"Kenapa kamu diam saja?" Pangeran Arthur bertanya.
Satu alis Alice terangkat. Ia mengernyit bingung dengan sikap Pangeran Arthur yang terlalu arogan. Alice menatap Alpha dengan bingung. Terlihat Alpha tak ingin menjawab kebingungan Alice. Membuat Alice mengerucutkan bibir dan mengendikkan bahu.
"Saya pikir tidak ada yang perlu dibahas di sini, Pangeran. Kalau begitu saya permisi dulu." Alice memilih untuk menyudahi hal ini.
"Kenapa kamu pergi? Apa karena aku ini buta dan lumpuh sehingga kamu bisa bertindak seenaknya? Betapa sombongnya dirimu! Setidaknya sebelum kamu menghinaku, kamu harus sadar diri status kebangsawanan keluargamu. Keluarga Duke Theo Hamilton merupakan keluarga yang sama sekali bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kerajaan Inggris!" Kalimat penuh penekanan dilemparkan oleh Pangeran Arthur.
Satu sudut bibir Alice tertarik. Membuat Alpha terkejut. Alpha mengamati setiap perubahan mimik wajah Alice. Gadis itu sama sekali tidak terbebani dengan intimidasi dari Pangeran Arthur. Gadis di depan mereka kali ini bahkan masih berdiri tegak tanpa rasa takut.
"Anda salah besar bila berpikir bahwa status kebangsawanan itu penting untuk saya. Silahkan saja lakukan apa yang Anda inginkan. Saya tidak peduli. Di dunia ini hukum saja bisa dibeli. Apalagi harga diri seseorang. Saya hanya ingin menjalani hidup dengan tenang. Itu saja." Alice tersenyum dan kemudian dia berlalu meninggalkan Pangeran Arthur dan Alpha.
"Putri Maise pergi, Pangeran. Apakah Anda ingin saya menyusulnya?" tanya Alpha.
"Bagaimana ekspresi wajahnya?" balas Pangeran Arthur.
"Datar. Tidak terlihat emosi apapun, Pangeran. Maafkan saya. Mungkin saja saya tidak sengaja melewatkan sesuatu," jawab Alpha.
Hening melenggang. Pangeran Arthur tampak berpikir. Alpha tidak berani menegur. Akan tetapi jelas sekali tatapan gadis yang baru saja pergi itu seolah tidak memiliki emosi apapun. Alpha sudah banyak bertemu dengan orang dari berbagai status sosial. Tidak banyak dari mereka yang memperlihatkan berbagai ekspresi secara terang-terangan. Berbeda dengan gadis yang baru saja mereka temui.
"Menarik."
"Apa maksud Pangeran?" tanya Alpha bingung.
"Sudah berapa tahun aku buta, Alpha? Kamu yang selama ini menjadi pengganti kedua mataku. Aku selalu mempercayai penglihatanmu. Aku pikir tidak salahnya menerima perjodohan ini. Dia sedikit menarik." Jawaban Pangeran Arthur membuat Alpha kebingungan.
Pasalnya tidak pernah tuannya itu bersedia menerima perjodohan pernikahan yang diatur oleh Raja dan Ratu Inggris. Meski begitu Alpha nyatanya juga tak berani mengeluarkan pendapatnya.
"Ayo, kita kembali ke ruang makan," ajak Pangeran Arthur.
Alpha segera mendorong kembali kursi roda Pangeran Arthur. Mereka berdua menuju ke ruang makan di mana tempat mereka semua berkumpul sebelumnya. Di sisi lain, Alice tersudut. Ketika dirinya kembali tadi, ia sudah ditodong dengan berbagai pertanyaan.
"Kami tidak sabar menggelar acara pertunangan ini," ucap Cessie.
"Benar, Duchess. Ini semua harus kita pikirkan dengan matang. Saya ingin pernikahan Pangeran Arthur ini digelar dengan meriah." Ratu terlihat sangat antusias.
"Bagaimana, Putri Maise? Setidaknya kami juga harus mendengarkan keinginanmu dalam pesta pertunangan dan pernikahanmu dengan Pangeran Arthur nantinya. Kami juga akan mengadakan pesta itu sesuai keinginanmu kapan tepatnya kamu ingin mengadakan pesta pertunangan maupun pesta pernikahan." Raja ikut menimpali dengan ekspresi wajah yang bahagia.
"Bagaimana kalau pesta pernikahan itu digelar secepatnya, Ayah? Boleh? Anggap saja ini sebagai permintaan dari seorang anak yang tidak berguna. Setidaknya dengan aku menikah kalian tidak akan repot-repot lagi untuk mencari calon lagi bukan?" Suara Pangeran Arthur terdengar membahana. Membuat semua orang menoleh ke arah pintu utama.
