Wiiiiuuuwwwwww.
Suara sirine ambulance mengisi keheningan jalanan di malam hari. Wanita yang masih mengenakan jas hujan hijau itu tampak begitu khawatir dengan keadaan si pria yang saat ini sedang terbaring tidak sadarkan diri di depannya.
"Pak buruan kenapa sih bawa mobilnya," protesnya pada supir ambulan.
"Iya mbak, ini juga saya udah cepet," jawab supir tersebut yang kembali menaikan kecepatan mobilnya.
Usai menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, ambulans pun sampai di depan rumah sakit. Para tim medis buru-buru mengevakuasi Arsyad dan membawanya ke ruangan UGD.
"Duh, gimana nih. Semoga aja dia nggak kenapa-kenapa," gumamnya yang terus mondar mandir tak karuan di depan ruang UGD menanti dokter keluar dan mengatakan jika pria yang tak dikenalnya itu akan baik-baik saja.
.
.
.
.
Keesokan paginya.
Arsyad yang mulai sadar setelah satu malam dalam keadaan pingsan, membuka matanya perlahan. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang didominasi dengan cat serba putih serta bau obat yang begitu menyengat indra penciumannya.
"Ah, dimana aku?" ringis Arsyad memegangi kepalanya yang masih terasa sakit. Ia mencoba untuk bangun dan dilihatnya seorang gadis yang sedang tertidur di samping ranjangnya.
Dia mengerutkan dahinya dan melihat siapa wanita yang sedang tertidur tersebut.
Arsyad menusuk-nusukan telunjuknya pada pundak sang gadis agar wanita itu terbangun dan memberitahu dirinya sedang ada dimana.
"Hei, bangun," ucap Arsyad tegas.
Wanita yang sedang tertidur itu mengerjapkan kedua matanya kemudian menggeliat, merentangkan kedua tangan serta menguap di depan Arsyad yang kini tengah menatapnya tanpa ekspresi.
Mendapati dirinya yang sedang ditatap pria, ia langsung menutup mulutnya serta menurunkan kedua tangannya yang tadi sedang melakukan peregangan.
Gadis itu terkekeh untuk menutupi rasa malunya di depan Arsyad.
"Pak, anda sudah sadar? Syukurlah, tunggu sebentar aku panggilkan dulu dokter," ucapnya buru-buru pergi.
"Tunggu!"
Wanita dengan rambut dikuncir itu menghentikan langkah kakinya yang sudah berada diambang pintu.
"Ya ampun, jangan bilang kalau dia mau marah. Aku harus segera kabur dari sini," rengeknya dalam hati.
"Hehe, ya pak?" jawabnya seraya membalikkan tubuh ke arah Arsyad.
"Dimana aku?" tanya Arsyad bingung.
Gadis itu menghampiri Arsyad lagi dan mengatakan jika dirinya sedang ada di rumah sakit.
"Rumah sakit?" Arsyad diam sejenak, untuk mengingat apa yang terjadi pada dirinya. Setelah mengingat jika semalam dirinya hampir menabrak seseorang, Arsyad langsung mengeraskan rahangnya. Ia menatap tajam pada gadis tersebut yang kini terlihat gugup karena merasa bersalah.
"Kau yang semalam menyebrang sembarangankan," dengus Arsyad marah.
Wanita itu langsung memegang tangan Arsyad dan meminta maaf.
"Pak, maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja, aku hanya ingin menyelamatkan kucing dan—,"
"Pergi dari sini." Arsyad menepis tangannya lalu mengusir gadis yang sudah membuatnya celaka hanya karena seekor kucing.
"Pak."
"Aku bilang pergi ya pergi, kamu tuli!" sentak Arsyad membuat wanita itu tertegun dan diam mematung.
Arsyad menghela napasnya, tingkat kesabaran Arsyad yang setipis selembar tisu itu mulai meledak. Ia kembali berteriak dan mengusir gadis tersebut sampai sang manajer datang untuk menenangkannya.
