Pagi ini Sean kembali memasuki kantornya. Seperti biasa dengan tampilan yang rapi, mengenakan kemeja lengan panjang juga celana kantor. Selain itu tak lupa dia membawa jas casualnya, berjaga-jaga jika ada meeting dadakan dengan para petinggi.
Sean memutuskan berangkat lebih pagi ke kantor berhubung jarak apartemen dengan kantornya cukup jauh, di banding jika di berangkat dari rumah.
Tiba di kantor Sean menemukan sebuah plastik berisi bungkusan makanan dan secarik kertas seperti surat dadakan.
'Semangat ya team leader, semoga tahun ini naik pangkat. Salam sayang, Bila' -isi surat itu-
Sean paham siapa orang yang mengirimkan makanan di atas meja nya.
Dia adalah Nabila, salah satu karyawan staff admin di perusahaan yang sama dengan Sean.
Kebetulan lantai ruangan team Sean dengan para admin berada di lantai yang sama dan hanya di batasi sebuah pintu.
Maklum ruangan admin memiliki berkas financial yang tidak boleh sembarangan orang tahu apalagi mengambilnya.
Melihat makanan yang di berikan Sean merasa serba salah.
Jika di buang mubazir dan bisa bikin sakit hati anak orang.
Jika di makan hanya akan membuat si wanita merasa besar kepala besar hati besar segalanya yang tampak dan tak tampak itu.
Sean memutuskan mengembalikan makanan itu kepada si empunya.
Sean mendekati ruangan admin dan menekan bell, tampak dari pintu kaca bening seorang Sean yang gagah dan tampan sedang berdiri menunggu pintu di buka.
" Kak Sean ngapain ke sini? Nabila langsung membuka pintu dan menghampiri Sean dengan wajah yang sangat bahagia.
" Aku mau kembalikan ini" Ucap Sean sambil menyodorkan plastik yang berisi bungkusan makanan.
" Kok dibalikin sih? " Tanya Nabila dengan memasang wajah cemberut.
" Maaf dan tolong lain kali jangan begitu, Aku benar-benar tidak nyaman" Ucap Sean lalu kembali ke ruangannya.
Dia yakin Nabila sedang menangis, terdengar suara wanita itu sesenggukan.
Tapi Sean tidak punya waktu menenangkan wanita yang tidak pernah bisa mengetuk pintu hatinya.
Sean kembali fokus dengan pekerjaan dan strategi untuk anggota salesnya.
Dia teringat untuk mengirimkan CV kepada Aston. Mungkin memang sudah waktunya dia pindah pekerjaan, apalagi posisi di tempat baru lebih baik dan tentu lebih menjanjikan.
Sean segera merampungkan email CV nya dan di kirimkan kepada Aston.
Ponsel Sean bergetar tanda telepon masuk.
" Eni? Ngapain Kakak gila Ku itu menelepon jam segini" Ucap Sean sambil melihat nama pada panggilan masuk.
"Ha.... "
Belum sempat Sean mengucapkan salam saat mengangkat teleponnya, dia terpaksa menjauh kan telepon dari telinganya karena suara bentakan yang keras.
" Woi!!! Adik durhaka!!!! Ke mana aja!!! Pulang Kau!!! " Teriak Eni di telepon seberang.
" Jangan teriak-teriak. Kupingku bisa berdarah gara kau ini. Ada apa sih?? " Tanya Sean yang heran, memang sifat pemarah kakak keduanya itu sungguh mengerikan.
" Pulang!! Papa ngomel seharian gara Kau!! Sakit kepala Ku! " Ucap Eni yang kesal karena sang Papa mengomel terus menerus karena Sean namun yang kena getah malah Eni.
Hingga masalah rumah tangga Eni yang di ujung tanduk menjadi bahasan permasalahan untuk Papanya.
" Malas ah! Udah ya kalau enggak penting, aku mau lanjut kerja" Ucap Sean dengan santai.
" Hei tunggu dulu! Ingat besok makan malam keluarga di restoran biasa ya! " Ucap Eni sebelum menutup telepon.
" Hah? Kenapa mendadak? " Tanya Sean heran.
" Lupa besok ulang tahun Mama? " Ucap Eni mengingat kan.
" Oh iya ya. Maaf. Ya sudah kalau begitu" Jawab Sean lalu mematikan sambungan telepon dari Eni
Sean memijit keningnya yang pusing. Besok ulang tahun Nyonya Besar di rumah dan dia tidak mungkin menghindar.
" Sepertinya aku harus membeli alat penutup telinga, besok pasti akan ada pembahasan yang sama lagi" Ucap Sean sambil menggelengkan kepala-nya.
