Sebuah perhelatan akbar menyambut keluarga Duke Theo Hamilton. Tentu saja untuk ukuran orang yang serakah, ini sudah membuat mereka semua membusungkan dada dan menjadi besar kepala. Alice mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Semua desain sangat unik. Bahkan sepertinya memiliki arsitek yang sangat berkompeten.
"Selamat datang Duke Theo. Mari masuk ke dalam. Raja Charles sudah menunggu Anda." Seorang laki-laki muda menyambut kedatangan Theo.
"Ah, apakah kami datang terlambat?" tanya Theo.
"Tidak. Hanya saja Raja Charles sudah tidak sabar untuk membicarakan masalah pernikahan Pangeran Arthur. Em? Apakah ini Nona Maise yang terkenal cantik itu?" Laki-laki muda itu menunjuk Alice.
"Ya! Kemarilah! Tuan Alpha mencarimu." Theo Hamilton menarik tubuh mungil Alice untuk mendekat. Situasi itu cukup untuk membuat satu alis laki-laki muda bernama Alpha itu terangkat.
Alice membungkukkan setengah tubuhnya dengan elegan. Lalu ia memperkenalkan dirinya. "Halo, Tuan. Nama saya Maise."
Theo Hamilton dan Cessie Agatha menautkan keningnya. Tak lama kemudian keduanya saling berpandangan. Padahal jelas-jelas mereka belum pernah mengajarkan attitude kebangsawanan pada Alice. Akan tetapi Alice seperti sudah sangat mengenali kode etik bangsawan.
Alpha menganggukkan kepala. Untuk menutupi rasa terkejutnya laki-laki muda itu berjalan tegas ke depan. Alice dapat melihat bagaimana pilar-pilar emas menjulang tinggi itu terlihat sangat kontras dengan ukiran-ukiran nuansa kerajaan. Sambil berjalan mengikuti Alpha, Alice mencoba mengingat setiap sudut kerajaan Inggris tersebut.
"Silahkan Anda semua masuk. Di dalam Raja Charles sudah menunggu." Alpha menghentikan langkah kakinya tepat di sebuah pintu besar berwarna emas dan lagi-lagi menjulang tinggi.
"Anda tidak ikut masuk?" tanya Theo.
"Saya? Maaf. Saya tidak berhak berada di sana bilamana Raja Charles tidak memanggil saya. Masuklah, Dukes," jawab Alpha.
"Sudah, ayo masuk." Cessie Agatha menarik tangan suaminya sepertinya ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Raja Charles.
Sehingga mau tak mau Theo Hamilton membuka pintu besar itu dan melangkah masuk. Begitu dua orang itu masuk ke dalam ruangan besar itu, kini giliran Alice yang harus berjalan melewati Alpha. Sekilas, Alice merasa bahwa Alpha sempat mengawasinya. Tentu saja Alice segera menoleh. Namun, Alpha malah memutar tubuhnya dan berlalu begitu saja.
"Kenapa kamu tidak ikut masuk, Maise? Ayo, jangan membuat keluarga kita menerima hukuman hanya karena kesalahan kecil yang kamu buat," tegur Cessie Agatha.
Alice buru-buru ikut masuk ke dalam satu ruangan besar. Di dalam sana rupanya ada sepasang suami istri yang tersenyum ramah kepadanya. Seolah sedang menyambut kedatangannya. Hal yang tak biasa bagi Alice. Membuat gadis itu meneguk ludahnya sendiri. Sebagai seseorang yang memiliki status sosial berlawanan dengan Raja Charles, sedikit membuat Alice gugup.
"Aku pikir Duke tidak akan datang, Theo," sambut Raja Charles.
Theo terkekeh kaku. Laki-laki berusia paruh baya itu membungkuk hormat. "Bagaimana bisa Anda berpikir seperti itu, Yang Mulia Raja? Salam hormat untuk Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Ratu. Semoga kedamaian dan kemakmuran senantiasa mengiringi Kerajaan Inggris ini. Maafkan saya, Raja Charles. Sepertinya saya sudah membuat Yang Mulia menunggu."
"Ah, jangan sungkan, Theo. Kemarilah dan bawa calon menantuku. Aku ingin melihatnya dari dekat," pinta Raja Charles.
"Maise, Raja Charles ingin kamu mendekat. Tidak apa-apa jangan takut. Maaf, Yang Mulia Raja. Bila Maise sedikit takut. Karena sejak pagi dia sangat gugup ketika kami mengatakan bahwa Raja mengundang makan malam. Jadi, maaf jika sikap Maise sedikit mengecewakan, Yang Mulia," papar Theo.
Alis Raja Charles menukik tajam. Ia tersenyum untuk mencairkan suasana. "Kenapa gugup? Kamu akan menjadi menantu di sini. Kemarilah. Duduklah di samping Ratu Meidena."
Alice mengangguk. Lalu ia mendekati Ratu Meidena. Gadis itu tersenyum canggung dan duduk tepat di samping Ratu Meidena. "Selamat malam, Yang Mulia Ratu."
Ratu Meidena tersenyum. Wanita yang mendampingi penguasa daratan Inggris itu menatap Cessie Agatha. "Anak gadis ini terlalu murni, Yang Mulia Raja. Saya pikir, Maise cocok untuk Pangeran Arthur."
"Ratu, apa tidak terlalu cepat untuk mengambil keputusan?" tanya Raja Charles.
