Bab. 5 Pangeran Philips

Plak!

Alice merasakan rasa sakit yang luar biasa di pipinya. Entah berapa kali Maise asli memukulnya. Alice melirik Maise yang menatapnya dengan nyalang.

"Apa kamu bodoh? Aku sudah mengajarimu berulang-ulang! Tegakkan badanmu! Dan cara berjalanmu mengapa kaku sekali?" marah Maise.

Dada Alice bergemuruh. Seumur hidupnya baru kali ini mendapatkan cacian. Alice menatap Maise dengan tajam. Ia tidak takut pada Maise.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tantang Maise.

"Ma!" Alice tiba-tiba berteriak. Membuat Maise mengernyitkan dahinya. Dari dalam rumah, terlihat Cessie berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Alice dan Maise.

"Ada apa ini?" tanya Cessie.

"Dia menamparku berkali-kali, Ma!" Alice mengadu pada Cessie. Bahkan Alice memeluk Cessie seolah mereka sudah sangat dekat sebelumnya.

"Apa?" Maise terkejut. Ia tidak menyangka Alice akan memeluk mamanya dengan erat.

Cessie menatap Maise dengan tatapan mata yang penuh kebingungan. Di satu sisi, Maise merupakan putri kandungnya. Akan tetapi, Alice adalah Maise palsu di mata keluarga istana. Cessie tidak mampu berbuat banyak. Ia hanya mengusap kepala Alice dengan lembut.

"Ma! Kenapa Mama diam saja? Dia menampar Maise berkali-kali!" Alice melepaskan pelukannya. Kini ia memandang Cessie dengan kedua mata yang berair.

"Maise, dia itu keponakan mama yang bisa mengajarimu tentang tata krama. Ingat, Sayang. Sebentar lagi kamu akan menjadi istri dari seorang pangeran. Kamu wajib berhati-hati. Siapa yang akan membantumu nantinya ketika sudah berada di kerajaan? Papa dan mama tidak bisa membantu. Kamu harus menurut pada Sese," tutur Cessie.

"Tapi, Ma! Lihat pipi Maise! Mama harus omeli dia supaya tidak jahat sama Maise! Lagipula, kalau nanti Maise menikah dengan pangeran keluarga kita yang akan disanjung orang! Ayo, Ma! Bilang sama Sese, jangan bersikap kasar dengan calon permaisuri!" Alice merajuk. Ia benar-benar pandai melihat kesempatan. Menggunakan alasan sebagai putri kandung Cessie untuk menyerang putri kandungnya yang asli.

"Kamu!" Maise tidak bisa berbuat banyak. Amarahnya tertunda karena Cessie menyeretnya pergi dari hadapan Alice. Melihat keduanya pergi, Alice menyeringai. Rupanya Cessie tidak bisa menyentuhnya ketika Alice mengingatkan tentang posisinya di masa mendatang.

"Keluarga tidak tahu malu. Memanfaatkan orang yang tidak tahu apa-apa untuk menyelamatkan diri. Lihat saja. Aku akan mengembalikan tamparan ini secepatnya." Alice menyentuh pipinya yang ditampar oleh Maise. Dendam membara tampak nyata di kedua matanya.

Malam pun kian beranjak. Semua orang yang ada di mansion itu makan malam dengan tenang. Kecuali, Maise. Ia menatap Alice tajam. Peringatan dari Cessie cukup membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Ingin sekali ia memukul Alice untuk meluapkan kekesalan dalam hatinya. Namun, kenyataannya ia tak mampu berbuat apapun.

"Maise," panggil Theo.

"Ya, Pa?" Alice meletakkan sendok dan garpunya. Gadis itu meneguk segelas air minum hingga tandas. Kemudian ia memfokuskan diri untuk mendengarkan Theo.

"Papa sudah dengar apa yang terjadi denganmu tadi siang. Sese ada di sini untuk membantumu," kata Theo.

"Rupanya mereka mengatakannya pada pria ini. Memang menyebalkan!" Alice menggerutu dalam hati.

Alice melirik Maise. Seringaian tipis tampak di bibir Maise. Lalu ia memutar bola matanya. "Dia menamparku berkali-kali. Maise tidak melakukan kesalahan fatal. Haruskah dia memukul Maise?"

"Maise!" Theo menggeram. Membuat Alice mengepalkan kedua tangannya.

