Happy reading 🌻🌻🌻🌻🌻
The golden mansion, adalah rumah yang sudah lama Shaka tinggalkan, sejak ia keluar dari penjara. Kini Shaka kembali lagi setelah mendengar warisan peninggalan ayahnya tengah di perebutkan oleh para oknum tamak dan haus kekuasaan beratas namakan keluarga.
Bukan tentang berapa nominal warisannya, tapi Shaka tak pernah rela kekayaan dan peninggalan yang telah di perjuangkan ayahnya jatuh ke tangan mereka.
"Shaka, kamu pulang nak ... "
Orang yang pertama menyambut nya ketika ia tiba di mansion. Renata, ibu Shaka segera berlari dari tangga mansion dan memeluk sang putra begitu ia tiba.
"Bunda tak menyangka kamu akan kembali nak ... " Renata menyunggingkan senyum tapi air matanya begitu deras mengalir ia sangat terharu dan bahagia secara bersamaan, akhirnya setelah sekian lama ia bisa melihat sang putra kembali.
"Bagaimana kabar mu hah? kemana saja kamu selama ini?" Renata semakin terisak ia menangkup wajah putra yang selalu menjadi kebanggaan nya itu.
"Shaka baik-baik saja, bun. Bunda tak perlu khawatir."
"Bagaimana bunda tidak khawatir nak. Kamu pergi menghilang setelah hari kebebasan mu, terhitung sudah tujuh tahun bunda tak melihat mu nak, bunda sangat merindukan mu anak ku ... " Renata kembali memeluk sang putra. Shaka mulai membalas rengkuhan penuh kehangatan dan ketulusan dari wanita yang telah melahirkannya itu.
"Aku juga merindukan bunda ... " lirihnya berucap hampir tak terdengar. Shaka adalah pria yang sulit untuk mengutarakan kata hatinya, itu sebabnya orang-orang selalu beranggapan dia adalah pria yang dingin dan kejam.
"Akhirnya si kri minal ini tau tempat kembali." seseorang berseru dari dalam, mata Shaka langsung tertuju pada asal suara.
Ia menatap tajam, pria yang sedang berjalan menghampiri ke arah mereka.
"Tutup mulut mu Arkan." seorang wanita berusia senja, Helena namanya, adalah nenek Shaka dan Arkan, laki-laki berusia empat tahun lebih muda dari nya itu adalah adik sepupu nya.
"Kamu tidak merindukan Oma sayang?" Helen tersenyum, wanita yang sudah nampak keriput di wajah dan rambutnya yang memutih namun tak bisa menutupi sisa-sisa kecantikan nya. Shaka bergeming sejenak memindai penampilan sang nenek, tak ada yang berubah sejak dulu neneknya itu selalu tampil anggun dan elegan meski usianya tak lagi muda.
Shaka pun segera menghampiri, memeluk sang Oma dengan sayang.
"Maafkan oma yang harus memanggil mu kembali, warisan ayah mu harus kamu yang menjaganya Arkan."
"Aku tahu Oma."
Mereka berbisik di sela pelukan penuh kerinduan itu.
"Bagaimana kabar mu?" tanya Helen kemudian setelah melerai pelukan.
"Aku baik Oma." Shaka menjawab singkat.
"Hahaha bagus sekali, kau mau pulang setelah mendengar perseteruan memperebutkan harta warisan ini. Tidak ku sangka kau ambisius juga."
Shaka mengeratkan kepalan tinjunya. "Aku kesini bukan untuk ikut memperebutkan. Tapi mengambil hak ku. Tak akan ku biarkan warisan yang telah di jaga ayah ku selama bertahun-tahun jatuh ke tangan orang tamak seperti kalian."
Arkan meradang merasa tersinggung mendengarnya. "Alah banyak bacot!"
Shaka dengan tepat sasaran berhasil menghalau tangan Arkan yang hendak meninjunya.
"Kau pikir apa hah? kau pikir aku takut dengan mu karena kau punya backingan paman Wijaya sebagai ayah mu!" ujar Shaka seolah mengolok membuat Arkan semakin geram, sampai Oma Helen menengahi mereka.
"Sudah cukup! tidak bisakah kalian akur?!"
"Huh, akur dengan orang kriminal seperti nya? itu tidak akan mungkin Oma," ucap Arkan tanpa takut.
Shaka menggeram kesal, matanya menyalak tajam dengan urat-urat lehernya yang terpampang jelas.
"Arkan, kapan kau bisa menjaga ucapan mu itu."
