‘Seriusan kak Tari putus dari kak Angga?’
‘Tar, ini bukan april mop kan? Mana mungkin lo putus dari Angga.’
‘Kabar lo putus sama Angga, itu cuma prank kan?’
‘Tari sayang, kamu beneran putus sama my Angga?’
‘Seriusan lo putus sama Pak Angga?”
‘Lo putus sama pak bos?’
Mentari mendengus kesal saat isi pesan yang dia dapat menanyakan hal yang sama. Apa putus hubungannya dengan Angga adalah sesuatu yang aneh atau bagaimana? Sehingga membuat orang-orang tak percaya dan banyak bertanya untuk memastikan kebenarannya. Padahal putusnya sebuah hubungan adalah sesuatu yang wajar, ditambah status mereka ini hanya pacaran, bukan status serius yang sampai berhubungan ke arah jenjang pernikahan.
“Apaan sih orang-orang. Lagian, kayak gak pernah lihat orang putus aja deh.”
Bruk!
Pintu yang dibuka secara tiba-tiba serta kasar sehingga menimbulkan suara yang cukup menggema membuat Mentari menoleh seketika. Dia terkejut bukan main, namun langsung mendengus kesal saat melihat siapa pelakunya.
“Apaan sih lo, Yu! Datang tiba-tiba pakai acara banting pintu segala. Ngagetin gue tahu, gak sih!”
Ayumi Sekar, biasa dipanggil Ayu itu merupakan teman dekat sekaligus rekan kerja Mentari di perusahaan. Mereka berteman sejak masih duduk dibangku sekolah sampai akhirnya dipertemukan dan dipekerjakan di perusahaan yang sama dengan posisi yang sama pula. Bedanya, lama kerja mereka di perusahaan terpaut 2 tahun sehingga bisa dibilang Mentari adalah senior Ayumi di perusahaan.
Ayumi bergegas menghampiri Mentari, dengan raut wajah tak percaya dia mendekap erat kedua pundak Mentari. “Bilang sama gue kalau kabar lo putus sama Angga itu gak benar. Iya, kan?”
Mentari memutar jengah bola matanya, untuk kesekian kalinya pertanyaan itu terlantar kembali. Dia melepaskan tangan Ayumi dari pundaknya, menatap malas perempuan itu. “Emang salah, ya kalau gue putus sama Angga? Enggak, bukan?” tukas Mentari, dia berdecak pelan.
“Jadi, itu beneran?”
“Menurut lo?”
Ayumi mendesah pelan, dia mengerucutkan bibirnya, kekecewaan tersirat jelas diwajahnya. “Siapa yang mutusin?” tanya Ayumi.
“Gue.”
“Bego!”
Mentari membulatkan matanya mendengar umpatan dari Ayumi, “Heh, mulut lo!”
“Ya, emang lo bego! Pacaran udah lama, bertahun-tahun dan lo justru minta putus?” Ayumi ternganga tak percaya, dia menggeleng heran. “Otak lo dimana sih? Dipakai gak itu otak?”
“Loh, kok lo jadi ngata-ngatain gue sih?!”
“Ya emang itu kenyataannya.”
Mentari mendengus marah, dia tak terima dengan cemoohan Ayumi. “Bakalan lebih bego lagi kalau gue mempertahankan hubungan yang gak jelas bakal dibawa kemana akhirnya.” ucap Mentari, dia menatap lekat Ayumi yang juga sama menatapnya.
“Maksud lo?”
Mentari menghela napas kasar, dia beranjak dari duduknya kemudian berjalan kearah jendela kamar, menatap keluar. “Lo pikir aja, Yu. Gue sama Angga pacaran bertahun-tahun, tapi sampai sekarang dia gak kasih kepastian apapun sama gue. Jangankan ngomongin married, ajak gue tunangan aja, dia enggak tuh.” tukas Mentari, kecewa sekaligus kesal masih dia rasakan jika mengingat kekasih—mantan kekasih maksudnya.
“Jadi, karena Angga gak juga nikahin lo, lo minta putus sama dia. Gitu?”
Mentari mengangguk saja menjawab pertanyaan Ayumi.
“Tar, harusnya lo tuh omongin ini semua sama Angga. Ajak dia diskusi masalah ini, bukannya malah putusin dia. Lo pikir—”
“Lo pikir gue gak obrolin ini sebelumnya? Berkali-kali gue bahas hal yang sama sama dia. Tapi, jawabannya apa? Sama, dia gak bisa nikahin gue. Dia gak mau married sama gue.”
Ayumi menghela napas kasar. “Gue jadi bingung harus dipihak siapa.”