"Jangan bersikap kasar. Apapun yang dilakukan oleh Sese itu merupakan kebaikan untukmu. Kalau kamu berada di istana kerajaan dan membuat kesalahan, nyawamu bisa terancam. Jadi, jangan protes apapun lagi," papar Theo.

"Tapi, Pa! Aku ini anak Papa! Dan dia hanya keponakan saja! Kenapa semua orang membela dia? Apakah dia anak Papa dan Mama?" Pertanyaan dari Alice rupanya cukup membuat Theo dan Cessie panik.

"Maise, kenapa kamu berpikir demikian?" Cessie mulai melembutkan suaranya. Pun juga Theo, wajahnya tak lagi memerah karena amarah.

"Karena Mama dan Papa terasa bersikap sangat lembut kepada Sese. Maise lihat Mama juga dekat sekali dengan Sese. Kenapa kita tidak dekat? Terus di rumah ini juga tidak ada satupun foto Maise," ketus Alice.

Tampak bola mata Theo melebar. Tak lama kemudian, Theo berdeham. Sepertinya mereka salah tingkah. Alice menyipitkan mata. Rupanya Maise asli di ujung meja pun terlihat salah tingkah.

"Bagaimana? Kalian tidak menduga hal itu bukan?" Alice membatin penuh kemenangan.

"Maise, kamu ingat saat kamu terbangun di rumah sakit?" tanya Cessie.

"Ya, aku ingat," jawab Alice.

"Sebenarnya kita semua akan membawamu ke mansion yang baru. Tapi, kita mengalami kecelakaan dan kamu saja sampai terluka berat apalagi dengan barang-barang kita? Tentunya ada banyak yang hilang entah kemana. Kata dokter, kamu hilang ingatan. Itulah mengapa kami membawamu ke mansion lama dan bukan ke tempat yang baru. Ya, jadi tidak ada foto apapun yang tersisa," terang Cessie.

"Hebat. Dia bisa mengelak dengan mudah. Baiklah," batin Alice dalam hati.

"Sudah, jangan dibahas lagi. Maise, ayo habiskan makananmu." Cessie mengalihkan topik pembicaraan. Saat Alice hendak menyahut, tampak seorang gadis pelayan berjalan tergopoh-gopoh mendekati meja makan.

"Tuan Duke, ada pengawal kerajaan yang datang. Mereka menunggu di ruang tamu," ucap pelayan itu.

"Apa? Ah, Maise. Ayo, perbaiki riasanmu sebentar. Sese, kembalilah ke kamarmu. Aku akan menyambut mereka." Theo segera berdiri dan menghilang dari balik pintu.

Cessie buru-buru merapikan rambut Alice. Kemudian membawa Alice menuju ruang tamu. Mereka semua meninggalkan Maise yang sedang menahan amarah di tempatnya.

"Jadi, keluarga kerajaan ingin menghabiskan waktu akhir pekan bersama Putri Maise?" tanya Theo.

"Benar, Duke. Besok, keluarga kerajaan akan menghabiskan akhir pekan bersama Putri Maise. Harap, esok hari Putri Maise bersiap sebelum pukul 8. Karena pihak kerajaan akan menjemput Putri. Kalau begitu, kami mohon undur diri." Pengawal kerajaan itu pamit undur diri. Sekilas ia melirik Alice sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan mansion Theo.

"Maise! Ini kesempatanmu untuk mengambil hati mereka! Jadilah calon istri terbaik untuk Pangeran Arthur!" Tiba-tiba Theo bersemangat. Laki-laki berusia paruh baya itu menyentuh kedua lengan Alice dan bahkan menggoyangkannya berulang kali. Sedikit membuat Alice terjingkat.

"Benar! Kamu harus belajar attitude lagi setelah makan siang ini. Jangan membantah, Maise! Ini demi keluarga kita!" Cessie menimpali. Ia tak kalah bersemangatnya dari Theo.

Alice terus mengamati dua orang yang tengah bersuka cita itu. Ia tidak berminat untuk bergabung dengan keduanya. Alice termenung. Itu artinya ia akan bertemu Pangeran Arthur juga. Rasanya Alice cukup malas untuk datang.

Keesokan harinya, Alice berjalan menuju mobil kerajaan yang sudah menjemputnya. Seperti biasa, Cessie dan Theo tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Mereka berdua melepas kepergian Alice dengan senyum merekah di bibirnya. Tanpa mereka berdua sadar bahwa Alice sedang menahan kekesalannya.

"Selamat pagi, Putri Maise." Alpha menyapa Alice yang baru masuk ke dalam mobil.

