"Udah pulang lu Mei," ucap Saroh yang baru aja selesai masak untuk makan malam.
"Iya Nyak, ini aye udah ada di rumah berarti aye udah pulang," sahut Mei.
"Eh tadi ada yang kesini nyariin kamu."
"Siapa?"
"Mmm siapa ya namanya?" Saroh terlihat mengingat nama orang yang tadi datang ke rumahnya.
"Laki apa perempuan?"
"Perempuan. Oh ya, Aryanti namanya."
"Oh Bu Aryanti, tadi udah ketemu di pasar."
"Emang lu nolongin dia apaan?"
"Kemarin Bu Aryanti dirampok di jalan, aye yang nolongin dia dan aye juga yang bawa dia ke rumah sakit."
"Lu tuh kalau ada apa-apa minta tolong sama orang, jangan berani-beraninya sendirian melawan penjahat itu. Kalau lu kenapa-kenapa bagaimana?"
"Nyak jangan khawatir, buktinya sekarang aye bae-bae aja."
"Ah elu Mei kalau dikasih tahu suka gitu, Nyak khawatir sama elu kalau lu sampai terluka bagaimana. Nyak belum punya mantu, belum siap kehilangan elu."
"Etdah Nyak, Nyak tuh mikirnya kejauhan. Aye bae-bae aja, tuh! Tuh! Nyak lihat, gak ada yang terluka kan." ucap Mei sembari memperlihatkan tangan dan kakinya pada Saroh.
"Assalamu'alaikum," ucap Rojak yang baru datang dari bengkelnya.
"Waalaikumsalam," ucap Saroh dan Mei secara bersamaan.
"Lagi pada ngomongin apa? Kedengarannya lu berdua heboh bener," ucap Rojak.
"Biasa Bang, anak Abang tuh yang suka bertingkah sok jago.".
"Kenapa lu Mei? Berantem sama anak brandal lagi?"
"Kagak Beh, aye kagak berantem kok."
"Ini, anak Abang nih. Nolongin orang yang sedang disandera sama perampok dan dia berantem sama perampok itu demi nyelametin orang yang kagak dia kenal."
"Benar ucapan Nyak lu Mei?" Rojak menatap Mei yang kini sedang berdiri didepan Saroh dan juga dirinya.
"Iya," sahut Mei singkat.
Mei emang gak pernah bohong tentang apa pun pada orang tuanya. Meski dirinya sering diomelin karena berantem dengan preman ataupun penjahat tapi dia tidak pernah berbohong tentang perkelahiannya dengan siapa pun.
"Bagus!" Rojak mengacungkan dua jempolnya pada Mei.
"Lah Abang bagaimana? Bukannya dimarahin malah dikasih jempol," protes Saroh.
Mei tersenyum lebar melihat Ibunya yang cemberut pada sang Ayah.
"Elu bagaimana sih? Anak lu nolongin orang kok dimarahin. Tindakan Mei udah bener."
"Tapi Bang kalau anak kita kenapa-kenapa bagaimana?"
"Kagak, anak kita kagak bakalan kenapa-kenapa."
"Enyak, Babeh boleh aye masuk ke dalam? Aye pengen mandi nih, gerah," ucap Mei sembari melangkahkan kakinya menuju kamarnya!
*******
Di kediaman Wiliam.
"Gimana pertemuan sama orang itu?" tanya Wiliam pada Aryanti.
"Gak gimana-gimana Pa, dia gak mau jadi bodyguard Mama," sahut Aryanti.
"Yasudah, kita gak bisa maksa."
"Tapi Mama mau dia."
"Mama kayak anak kecil deh, Gaby sja gak pernah merengek kayak gitu," ucap Darren.
"Siapa bilang? Gaby suka merengek pengen ketemu sama Mamanya, kamu aja yang gak tahu," ucap Sarah.
"Iya, kakak emang gak tahu karena kakak selalu sibuk kerja," ucap Isabella.
"Kalian kenapa sih, gak ada satu orang pun yang berpihak padaku?"
"Eh lagi sensi ya? Kenapa, lagi datang bulan?" ejek Isabella pada Darren.
"Apaan sih, gak jelas tahu gak." Darren pun memilih pergi ke kamar Gaby untuk menemani gadis kecil itu tidur!
"Lihat tuh Pa, punya anak laki-laki satu udah lama menduda tapi masih aja gak mau cari istri."
"Mama sabar aja, nanti juga ada jodohnya. Papa mengerti benar dengan apa yang dialami oleh Darren, semua itu tidak lah mudah untuk dijalani."