"Arthur? Kamu sudah menyetujui pernikahan yang kami atur?" tanya Raja.
"Benar, Ayah. Aku merasa kami berdua bisa langsung naik pada tahap pernikahan. Setidaknya untuk menekan biaya supaya tidak membesar. Bukankah dengan langsung menikah akan menghemat biaya pesta pertunangan yang digelar? Itu tidak perlu. Aku sudah berbicara dengan Putri Maise ketika di taman tadi." Pangeran Arthur menjelaskan keinginannya dengan lantang dan tegas.
Hal itu tentu saja membuat Raja dan Ratu berbahagia. Namun di samping itu, ada Duke Theo dan Duchess Cessie yang lebih berbahagia dan lega. Tentunya karena rencana mereka telah berhasil dengan mulus. Pengganti putri mereka setidaknya berguna untuk menyelamatkan reputasi mereka yang bisa saja hancur kapanpun.
Di sisi lain Alice yang sadar telah dikorbankan itu menatap penuh amarah pada sosok Alpha. Meski tidak terlihat ekspresi apapun, tapi Alice benar-benar marah karena harga dirinya direndahkan. Alice menatap tidak suka ke arah Alpha.
"Kenapa tidak ada yang bersuara lagi? Apakah kalian tidak setuju karena aku ingin mempercepat semuanya?" Suara Pangeran Arthur membuat Raja dan Ratu menoleh. Keduanya sadar karena terlarut dalam euforia kegembiraan yang tiada terkira.
"Ehem. Duke Theo, bagaimana jika kita langsung membahas pernikahan? Putra kami sepertinya sangat menyukai Putri Maise. Mengingat ini merupakan keinginan darinya. Karena selama ini Pangeran Arthur memang tidak tertarik dengan banyak calon yang kami pilihkan. Untung saja kami mengingat ada Putri Maise yang terkenal ini. Syukurlah," papar Raja.
"Apa aku boleh minta Putri Maise menemaniku, Ayah? Ada banyak yang ingin kami bicarakan. Aku juga ingin memberi tahu semua yang ada di kerajaan ini. Supaya nantinya dia mengenal tempat ini. Bolehkah, Ayah?" Pangeran Arthur sedikit memohon. Membuat Ratu tidak tega dan ia menyentuh tangan Raja.
"Baiklah, Nak. Silahkan bersenang-senang. Putri Maise bisakah Putri mengabulkan keinginan anakku?" Pertanyaan dari Raja hanyalah sebuah perintah.
Tentunya Alice tidakn akan bisa berkutik. Gadis itu mengukir senyuman dan berdiri. Kemudian dia mengambil alih posisi Alpha yang berdiri di belakang Pangeran Arthur.
"Maaf, Tuan Alpha. Bisakah Anda minggir sebentar. Saya yang akan menggantikan posisi Anda sekarang. Pangeran Arthur yang meminta saya untuk ikut melihat kerajaan Inggris. Bisakah Anda minggir?" Kata-kata Alice membuat Alpha mau tak mau mundur.
Ia membiarkan Alice mengambil alih. Setelahnya Alice berpamitan kepada semua orang sebelum akhirnya ia membawa Pangeran Arthur menghilang dari ruangan besar itu. Dengan terburu-buru, Alpha mengikuti keduanya dari belakang.
"Malam yang indah. Apakah Anda ingin saya menikmati keindahan ini bersama Anda?" tanya Alice.
"Apakah kamu sedang berpikir bahwa aku sedang jatuh hati kepadamu?" balas Pangeran Arthur.
"Tidak. Saya cukup sadar diri siapa saya. Tapi ngomong-ngomong, apa yang ingin Anda katakan? Bisakah Anda memberitahu saya?" Alice kembali bertanya tanpa basa-basi.
Hening. Pangeran Arthur tidak segera menjawab pertanyaan Alice. Laki-laki itu tampak seperti sedang berpikir. "Kamu seperti sudah paham arah pembicaraanku. Aku bahkan hanya mengatakan hal-hal yang ambigu."
"Ya. Setidaknya saya benar untuk itu," sahut Alice.
"Aku ingin membuat kesepakatan denganmu." Pangeran Arthur mulai mengubah topik pembicaraan langsung pada intinya.
"Sepertinya kita juga harus membahas keuntungan yang akan saya dapatkan, dari kesepakatan kita, Pangeran," sarkas Alice.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Kustri
mafia jgn dilawan, bs lbh licik dr musuh
2024-04-06
0
Muse
keren nih si alice...brani dia nantangin pangeran...
2023-11-01
0
🌸💜️ναℓ_ναℓ🍒⃞⃟🦅
wah kak di tunggu up selanjut nya... berbau action LG nih
2023-03-03
1