"Di mana Pangeran Arthur?" tanya Alice.

"Tentunya berada di tempat yang seharusnya, Putri," jawab Alpha.

Alice tidak menyahut lagi. Ia memilih untuk mengamati keluar jendela. Meskipun pemandangannya membosankan, tapi lebih baik daripada harus mengamati pria dingin di depannya itu. Dalam perjalanan, Alice sedikit bosan. Sebab perjalanan memakan waktu lama.

"Putri Maise, kita sudah sampai." Alpha tampak turun dari mobil. Ia pun membuka pintu mobil untuk Alice.

Begitu sampai, Alice menautkan kedua alisnya. "Mereka bermain golf?"

"Anda tenang saja, Putri. Anda dibawa ke sini bukan untuk bermain golf. Anda hanya perlu menemani ratu saja. Ratu sendiri yang sudah mengundang Anda. Mari masuk ke dalam. Mungkin ratu sudah menunggu Anda." Alpha menutup pintu mobil. Sehingga Alice menggeser tubuhnya.

Terlihat Alpha berjalan mendahului Alice. Mau tak mau Alice pun mengikuti Alpha dari belakang. Keduanya pun masuk ke dalam arena bermain golf.

"Tunggu, Alpha!"

Terdengar suara panggilan seseorang. Alhasil Alpha menghentikan langkah kakinya. Pun juga dengan Alice. Ia berdiri tepat di samping Apha.

"Pangeran Philips?" panggil Alpha.

Pangeran Philips tersenyum. Ia lalu menoleh pada Alice yang berdiri di samping Alpha. Tanpa diduga, Pangeran Philips mengulurkan tangannya pada Alice.

"Halo, Putri Maise? Perkenalkan saya Pangeran Philips. Kamu calon istri kakak saya bukan? Pangeran Arthur?" Pangeran Philips memperkenalkan diri.

"Anda jangan melewati batas, Pangeran Philips," sarkas Alpha.

"Aku hanya ingin menyapa calon kakak iparku saja, Tuan Alpha. Kamu jangan khawatir. Lagipula ini hanya perkenalan diri saja." Pangeran Philips membela dir.

Alice tak segera menyahut. Ia melirik ke arah Alpha yang seperti menatap tidak suka pada Pangeran Philips.

"Anda tidak ingin membalas uluran tangan saya, Putri?" Pangeran Philips sedikit merasa canggung. Karena Alice mengabaikan uluran tangannya.

"Maaf, Pangeran. Saya terima niat baik Anda. Tapi, rasanya tidak sopan untuk seorang gadis yang menjadi calon istri kakaknya justru bersentuhan dengan adiknya." Alice membungkukkan setengah badannya. Senyuman terukir indah di bibirnya.

"Salam kenal, Pangeran Philips. Perkenalkan, nama saya Maise. Saya merasa terhormat sekali bisa berkenalan dengan Anda secara pribadi." Alice tersenyum menatap Pangeran Philips yang termangu. Ia tampak terkejut dengan respon yang diberikan oleh Alice.

"Sudah berkenalan bukan? Maaf, kami permisi, Pangeran. Saya yakin Pangeran Arthur sudah menunggu Putri Maise. Putri, ayo kita ke tempat Pangeran Arthur." Alpha menepis tangan Pangeran Philips. Kemudian ia beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

Saat Alice hendak pergi mengikuti jejak Alpha, tanpa sengaja mata Alice bertabrakan dengan mata Pangeran Philips. Entah sengaja atau tidak, tapi mata Pangeran Philips mengedipkan sebelah matanya. Disusul senyuman seringai muncul di bibirnya.

"Apa arti senyuman itu? Mungkinkah Pangeran Philips memiliki rencana?" batin Alice dalam hati.

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

lanjuuut

2024-04-06

0

Muse

Muse

nah lo nah lo...dasar pangeran lampu bohlam baru ketemu udah ganjen aja nich orang

