Siang itu Aryanti, Sarah, Isabella dan Gaby sedang dalam perjalanan menuju rumah Mei. Mereka sangat bersemangat ingin menemui gadis yang sudah dengan berani menolong Aryanti saat orang lain disekitarnya hanya menonton kejadian mengerikan itu.
"Ma, aku pengen tahu deh wajah orang yang nolongin Mama biar setiap aku ketemu dimana pun aku bisa menyapanya," ucap Isabella.
"Kamu akan melihatnya sekarang tapi jangan kaget melihat penampilannya ya," ucap Aryanti.
"Memangnya penampilannya gimana Bu? Sampai bilang jangan kaget," ucap Kardi~sopir yang mengemudikan mobil yang mereka tumpangi.
"Nanti juga kamu tahu."
"Ini kemana lagi Bu, udah di terminal bus nih kita," ucap Kardi.
"Ini alamatnya." Aryanti memberikan secarik kertas yang bertuliskan alamat rumah Mei.
"Oh ini sih saya tahu Bu."
"Ya udah, cepat majuin mobilnya dong."
"Nek orang itu siapa namanya? Dia cantik gak?" tanya Gaby.
"Cantik sayang, yang namanya perempuan pasti cantik," sahut Aryanti.
*******
"Siang semuanya," ucap Mei pada beberapa anak jalanan yang sedang beristirahat di kolong jembatan.
"Siang kak Mei," sahut anak-anak itu.
"Ini, kakak bawain makan siang untuk kalian. Kalian makan dah tuh."
Anak-anak itu pun langsung mengerumuni Mei untuk mendapatkan nasi kotak yang Mei bawa untuk mereka.
"Terimakasih kak Mei."
"Iya sama-sama. Gimana hari ini, kalian udah pada ngerjain PR kemarin?"
"Udah dong."
"Bagus, jadwal belajar seperti biasa ya jam lima sore."
"Iya kak."
"Dah habisin makannya."
Mei menatap anak-anak itu makan dengan lahapnya tak disadari sebuah senyuman terukir di bibirnya.
Mei memang bukan orang kaya, untuk makan sehari-hari saja masih mengandalkan orang tua. Uang hasil menjaga keamanan di pasar pun tidak seberapa, hanya cukup untuk memberi makan beberapa anak di sana saja.
Meski begitu Mei tidak pernah mengeluh, baginya kebahagiaan anak jalanan itu lebih penting.
"Maaf ya anak-anak, aye cuma bisa ngasih kalian makan, aye gak bisa menyekolahkan kalian semua, aye juga gak bisa memberikan tempat yang layak buat kalian karena rumah aye juga sempit gak bakalan cukup buat nampung kalian semua," ucap Mei didalam hatinya.
*******
"Permisi!" Aryanti mencoba mengetuk pintu rumah yang berwarna hijau itu.
Sesuai yang dikatakan Mei waktu di rumah sakit kalau rumah Mei berwarna hijau dan berada di tengah-tengah antara dua rumah di sisi kanan dan kirinya.
"Siapa ya?" tanya Saroh yang sedang berdiri diambang pintu.
"Maaf, apa benar ini rumahnya Maisya?" tanya Aryanti.
"Iya betul." Saroh terlihat kebingungan melihat tamu yang datang ke rumahnya.
"Saya Aryanti, Bu. Saya mau ketemu sama Mei, apa dia ada di rumah?"
"Masuk dulu deh Bu." Saroh membuka pintunya dengan lebar dan mempersilahkan tamunya masuk.
"Maaf sekarang Mei tidak ada kalau jam segini dia masih di pasar. Ada apa ya Bu?" ucap Saroh setelah mereka semua duduk di ruang tamu.
"Gak ada ya. Saya datang bersama keluarga saya untuk menemui Mei, saya ingin berterimakasih sama dia karena sudah menolong anak saya Aryanti dari perampok," jelas Sarah.
"Iya Tante, kami ingin berterimakasih sekalian berkenalan sama orang yang nolongin Mama saya ini," sambung Isabella.
"Tapi sekarang Mei tidak ada, atau saya telpon aja ya, biar dia pulang."
"Tidak usah, biar kami aja yang ke pasar untuk menemui Mei."
"Beneran Bu, gak disuruh pulang aja tuh anak?"
"Gak apa-apa Bu, takutnya kami mengganggu pekerjaannya."
*******
"Mei sini lu," ucap Dion.