"Jadi Papa gak mau kita punya menantu lagi, Papa gak kasihan pada Gaby yang merindukan kasih seorang Ibu?"
"Aryanti, semua butuh proses Darren mungkin masih trauma dengan apa yang menimpa hidupnya, dia juga butuh pertimbangan untuk memutuskan siapa yang akan dan yang bisa menjadi Ibu sambung untuk Gaby," jelas Sarah.
"Setuju Nek," ucap Isabella sembari mengacungkan jempol nya pada Sarah.
"Kadang aku suka gak tega kalau lihat kakak melamun, kakak kayaknya masih cinta deh sama kak Joanna," sambung Isabella.
"Masih cinta juga mau diapakan, Joanna nya kan gak mau sama kakakmu," ucap Aryanti.
"Mungkin karena itu Darren masih belum membuka hati untuk wanita lain," ucap Wiliam.
"Mungkin kalau kita jodohkan Darren dengan wanita lain, dia bisa membuka hatinya dan melupakan Joanna," ucap Sarah.
"Itu ide buruk, ide paling buruk kalau menurutku," ucap Isabella.
Saat mereka masih duduk mengobrol di ruang keluarga, Darren berjalan melewati mereka dengan menggenggam kunci mobilnya.
"Kak! Mau kemana?" Tanya Isabella.
"Cari menantu buat Papa, Mama. Kamu mau ikut?"
"Belum satu jam galau karena diminta menantu eh sekarang sudah mau ngegas aja."
"Bawel ah kamu."
Darren langsung pergi tanpa menghiraukan perkataan Mama dan Papanya yang menanyai dirinya!
"Kayaknya kakak kesal banget deh sama kita," ucap Isabella setelah Darren pergi.
"Biarkan saja dia. Mungkin dia perlu waktu sendiri, kalian juga kan yang sering memaksa dia untuk segera menikah," ucap Sarah.
*******
Ciiiit!
Darren menginjak rem mobilnya dengan tiba-tiba saat dirinya melihat ada seseorang yang lewat tepat didepan mobilnya.
Setelah mobilnya berhenti, Darren keluar dari mobilnya lalu menghampiri orang itu.
"Woi Lo kalau jalan pakai mata dong! Lo udah bosan hidup apa? Kalau mau mati jangan sampai gue yang nabrak lo, gue gak mau dipenjara!" Sentak Darren pada orang itu.
"Lo yang salah, lo yang marah. Gue jalan dipinggir, lo nya aja yang terlalu mepet ke tepi jalan." Wanita itu berucap dengan nada keras, dia tak mau kalah dari Darren.
"Lo ya, jelas-jelas lo yang salah."
"Lo punya otak gak? Ini trotoar, mobil lo jalan di atas trotoar. Udah salah nyolot lagi."
Maisya tak mau kalah oleh laki-laki yang hampir saja akan menabraknya, merasa dirinya ada ditempat yang benar, Mei sedikitpun tak merasa takut pada orang kaya yang kini berdiri di depannya.
Ya, Mei lah wanita yang hampir tertabrak oleh Darren malam itu.
Saat itu Mei ingin memeriksa keadaan anak-anak jalanan yang selama ini diasuhnya, dirinya ingin memastikan bahwa mereka sudah beristirahat di tempatnya dan tidak melakukan sesuatu apa pun lagi.
Karena melamun, Darren pun tak menyadari bahwa dirinya mengemudikan mobilnya di atas trotoar yang seharusnya jalan itu diperuntukkan untuk para pejalan kaki.
"Kenapa lu diam? Merasa bersalah? Kalau merasa bersalah kenapa lu gak minta maaf sama gue?"
Darren mengeratkan rahangnya dan mengepalkan tangannya lalu segera masuk ke mobilnya lagi.
Sebenarnya dirinya memang menyadari bahwa dirinya bersalah tapi rasa gengsi yang besar membuat dirinya tak ingin meminta maaf pada wanita yang tidak dia kenali itu.
Darren pun langsung meninggalkan tempat itu tanpa berkata sesuatu apa pun pada Mei!
"Dasar orang kaya, mentang-mentang kaya, hidup semaunya," ucap Mei sembari berteriak berharap Darren dapat mendengar perkataannya.
"Untung gue sabar kalau gak sabar gue ancurin juga tuh mobil mewah sekaligus sama orangnya," gerutu Mei sambil melanjutkan langkahnya!
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Teguh wira admaja
di episode pertama tadi
katanya ayah Darren dah tiada
tapi disini.. kok ayah Williams ad thor 🙄🙄🙄🙄
2023-03-19
1
Uneh Wee
eh jnggn saling marah tar padda bucin lho hee
2023-03-07
1