2023-11-01

0

Sehrazat

Sehrazat

Philip ganjen nih 😡

2023-03-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Pengkhianatan
2 Bab. 2 Bertemu
3 Bab. 3 Kesepakatan
4 Bab. 4 Sebuah Tujuan
5 Bab. 5 Pangeran Philips
6 Bab. 6 Callista Greisy Odette
7 Bab. 7 Tanda Familiar
8 Bab. 8 Ancaman
9 Bab 9. Pantas Mengenalinya
10 Bab 10. Beri Alasan
11 Bab. 11 Pesta Pernikahan
12 Bab. 12 Berbicara
13 Bab. 13 Tantangan
14 Bab 14. Debat
15 Bab. 15 Jawaban
16 Bab. 16 Tidak Menyangka
17 Bab. 17 Kencan Pertama
18 Bab. 18 Rasa Takut
19 Bab. 19 Harapan Baru
20 Bab. 20 Cantik
21 Bab. 21 Hebat
22 Bab. 22 Cemburu
23 Bab. 23 Sambutan
24 Bab. 25 Teman Lama
25 Bab. 25 Meremehkan
26 Bab. 26 Dosa Masa Lalu
27 Bab. 27 Teror
28 Bab. 28 Ancaman
29 Bab. 29 Serangan
30 Bab. 30 Perseteruan
31 Bab. 31 Percaya
32 Bab. 32 Pasukan Bayangan
33 Bab. 33 My Name is Alice
34 Bab. 34 Terjatuh
35 Bab. 35 Tetap Berjalan
36 Bab. 36 Fitnah
37 Bab. 37 Putusan
38 Bab. 38 Tidak bisa di ubah
39 Bab. 39 Hukuman
40 Bab. 40 Ayo Kabur
41 Bab. 41 Kisruh
42 Bab. 42 Kesepakatan
43 Bab. 43 Tuan Putri Estelle Suzette
44 Bab. 44 Menjadi Terhormat
45 Bab. 45 Jalan-jalan
46 Bab. 46 Bayangan Hitam
47 Bab. 47 Semua Kembali
48 Bab. 48 Perjanjian
49 Bab. 49 Bingung
50 Bab. 50 Lamaran
51 Bab. 51 Memantapkan Hati
52 Bab. 52 Nyaman
53 Bab. 53 Berita Baru
54 Bab. 54 Serangan
55 Bab. 55 Gerakan
56 Bab. 56 Kehancuran
57 Bab. 57 Membalas
58 Bab. 58 Tidak Pantas
59 Bab. 59 The End
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab. 1 Pengkhianatan
2
Bab. 2 Bertemu
3
Bab. 3 Kesepakatan
4
Bab. 4 Sebuah Tujuan
5
Bab. 5 Pangeran Philips
6
Bab. 6 Callista Greisy Odette
7
Bab. 7 Tanda Familiar
8
Bab. 8 Ancaman
9
Bab 9. Pantas Mengenalinya
10
Bab 10. Beri Alasan
11
Bab. 11 Pesta Pernikahan
12
Bab. 12 Berbicara
13
Bab. 13 Tantangan
14
Bab 14. Debat
15
Bab. 15 Jawaban
16
Bab. 16 Tidak Menyangka
17
Bab. 17 Kencan Pertama
18
Bab. 18 Rasa Takut
19
Bab. 19 Harapan Baru
20
Bab. 20 Cantik
21
Bab. 21 Hebat
22
Bab. 22 Cemburu
23
Bab. 23 Sambutan
24
Bab. 25 Teman Lama
25
Bab. 25 Meremehkan
26
Bab. 26 Dosa Masa Lalu
27
Bab. 27 Teror
28
Bab. 28 Ancaman
29
Bab. 29 Serangan
30
Bab. 30 Perseteruan
31
Bab. 31 Percaya
32
Bab. 32 Pasukan Bayangan
33
Bab. 33 My Name is Alice
34
Bab. 34 Terjatuh
35
Bab. 35 Tetap Berjalan
36
Bab. 36 Fitnah
37
Bab. 37 Putusan
38
Bab. 38 Tidak bisa di ubah
39
Bab. 39 Hukuman
40
Bab. 40 Ayo Kabur
41
Bab. 41 Kisruh
42
Bab. 42 Kesepakatan
43
Bab. 43 Tuan Putri Estelle Suzette
44
Bab. 44 Menjadi Terhormat
45
Bab. 45 Jalan-jalan
46
Bab. 46 Bayangan Hitam
47
Bab. 47 Semua Kembali
48
Bab. 48 Perjanjian
49
Bab. 49 Bingung
50
Bab. 50 Lamaran
51
Bab. 51 Memantapkan Hati
52
Bab. 52 Nyaman
53
Bab. 53 Berita Baru
54
Bab. 54 Serangan
55
Bab. 55 Gerakan
56
Bab. 56 Kehancuran
57
Bab. 57 Membalas
58
Bab. 58 Tidak Pantas
59
Bab. 59 The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!