Mentari membalikkan cepat tubuhnya, “Ya, dipihak gue lah. Udah jelas-jelas disini yang paling sakit hati itu gue, yang sahabat lo juga gue kan. Jadi, lo harus di pihak gue. Jangan mentang-mentang dia bos kita, lo jadi mau dipihak dia.”
“Nah, itu Tar masalahnya!”
Mentari mengerutkan keningnya.
“Angga itu bos kita. Lo putus sama dia, itu nanti apa kabar di kantor? Gak bisa kebayang rasanya kalau gue jadi lo yang harus ketemu mantan yang ternyata bos lo sendiri.” Ayumi terdiam, membayangkan dan bergidik ngeri. “Lo gak takut apa kalau nanti lo dibuat gak nyaman di kantor?”
Mentari jadi ikut terdiam, memikirkan ucapan Ayumi. Angga dan segala tingkahnya memang luar biasa, ancaman yang pernah pria itu lontarkan pun bukan hanya omong kosong. Akan bagaimana Mentari nanti dikantor saat bertemu Angga? Apakah pria itu akan melakukan hal gila atau justru sebaliknya?
Melihat diamnya Mentari membuat Ayumi semakin meringis pelan, “Tuhkan, lo aja mikirin bakalan gimana nanti di kantor. Udahlah, lo minta balikan aja sama Angga. Omongin semuanya baik-baik.”
“Dih, ogah! Males banget kalau harus balikan sama dia. Kalaupun nanti dia buat gue gak nyaman di kantor, ya, gampang aja. Gue tinggal resign.”
“Ya ampun, Tari... Batu banget sih lo.”
“Bodoamat! Lagian, kabar gue putus sama Angga, kenapa orang-orang bisa tahu sih? Lo tahu darimana?” tanya Mentari, dia bingung sebenarnya kenapa orang-orang bisa tahu putusnya hubungan dirinya dengan Angga.
“Lah, lo gak lihat postingan Angga?”
“Postingan? Postingan apa?”
“Lo gak tahu emang? Seriusan?”
Mentari menggeleng dengan wajah bingung nya.
“Bentar-bentar, nih!”
Mentari menghampiri Ayumi yang langsung menunjukkan sesuatu dari handphone perempuan itu. Mentari langsung membulatkan matanya, mendengus kesal melihat postingan dari Angga.
‘I'm single, thats means I'm free’
“Dih, alay banget sih!” dengus Mentari, dia menatap sebal postingan Angga, dimana Angga menunjukkan wajah tampannya dengan caption yang sudah pasti membuat orang-orang akan berpikir banyak. Tak ayal, banyak yang bersorak gembira di kolom komentar postingan pria itu.
“Lihat, Tar. Hidup lo baru aja di mulai dan permainan ini, lo sendiri yang ciptain.” ucap Ayumi, dia meringis pelan membayangkan apa yang akan terjadi pada sahabatnya ini nanti.
Mentari menatap lurus kedepan, “Dan, gue takut. Gue juga gak peduli. I'm single, i'm free.” ucap Mentari, mengopi apa yang dituliskan Angga di postingan pria itu. Dia menatap Ayumi, “Iya kan?”
***
Memasuki area kantor, semua mata langsung tertuju pada mereka. Lebih tepatnya pada Mentari. Semua orang di kantor sudah mendengar dan tahu mengenai putusnya hubungan Mentari dengan bos mereka.
“Lihat, Tar. Semua mata tertuju sama lo.” bisik Ayumi, dia mendekatkan tubuhnya pada Mentari.
Mentari mendongakkan wajahnya, dia sama sekali tak menunduk atau menyembunyikan wajahnya. Tak salah apapun, untuk apa merasa rendah. Toh, menjadi pusat perhatian bukan hal baru padanya. Sejak sekolah, memenangkan banyak penghargaan, dirinya sudah terbiasa dipandang banyak mata. Ditambah menjadi kekasih dari seorang Angga yang merupakan anak dari orang ternama, membuat Mentari semakin dikenal.
“Gue gak peduli.”
Ayumi mengerucutkan bibirnya, mendengus kesal melihat sikap acuh yang ditunjukkan Mentari. Hingga langkahnya ikut terhenti saat Mentari tiba-tiba berhenti. Dia mendongak melihat siapa yang ada di hadapan mereka, bola matanya membulat sempurna.
Rasanya, waktu seperti berhenti untuk beberapa saat. Tatapan mata mereka bertemu, debaran dihati pun masih ada dan bisa dirasakan. Namun, rasa kecewa lebih terasa.
Seulas senyum Mentari tunjukkan, tujuannya hanya untuk formalitas saja. “Selamat pagi, Pak Angga.” sapa Mentari dengan senyum manisnya, dia hanya menghormati Angga saja sebagai atasannya. Pekerjaan dan cinta bukanlah hal yang sama.