Jam istirahat Sean segera keluar untuk mencari kado bagi sang Mama tercinta.
Tampak sebuah Liontin emas yang indah menjadi pilihan Sean.
Sean segera membayar dan kembali ke kantor, banyak tugas yang harus dia selesaikan.
.
.
.
Pukul 9 malam, bar RB kembali buka.
Linny segera merapikan peralatan di bantu Eka.
Biasanya tamu akan mulai berdatangan saat jarum jam menunjukkan pukul 10 malam.
Linny tampak cantik dengan kaos crop top yang terlihat agak longgar itu, serta celana jeans high waist-nya.
Tubuhnya yang indah dengan perut rata dan cenderung sixpack itu menambah penampilan Linny lebih sempurna.
Wanita itu memang menjaga pola makanan dan olahraga yang baik.
Terlihat seorang pria yang mungkin se-umuran dengan Papa-nya masuk ke dalam Bar.
Eka segera mempersilahkan tamu itu masuk, dia tampak sendirian.
Linny masih dengan santai melap beberapa gelas cocktail yang baru di cuci bersih.
Pria paruh baya itu memilih duduk di meja bar, ya kebanyakan tamu suka duduk di meja bar agar bisa dekat dengan Linny.
" Anda ingin pesan apa Tuan? " Tanya Linny dengan sopan.
" Kau.... " Pria itu tampak menyipitkan mata-nya.
Linny heran dengan reaksi pria itu, apa pria itu mencoba menggodanya seperti pria-pria tua yang tamak lainnya.
" Ada apa Tuan? Di sini hanya menjual minuman dan makanan ringan, tidak menjual wanita" Ucap Linny dengan santai.
" Kau Linny bukan?? Anaknya Frans?? " Tanya pria itu terkejut melihat Linny di hadapannya.
" Maaf. Anda siapa ya? " Tanya Linny heran.
" Astaga. Aku Om Donald! Kau lupa dengan Ku?? " Tanya pria yang mengatakan dirinya bernama Donald itu.
" Om Donald?? " Linny tampak mencoba mengingat siapa pria paruh baya dengan perut buncit di depannya ini.
" Om Donald yang sixpack itu??!!! Yang sering bawain donat buat kita???!!!! " Tanya Linny terkejut.
Bagaimana tidak, penampilan orang itu berbeda dengan ingatan Linny.
" Iya benar! Dulu Kau sering memanggil Om sebagai Om Donat!! " Ucap Om Donald yang senang bisa bertemu Linny sekian lama.
" Astaga Om! Aku tidak bisa mengenali Om lagi! " Ucap Linny yang lumayan terkejut bertemu dengan salah satu sahabat lama Papa-nya itu.
" Haha. Iya. Aku semakin tua semakin gemuk. Sudah seperti donat beneran nih! " Ucap Om Donald.
" Om apa kabar? Kok bisa masuk ke sini? " Tanya Linny dengan sopan. Bagaimana pun Om Donald adalah sahabat terdekat sang Papa.
" Baik. Kau sendiri? Kenapa malah buka bar? Bukannya dari dulu Kau ingin jadi dokter?? " Tanya Om Donald yang
menatap Linny seperti menatap putri kecilnya.
" Banyak yang terjadi Om setelah Papa meninggal. Lagian tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan kita bukan? " Ucap Linny sambil tersenyum..
" Maaf ya, Om tidak sempat melayat karena dulu Om masih di cekal kembali ke negara ini. Maklum lah bisnis Om kan bisnis gelap" Ucap Om Donald yang menyesal tidak bisa menghadiri pemakaman sahabatnya itu.
" Tidak apa-apa Om. Cukup doanya saja agar Papa tenang di Surga" Ucap Linny menghibur sahabat Papa nya itu.
" Ah, berarti issue Mama mu menikah lagi memang benar? " Tanya Om Donald memastikan.
Linny hanya tersenyum dan mengangguk.
" Tapi bukankah Dia menikah dengan orang kaya, kenapa Kau malah disini? Kerja di tempat ini? " Tanya Om Donald heran.
" Ini bar milik Ku, Om. Aku dan Mama sudah terpisah belasan tahun" Ucap Linny dengan santai.
" Apa? Dia tidak pernah membiayaimu?? " Tanya Om Donald yang mulai meradang.
"Sudah tidak sejak kami berpisah. Lagi pula hidupku juga baik-baik saja tanpa Mama" Ucap Linny dengan santai.
" Astaga Linny, kalau saja dulu Om tidak di cekal, Om pasti membawa mu. Sayang sekali Kau malah membuka bar seperti ini. Otak mu itu cerdas loh Linny, Kau cocok menjadi dokter" Ucap Om Donald yang tampak menyesal.