"Apakah Yang Mulia Raja ingin kembali mengulang masa lalu? Saya menyukai Maise. Kalau Yang Mulia tidak setuju, juga tidak masalah. Kalau begitu jangan mencari jodoh untuk Pangeran Arthur. Saya hanya ingin menantu yang polos dan murni. Gadis yang masuk ke dalam kehidupan Pangeran Arthur haruslah gadis lemah lembut tanpa tujuan apapun." Ratu Meidena menatap tajam sang suami. Laki-laki yang sedang menarik napas dalam-dalam itu sepertinya mulai setuju dengan keinginan sang istri.
"Duke, sepertinya malam ini bukan tentang makan malam biasa. Tapi juga membahas perihal pertunangan Pangeran Arthur dan Putri Meise. Setelah makan malam, bagaimana kalau kita langsung berbicara mengenai hal itu?" ucap Raja Charles.
Tentu saja Duke Theo sangat menantikan hal ini. Namun, ia tidak menyangka apabila akan mendapatkan kesempatan ini dengan mudah. Ekspresi wajah Duke Theo sama sekali tak dapat disembunyikan. Begitu pula dengan Duchess Cessie yang sama halnya sang suami sangat senang dengan keputusan Raja dan Ratu Inggris itu.
"Oh! Ini sungguh berita baik bagi keluarga rendahan seperti kami, Yang Mulia Raja. Tapi, sungguh Yang Mulia Raja ingin menjadikan Meisi anggota kerajaan? Ah, maaf. Bukan saya tidak menghargai keputusan ini. Hanya saja ini seperti mimpi," sahut Theo.
"Ratu sudah mengatakannya sendiri. Mari, kita selesaikan makan malam ini. Setelah selesai kita akan membahas hal-hal yang harus kita siapkan. Duduklah. Apa kalian ingin berdiri terus?"
Setelah kata-kata Raja Charles selesai, Cessie Agatha dan Theo Hamilton mulai duduk. Keduanya tersenyum seraya melirik ke arah Alice yang menatap sinis ke arah keduanya. Sontak saja, mata Theo melotot membalas tatapan Alice. Gadis itupun segera memalingkan wajah begitu Theo menatapnya tajam.
Makan malam pun terlaksana dalam diam. Tidak ada yang berani berbicara saat makan malam itu berlangsung. Entah sudah berapa lama waktu berlalu. Akhirnya mereka semua telah selesai makan malam. Alice merasa tidak nyaman ketika berada di sana. Karena Theo berulang kali meliriknya dengan tajam. Seolah itu merupakan sebuah peringatan untuknya.
"Maaf menyela, Yang Mulia Raja. Apakah saya boleh ke kamar mandi?" Alice berdiri. Ia memilih menatap Raja Charles saat menyadari Theo meliriknya tajam.
"Boleh. Di depan biasanya ada pengawal. Putri bisa meminta salah satu untuk mengantar ke kamar mandi," kata Raja Charles.
"Baik. Terima kasih." Alice membungkuk setengah badan dan berlalu dari sana. Meninggalkan Cessie dan Theo di sana.
Namun ketika sampai di luar ruangan megah itu, Alice justru meminta untuk diantar menuju ke taman. Alice cukup muak dengan suasana yang berada di sana. Theo terlalu memonopoli. Sedangkan karakter Alice, ia merupakan seorang yang tidak bisa diatur karena sebelum ini Alice seorang ketua mafia.
"Hah. Lebih enak di sini. Pikiran jauh lebih tenang." Alice duduk di bangku kayu yang panjang. Matanya menatap gelapnya malam dengan sendu.
"Alpha, apakah dia ada di depan sana?"
Sebuah suara bariton cukup mengejutkan Alice. Gadis yang tengah memejamkan kedua matanya itu menoleh ke kanan. Terlihat di sana Alpha yang menemuinya di depan tadi sedang membawa seorang laki-laki muda di kursi roda. Alice mengerutkan keningnya. Lantaran di tengah gelapnya malam, laki-laki itu malah mengenakan kacamata hitam.
"Benar, Pangeran. Putri Meise tepat berada di depan Anda. Putri sedang duduk di bangku taman," jawab Alpha.
"Apakah dia sedang menatapku dengan bingung?" tanyanya kembali.
"Benar, Pangeran Arthur."
"Bawa aku lebih mendekat," pinta Pangeran Arthur.
Alpha tak membalas kata-kata Pangeran Arthur. Akan tetapi Alpha langsung membawa Pangeran Arthur untuk lebih mendekat ke tempat Alice. "Selamat malam, Putri Meise. Perkenalkan ini Pangeran Arthur."
"Kenapa tak menjawab? Apa kamu sedang berpikir betapa menyesalnya dirimu bahwa calon suamimu ini tidak hanya buta. Tapi juga lumpuh. Begitu?" Suara bariton itu lagi-lagi menyudutkan Alice.
"Maaf, tapi saya sedang tidak berpikir apa-apa," sahut Alice.
"Bohong!"
Teriakan itu membuat Alice tersentak kaget. Bukankah mereka baru bertemu? Mengapa laki-laki tak dikenalnya itu malah membentaknya? "Apa maksud laki-laki ini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Kustri
alpa mencurigakan
2024-04-06
0
Muse
baru ketemu aja udah misskom
2023-11-01
0
💜⃞⃟𝓛 ️🌸ναℓ_ναℓ🍒⃞⃟🦅
wow ternyata artur mengalami musibah...gmn cerita nya thor
2023-03-03
0