"Apa," sahut Mei.
"Ni gue sama Karen mau pergi berdua, boleh ya kita pulang lebih awal."
"Iya terserah lu aja, mau pulang ... pulang aja sana biar di sini urusan aye sama Joni."
"Serius lu Mei, kita boleh pulang lebih awal hari ini?" ucap Karen.
"Iya lah, ini bukan kantoran lu pada mau pulang kapan aja boleh-boleh aja."
"Tapi kan tugas gue di sini gimana?"
"Gini ya, lu berdua kan gak dapat gaji maksimal di sini karena memang gak ada yang menggaji kita kan jadi kalian kerja menjaga keamanan di sini bawa santai aja."
"Maisya Melanie," ucap Aryanti yang berdiri dibelakang Mei.
Mei menoleh kebelakang untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Eh, Ibu ...." Mei menggantung ucapannya sembari mengingat nama wanita yang kini berdiri di depannya.
"Aryanti," ucap Aryanti dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Oh iya, Bu Aryanti. Maaf Bu saya tidak mengingat nama ibu."
"Tidak apa-apa lagian kita baru sekali bertemu wajar aja kalau kamu lupa."
"Ibu mau belanja? Ayo saya antar berkeliling pasar, saya jamin pasar sini aman Bu."
"Saya kesini untuk berterimakasih sama kamu oh, ya kenalin ini Mama saya, ini Isabella anak saya dan ini Gabriella atau Gaby cucu saya."
"Halo Bu, saya Maisya panggil aja Mei," ucap Mei sembari menjabat tangan Sarah.
"Panggil saja saya Nenek Sarah."
"Oh iya Bu, eh Nenek Sarah." Mei tersenyum ramah pada mereka semua.
"Mbak kan yang waktu itu aku tabrak di rumah sakit," ucap Isabella.
"Oh iya, saya baru ingat. Mbak gak kenapa-kenapa kan?"
"Nggak-nggak. Ternyata kamu yang nolongin Mama aku. Terimakasih ya dan maaf sudah menabrak kamu."
"Gak apa-apa, saya sudah melupakan itu kok lagian saya gak kenapa-kenapa, gak sampai terluka."
"Tante yang nolongin nenek aku? Terimakasih ya," ucap Gaby.
"Sama-sama sayang." Mei tersenyum sembari mengusap pipi mulus Gaby.
"Kenapa Tante mau menolong Nenekku padahal Tante kan perempuan, apa tante gak takut sama perampok itu?"
"Gak ada alasan kenapa Tante harus menolong Nenek kamu. Sesama manusia kan memang harus saling tolong menolong."
"Gak takut sama mereka?"
"Selama kita berbuat baik dan merasa kita mampu, kita tidak perlu takut tapi jangan sekali-kali kamu melakukan itu ya kalau ada yang mengancam keselamatan atau mengganggu ketenangan, berteriak lah meminta tolong pada orang dewasa di sekitar kamu ya," jelas Mei pada Gaby.
"Iya baiklah kak." Gadis kecil itu pun tersenyum manis pada Mei.
"Mei, sebenarnya saya datang ke sini selain berterimakasih sama kamu, saya juga ingin meminta kamu untuk jadi bodyguard saya. Apa kamu mau?"
"Maaf Bu tapi saya udah ada pekerjaan." Mei menolak dengan senyuman dan suara yang lembut.
"Memangnya pekerjaan kamu apa?"
"Menjaga keamanan di pasar ini."
"Saya akan menggaji kamu dengan harga yang lebih tinggi dari ini."
"Maaf Bu, bukannya saya gak mau tapi ada alasan lain yang gak bisa saya jelaskan pada Ibu. Saya tidak bisa bekerja dengan Ibu."
"Ya sudah, kalau gak mau tidak apa-apa tapi kalau saya ada keperluan penting dan butuh perlindungan, saya mau kamu menemani saya."
"Kalau hanya sesekali, saya akan usahakan tapi kalau setiap hari saya tidak bisa."
"Gak sebulan sekali saya bepergian jauh."
"Mbak Mei, boleh ya aku minta ditemani kalau aku mau belanja pakaian di pasar ini?" tanya Isabella.
"Boleh dong tapi tanpa ditemani aku juga, pasar ini aman kok."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Uneh Wee
hati mei baik bnget dia ga mau jadi bodygar karna punya anak jlnan
2023-03-06
2