Bukannya membalas sapaan Mentari, Angga justru melengos pergi begitu saja meninggalkan Mentari yang langsung mendengus kesal. Lain halnya dengan Ayumi yang semakin membulatkan matanya, tak percaya.
“What the—” Ayumi menggeleng-geleng, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. “Bertahun-tahun gue kenal lo, tahu gimana bucin nya Angga sama lo. Dan, sekarang apa yang gue lihat? Seorang Angga yang sangat memuja-muja Mentari, yang cinta mati dan rela berkorban untuk seorang Mentari, tiba-tiba ketus dan acuh sama pujaan hatinya? What the—help me, please!”
Mentari mendengus kesal karena respon Ayumi yang menurutnya berlebihan, ditambah karena respon Ayumi pula semua mata semakin tertuju pada mereka.
“Apaan sih lo!” kesal Mentari, dia melangkah pergi meninggalkan Ayumi memasuki lift.
Cepat-cepat Ayumi memasuki lift, berasa di lift berdua dengan Mentari.
“Lo gak lihat, Tar gimana Angga tadi cuekin lo? Seorang Angga gak peduli sama Mentari? Percaya, gak lo itu?”
Mentari memutar malas bola matanya, “Gak usah lebay. Lagian, itu bukan hal aneh.”
“Nyesel kan lo udah mutusin Angga?”
“Enggak kok. Lagian, gak disenyumin dia bukan hal aneh buat gue, toh gue gak rugi dalam hal apapun kalaupun dia gak senyum. Gak usah lebay deh.”
Ayumi terkekeh pelan, dia menggeleng tak percaya. “Thats my girl!”
Dan, sayangnya apa yang terjadi pada Mentari kali ini berbeda. Status dirinya yang bukan lagi kekasih dari bos di perusahaan membuat semua menatapnya berbeda. Yang biasanya akan cari muka dengannya, kini tidak. Namun demikian, Mentari hanya mampu tersnyum simpul saja.
Oh... Gini ternyata mereka, pikir Mentari. Dia sih santai saja menyikapinya.
“Tar, lo kerjain, ya berkas ini. Ditunggu buat nanti siang.”
Mentari mendongak dari layar laptopnya, dia menatap Swari yang merupakan rekan kerjanya. Keningnya mengerut bingung melihat isi berkas yang disodorkan Swari padanya. “Loh, ini kan bagian Nara. Kenapa dikasih ke gue?” tanya Mentari. “Lagian, gue gak ngerti bagian project satu ini. Orang gak ikutan meeting.”
Swari memutar bola matanya malas, “Lo gak lihat apa tuh Nara lagi ngerjain banyak berkas? Bantuin kek dia. Toh, lo juga sekarang bukan lagi pacar nya bos, jadi gak usah manja deh.”
Mentari menarik sudut bibirnya, tersenyum sinis. “Loh, apa hubungannya sama kerjaan gue?”
Swari tersenyum sinis pada Mentari, sebelah alisnya terangkat. “Lo pikir, lo diistimewakan disini tuh selama ini kenapa? Ya, karena lo pacar bos! Orang-orang mana ada yang berani merintah ini itu sama pacar bos, gak ada!” tukas Swari. “Dan, berhubung sekarang lo bukan siapa-siapa nya bos lagi. Jadi, lo udah gak istimewa. Ngerti?”
Mentari kesal bukan main mendengar nya, dia sudah siap melontarkan balasan lagi untuk penghinaan yang diberikan Swari. Namun, Ayumi lebih dulu mencegahnya, perempuan itu menahan Mentari.
“Udah, udah, Tar. Gak usah lo tanggepin. Gak akan ada selesain nya.” ucap Ayumi, dia mengusap pelan lengan Mentari. “Dan, lo Swari. Lo harusnya gak usah ngomong kayak gitu, lo juga harusnya lebih profesional. Masalah kita dulu jaman sekolah, gak usah lah lo bawa-bawa kesini. Lagian, udah bertahun-tahun lamanya, lo masih belum move on juga dari masalah kita? Iyuh, kampung tahu gak sih lo!”
Swari mendengus kesal, “Diam lo, Yu! Gak usah ikut campur!”
“Oh, tidak... Gue akan ikut campur karena lo udah mengusik ketenangan teman gue. Kenapa? Lo gak suka?”
Swari menggertak marah, dia segera pergi begitu saja meninggalkan mereka.
Ayumi tersenyum senang melihat kepergian Swari, dia menatap Mentari kini. “Udah, Tar. Gak usah lo pikirin.”
“Ini semua tuh gara-gara, Angga! Nyebelin banget sih tuh cowok!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Sapri Goblok
sangat terharu cerita nya
2023-09-24
1