Michelle Azzura, 22 tahun. Dia tinggal bersama neneknya di sebuah kontrakan sempit, lulusan SMA, pekerja serabutan yang saat ini sedang membutuhkan biaya sebanyak 30 juta untuk biaya operasi neneknya yang sedang terbaring sakit karena penyakit kanker dan beberapa hari yang lalu ia baru saja dipecat dari tempat kerjanya karena sering terlambat.
"Dan mengenai ponsel sepertinya dia berkata jujur, jika dia tidak tahu tentang ponselmu," ungkap Ella membacakan data milik Michelle.
"Lalu, kenapa dia pingsan?" tanya Arsyad.
"Dia kelaparan, mangkanya dia pingsan."
"Menyusahkan," dengus Arsyad yang kembali duduk di kursi dekat jendela kamar sembari menatap datar Michelle yang masih belum sadarkan diri.
"Jadikan dia calon istriku," cetus Arsyad.
Ella dan Kanza menatap satu sama lain.
"Kamu yakin? Tapi dia cuman tamatan SMA," ujar Ella meyakinkan Arsyad.
"Aku yakin, saat ini dia sedang membutuhkan biayakan kita gunakan hal itu untuk membujuknya … lagipula aku tidak percaya kalau dia tidak mengambil ponselku, sudah jelas hanya ada dia saja di tempat kejadian dan aku yakin dia pasti dibayar oleh seseorang untuk melakukan hal itu," kata Arsyad masih yakin jika Michelle lah orang yang telah menyebarkan foto-foto pribadinya.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanya Ella.
"Pergilah ke rumah sakit tempat neneknya di rawat, setelah itu tunggu perintah dariku apa yang mesti kalian lakukan berikutnya," ujar Arsyad memberi arahan.
"Baiklah, kami pergi dulu," pamit Ella dan Kanza.
Selepas kedua asistennya pergi, Arsyad menatap jam tangan yang melingkar di tangannya. Sudah setengah jam berlalu, tapi Michelle masih belum sadarkan diri juga. Dia jadi curiga kalau gadis itu bukan pingsan melainkan mati karena kelaparan.
Arsyad mencoba untuk bersabar beberapa saat, karena kesabarannya hanya setipis keripik kentang yang tertekan sedikit langsung patah, Arsyad yang baru menunggu dua detik langsung memanggil salah seorang pelayannya yang bernama Lala dan memintanya untuk membawa banyak makanan ke kamar tersebut.
Tak perlu waktu lama untuk menunggu, pelayan yang bernama Lala itu kini datang dengan troli berisi banyak makanan.
Arsyad meminta pada Lala untuk membuka sop buntut yang masih terlihat masih mengepul dan mengeluarkan aroma harum dari kaldu sapi segar, kemudian Arsyad menyuruh pelayan tersebut untuk mendekatkan mangkuk itu ke hidung Michelle.
Dan benar saja, saat Lala mendekatkan mangkuk berisi sup itu ke dekat hidung Michelle. Gadis itu terlihat menggerakan hidungnya, mencari sumber dari bau harum yang begitu lezat.
"Hemm, harum sekali," ucap Michelle masih dengan kedua mata yang tertutup.
Lala menoleh pada Arsyad, setelah melihat majikannya menganggukan kepala. Lala langsung membunyikan bell yang membuat Michelle tersadar dan terkejut.
Gadis itu terlihat seperti orang linglung, ia menyebarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang memiliki cat bernuansa ungu gelap namun terlihat nyaman dan luas.
Michelle menyipitkan kedua matanya dan menatap Lala secara seksama. "Kamu siapa?"
Lala mengerjap-ngerjapkan kedua matanya sembari mencondongkan tubuhnya ke belakang sebab Michelle terus mendekatinya dan menatapnya aneh.
"Ekhem," dehem Arsyad membuat gadis itu spontan menoleh dan kembali terkejut.
"Kamu lagi," pekik Michelle.
Arsyad mengibaskan tangannya, meminta Lala untuk pergi dari kamar tersebut dan mengunci mereka dari luar.
"Eh, tunggu." Michelle loncat dari atas ranjang dan menggedor pintu kamar tersebut, sementara Arsyad sedang berjalan dan mendekati Michelle.
Michelle membalikan tubuhnya ke arah Arsyad, wajahnya terlihat begitu ketakutan saat melihat Arsyad yang semakin mendekat.
"A-apa yang akan kau lakukan, a-aku aku benar-benar tidak tahu tentang ponsel itu," ucap Michelle terbata.