"Biarkan saja oma." sela Shaka. "Sejak kecil, semua orang pun sudah tahu jika kami tak akan pernah bisa akur."
Helen geleng-geleng kepala mendengarnya.
"Ya sudah kita ke dalam dulu, bicarakan ini baik-baik." pungkas Oma Helen.
--------Oo--------
Seperti sudah di rencanakan sejak awal, kedatangan Shaka sudah di sambut oleh seorang pengacara ayahnya yang sejak dulu mengurusi dalam hak harta warisan.
Selain itu, sudah banyak anggota keluarga lain berkumpul, Wijaya bersama istrinya Matilda, orang tua Arkan. Shaka sangat ingat mereka lah yang paling ambisius untuk merebut harta warisan peninggalan ayahnya.
"Jadi seperti yang tertulis dalam surat wasiat, seluruh harta kekayaan tuan Wisnu prabu Rajendra, kepada putranya yaitu Arshaka, jika dia sudah menikah di umurnya ke 25 tahun, jika tidak memenuhi syarat maka hak warisan akan di pindah alihkan pada tuan Wijaya selaku yang tertua, adik tuan Wisnu yang memenuhi persyaratan 60% untuk itu."
Semua orang mendengar baik-baik pernyataan yang di lontarkan oleh sang pengacara.
"Lantas bagaimana sekarang? apa tuan Arshaka bisa memenuhi persyaratan itu?"
Shaka menyeringai. "Umur saya saat ini sudah genap 25 tahun dan untuk persyaratan nya saya sudah memenuhi nya."
"Huh, dari mana kau mendapatkan wanita untuk kau nikahi? sedangkan Olivia kekasih mu, sudah berhasil ku rebut dan sekarang menjadi istri ku."Arkan menjeda, dengan blak-blakan mengatakan itu pada semua orang.
Shaka sebisa mungkin abai, untuk tak terpancing dengan ungkapan yang jelas sedang berusaha menyulut api emosinya. Dan itu membuat Arkan kesal karena pertahanan amarah Shaka yang sulit untuk ia tembus.
"Siapa gadis itu, Ka? oma ingin tahu."
"Segera rasa penasaran oma akan terbayar kan. Inilah, dia istri ku ... "
Atensi semua orang yang hadir sontak menengok serempak ke arah pintu yang di tunjuk Shaka. Di saat itulah seorang gadis muda muncul yang tak lain adalah Kiran tengah berjalan ke arah mereka dengan di apit oleh Liam yang berjaga di belakang gadis itu.
"Shaka ... gadis ini." Renata melongo melihat nya.
"Kenapa bun? ada yang salah?"
"Tidak,dia sangat cantik." Renata berdiri menghampiri ke arah Kiran.
Kiran tersenyum gugup. Teringat ia akan perkataan Shaka sebelum mereka tiba di mansion.
"Ingat aku telah menyelamatkan mu dan membayar mu mahal. Sebagai balas budi, kau harus perintah ku jika tak ingin hidup mu semakin menderita,"
"Di depan semua orang nanti, status mu berubah menjadi isteri seorang Arshaka ian Najendra, buat mereka percaya jika kau benar-benar adalah istri ku."
"Apa kau paham!"
Perkataan terakhir Shaka seolah menarik kembali Kiran ke dunia nyata.
"Nak ... kamu mendengar ku?" Renata melambaikan tangannya di depan wajah Kiran, gadis itu segera tersadar lalu mengangguk grogi. Dari arah pandangnya semua mata kini sedang tertuju padanya membuat Kiran semakin di landa kebingungan, tapi ketika tatapan berakhir kepada Shaka, pria itu menatap tajam seolah memperingati nya membuat Kiran mau tak mau harus mendalami aktingnya.
"Siapa nama mu nak?" Renata bertanya sekali lagi setelah sebelumnya tak mendapat respon dari gadis itu.
"N- nama saya Lentera Kirana, nyonya."
Semua orang tercengang mendengar jawabannya.
"Jangan memanggilku nyonya, kamu adalah isteri Shaka yang otomatis adalah menantu ku, panggil aku bunda," ucap Renata lembut penuh pengertian.
"B- bunda." Kiran memanggil pelan.
Renata mengusap lembut kepalanya. "Aku tak pernah tahu putraku diam- diam sudah menikah dan memiliki istri yang sangat cantik. Selamat datang di keluarga Najendra, Kirana."
Kiran terdiam, berusaha mencerna semua situasi ini. Lalu pada akhirnya ia hanya bisa menangis dalam hati dan meratapi nasibnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments