mengekor ke arah Agnes yang sibuk membuang sampah dan mencici tangan.

Agnes membalikkan tubuhnya dan duduk di kursi kebangsaannya. Ia menatap Joe yang terlihat aneh. Wajah Joe nampak berbinar dan tersenyum tiada akhir.

"Kenapa? Kok lihatnya gitu sih? Jadi curiga?" ucap Agnes tertawa.

"Kita jadian yuk?" ucap Joe dengan wajah serius.

Agnes yang sedang minum pun langsung tersedak, dan mengusap pelan sisa air yang muncrat di sekitar mulutnya. Agnes melotot tajam ke arah Joe.

"Pelan -pelan Nyes, minumnya," ucap Joe pelan.

Agnes menarik napas panjang dan dalam.

"Kamu tuh aneh. Sukanya bercanda, emang sahabat gak ada akhlak," ucap Agnes kesal.

Joe menatap lekat ke arah dua mata Agnes.

"Apa kamu bilang tadi? Coba ulangi lagi?" tanya Joe kepada Agnes.

"Apa sih Joe? Bialng apa? Kamu selalu bercanda aja, gak ada bosen -bosennya godain aku," ucap Agnes tegas.

"Aku gak bercanda Agnes. Aku serius dan aku gak mau cuma di anggap sebagai sahabat sama kamu," ucap Joe dengan lantang.

"Kamu bicara apa sih? Ngelantur aja. Kalau sudah ngantuk, kamu pulang dan tidur, jangan ngelindur," ucap Agnes menasehati.

Joe tersenyum kecut. Lalu bangkit berdiri dan pergi meninggalkan Agnes. Hatinya kecewa, ternyata perhatian dan kepekaannya selama ini hanya di anggap sebagai sahabat saja dan tidak lebih.

Brak!!

Pintu ruangan itu di banting dnegan sangat keras. Joe ingin menunjukkan bahwa diriinya sedang marah karena kecewa.

Agnes hanya menatap punggung Joe yang menghilang dari balik pintu ruangan yang di tutup dengan keras. AGnes mengehla napasnya dalam. Ia tidak bisa, dan masih belum bisa membuka hatinya kembali. Agnes masih terus ingat Rafli. Apa kabarmu di Turki? Belum genap setahun saja, aku masih belum bisa melupakan kamu. Bagaimana dnegan kamu? Apa malah sudah bisa melupakan aku? Atau mungkin kamu sudah memiliki pasangan lain?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!