Arsyad yang kini sudah berada di depan Michelle dengan jarak yang cukup dekat, memindai penampilan gadis itu dari atas sampai bawah dengan ekspresi wajah yang datar seperti jalan tol.
Michelle menelan ludahnya kasar, pikirannya kini sudah menjalar kemana-mana. Ia berpikir jika pria yang ada di depannya akan melakukan hal tidak terhormat padanya, kemudian ia akan dibunuh dan dicincang menjadi potongan kecil.
Keringat dingin mulai membasahi kening Michelle, ia tidak tahu mimpi apa dirinya kemarin malam sampai-sampai Michelle harus berurusan dengan pria menakutkan seperti Arsyad.
Melihat Michelle yang sudah pucat, Arsyad memutar tubuhnya dan duduk di tepi ranjang. Sedangkan Michelle masih diam mematung ketakutan di daun pintu.
"Duduk," titah Arsyad dengan suara deep voicenya yang candu.
Michelle diam tak bergeming.
"Kau tuli? Aku bilang duduk ya duduk!" sentak Arsyad membuat Michelle terperanjat dan buru-buru duduk disampingnya.
"Buka itu," dengus Arsyad tanpa menoleh ataupun menunjuk.
Arsyad memejamkan kedua matanya sesaat sambil menarik napasnya dalam, saat gadis itu seolah sedang menguji kesabarannya.
"Astaga, aku tidak mengerti kau ini tuli atau tidak mengerti bahasa manusia … aku bilang buka, kenapa kau masih saja di—." Arsyad menghentikan ucapannya dan membulatkan kedua matanya saat melihat Michelle.
"Tuan, bisakah anda berhenti berteriak! Aku sudah membuka bajuku sejak tadi kenapa kau masih saja berteriak," sahut Michelle yang kini telah membuka baju kaosnya.
"Astaga." Arsyad mengetatkan giginya, ia terlihat begitu kelimpungan dan berusaha untuk memalingkan wajah dari Michelle yang sedang telanjang dada.
"B-bukan itu maksudku, cepat pakai lagi bajumu," titah Arsyad memalingkan wajahnya.
Michelle mengenakan kembali bajunya sambil cemberut. "Terus kau memintaku membuka apa?"
"Kau tidak lihat troli itu, aku memintamu membukanya bukan bajumu dasar bodoh," cibir Arsyad.
"Oh, ya mangkanya kalau ngomong itu yang jelas dong," ketus Michelle menutupi rasa malunya, efek terlalu banyak menonton film penculikan yang berujung asmara kepalanya jadi konslet seperti itu. Ia menarik troli di depannya dan membuka tudung saji yang terbuat dari bahan aluminium tersebut perlahan.
Manik mata wanita itu langsung berbinar saat melihat banyak hidangan berbau lezat tampak begitu nyata di depannya. Michelle terlihat tidak sabar untuk mencicipinya, sampai ia bingung harus mulai makan dari mana. Setelah gadis itu memutuskan untuk mencoba sop buntut yang terlihat segar itu, Michelle kembali menarik tangannya dan menoleh pada pria yang kini sedang menatapnya sambil menyangga dagunya dengan telapak tangan.
"Kau tidak meracuniku kan?" tuduh Michelle.
Arsyad hanya memutar bola matanya malas.
"Ini bukan makanan yang akan aku makan untuk terakhir kalinya kan? Kau tidak sedang ingin membunuhku kan?" tuduh Michelle lagi merasa curiga karena pria sombong itu mendadak baik padanya.
Arsyad tak menggubris ocehan Michelle. Ia menepuk tangannya, kemudian Lala kembali masuk dan mencicipi satu persatu hidangan yang ada di atas troli tersebut untuk membuktikan jika makanan itu aman.
Michelle kini percaya dan langsung menyantap semua makanan itu dengan rakus, sebab ini adalah pertama kalinya dalam hidup Michelle bisa menikmati makanan selezat ini.
Arsyad menggerakan kepalanya pada Lala, wanita dengan postur tubuh sedikit gemuk itu menganggukan kepalanya dan kembali keluar dari kamar.
"Sepertinya aku tidak perlu basa-basi lagi padamu, karena aku orangnya tidak suka dengan basa basi, jadi … menikahlah denganku besok," cetus Arsyad membuat Michelle yang sedang makan pun langsung tersedak.
.
.
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Yusria Mumba
kasianng mizel
2023-03-18
1