Linny tertawa lalu menyodorkan gelas whiskey serta sebotol Hennessy di hadapan Om Donald.
" Santai aja Om. Aku juga enjoy kok begini. Bisa ketemu orang-orang berbeda setiap hari. Bisa ngobrol bercanda-bercanda" Ucap Linny menghibur Om Donald yang tampak menyesal.
Om Donald cukup terkesan, Linny sangat dewasa dalam menyikapi semua hal.
Terlihat Eka buru buru mendekati Linny dan ketakutan.
" Ada apa? " tanya Linny heran melihat Eka.
" Di luar ada preman-preman mafia Kak. Yang kemarin datang mau ganggu" Ucap Eka merasa takut. Apalagi dia hampir di lecehkan preman-preman itu.
" Biar Aku yang urus, Kau masuk ke dalam saja, jangan sampai mereka mendekati mu" Perintah Linny agar Eka menggantikannya masuk di dalam meja bar.
Linny mendekati orang-orang yang berpakaian jas namun gayanya seperti preman kampungan.
" Ada apa Tuan? Bukankah Aku sudah bilang, kalian di terima di sini jika ingin menjadi pelanggan yang memesan minum. Jika tidak silahkan keluar dari sini segera! " Ucap Linny dengan tegas.
" Sialan! Kau pikir Kau siapa di sini?! " Bentak salah satu orang itu.
" Aku? Pemilik BAR I-NI" Ucap Linny sambil menekan suaranya.
" Sial! Minta di hajar Kau ya! " Ucap salah seorang di antara preman itu dan hendak memukul Linny.
Linny dengan sigap menghindar hingga orang itu malah jatuh menabrak sebuah kursi..
" Segitu aja? Berdiri saja tidak becus" Ledek Linny dengan santai.
" Kau minta mati! " Ucap yang lainnya sambil mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku-nya.
Om Donald berdiri dan mendekati mereka.
" Berhenti! "
Suara bariton Om Donald terdengar jelas di belakang Linny.
Preman-preman itu terdiam sejenak. Dan begitu terkejut orang yang berbicara ada lah Donald, dia menguasai banyak wilayah dan semua mafia-mafia kecil serta preman sangat segan dengan nya.
" Eh Tuan Donald. Ini kami mau mengusir wanita ini. Dia tidak mau memberi uang iuran" Ucap salah satu dari orang-orang itu menjelaskan.
Donald menatap Linny yang santai dan tidak peduli dengan kegaduhan yang terjadi.
" Dia putri Ku! Berani buat masalah di sini sama saja cari mati denganku!" Ucap Om Donald.
Orang-orang itu lalu minta maaf kepada Linny dan segera pergi dari tempat itu. Mereka ketakutan melihat Om Donald.
" Makasih ya Om" Ucap Linny setelah orang-orang itu pergi.
" Iya, ah ini kartu nama Om. Jika ada yang mengganggu mu, langsung telepon Om ya!" Ucap Om Donald lalu meneguk segelas whiskey kemudian pamit.
" Om balik dulu, ada yang harus di urus. Besok-besok Om datang berkunjung lagi" Ucap Om Donald sambil tersenyum kepada Linny.
" Baik Om! Siap!" Ucap Linny sambil menunjukkan gaya bersiap ala tentara.
Om Donald tertawa lalu keluar dari bar RB menuju mobil hitam miliknya.
.
.
Linny bersyukur bertemu Om Donald meskipun tanpa Om Donald dirinya pun tetap bisa mengusir preman-preman kampungan itu.
" Wah.. Kakak hebat.. Bisa kenal orang hebat juga!!!" Ucap Eka terkagum-kagum.
Dirinya memang sangat kagum dengan Linny sejak bekerja dengannya. Linny sudah seperti panutan Eka.
" Sudah ayo kerja. Sebentar lagi pasti rame" Ucap Linny.
Eka mengerti langsung menyiapkan beberapa piring chicken pop yang menjadi menu andalan di bar RB
.
.
Disclaimer : SEMUA CERITA-TOKOH-WAKTU-TEMPAT-KEADAAN HANYALAH FIKSI BELAKA. TANPA MENGURANGI RASA HORMAT TERHADAP SIAPAPUN SEMOGA KARYA INI DAPAT MENGHIBUR TEMAN-TEMAN.
-linalim-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Sri. Rejeki
donal bebek... 🦆🦆🦆
2023-03-03
1
Setiyawatisay
suka dengan ketegasan Sean kepada Nabila..wahhh linny kenal Ama orang dunia bawah ( mafia ) tambah hebat and Badas dong
2023-03-03
2