"Usir dia dari sini," titah Arsyad mengetatkan giginya.
Ella menatap Kanza, dan menggerakan kepalanya seraya menyuruh Kanza untuk membawa gadis itu pergi dari ruangan rawat Arsyad.
"Mbak." Kanza mempersilahkan agar wanita itu segera keluar tapi gadis tersebut masih saja menatap Arsyad sebal.
"Dasar tidak tahu diri, sudah ditolong bukannya terima kasih malah mengusir. Aku doakan kamu suatu hari kau akan memohon meminta pertolongan padaku, dan aku tidak akan sudi menolong mu walau kau sampai menangis darah," umpatnya dalam hati.
"Mbak," panggil Kanza lagi membangunkannya dari lamunan.
"Apa!" dengusnya kemudian ia pergi dari ruangan tersebut dengan perasaan kesal.
Kanza tertegun dan menatap aneh pada gadis berambut coklat itu yang kini sudah menjauh darinya.
"Arsyad, aku kan sudah bilang untuk pulang bersama Kanza kenapa kau tak mendengar beginikan jadinya," omel Ella memarahi sang model.
"Diamlah, jika kau kemari hanya untuk mengomel sebaiknya kau pergi," usir Arsyad pada Ella.
Ella menarik napasnya dalam, kemudian ia terdiam menatap Arsyad yang selalu saja bersikap keras kepala jika diberi tahu.
"Dimana ponselku?" tanya Arsyad.
"Ponselmu terbakar bersama mobilmu," jawab Ella santai.
"Apa!" sentak Arsyad menaikan sebelah alisnya.
"Ya, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kau bisa mengalami kecelakaan separah itu?"
Arsyad kembali mengeraskan rahangnya, ia mengepalkan kedua tangannya erat dan mengingat wajah gadis tadi dengan kebencian. Sebab selain hampir menghilangkan nyawanya, gadis itu juga sudah mengakibatkan kerugian material yang begitu banyak baginya.
Ting …
Ting …
Ting …
Kriing ….
Suara notif pesan masuk yang kemudian dilanjutkan dengan suara panggilan telepon yang masuk ke ponsel Ella.
Wanita itu menatap Arsyad sesaat, kemudian mengangkat panggilan telepon tersebut. Wajah wanita itu seketika terlihat begitu serius, lalu ia mematikan panggilan teleponnya.
Ella kembali duduk dan mengecek notif yang masuk ke ponselnya, matanya langsung membulat dengan sempurna saat melihat banyak artikel yang menuliskan jika Arsyad kepergok sedang berkencan bersama seorang pria di salah satu villa yang ada di puncak Bogor.
Tak hanya judul, media berita itu juga turut menampilkan beberapa foto Arsyad saat sedang memeluk dan berciuman mesra di sebuah kolam renang bersama pria yang digadang-gadang adalah seorang pengusaha batu bara.
"Kanza cepat tutup pintunya, panggil bodyguard agar menjaga pintu ruangan rawat ini," titah Ella panik.
Tanpa bertanya, pria dengan postur tubuh tinggi kurus itu langsung melaksanakan perintah Ella dan memanggil kedua bodyguard yang selalu mengikuti Arsyad kemanapun dia pergi.
"Ada apa?" tanya Arsyad datar.
"Fotomu saat di villa bocor, besar kemungkinan para wartawan akan segera mengejarmu kemari," tutur Ella panik.
Arsyad mengerutkan dahinya "Bocor? Kenapa bisa?"
Ella tampak berpikir lalu, menjentikkan jarinya. "Ponselmu," cetusnya menatap Arsyad serius.
"Ponselku? Bukankah kau bilang ponselku terbakar bersama mobilku?"
"Aku hanya menebak, sebab mobilmu hancur tak bersisa, pasti ada seseorang yang mengambilnya dan sengaja ingin menghancurkan karirmu dengan menyebarkan foto itu," sangka Ella.
Arsyad kembali berpikir, dan bertanya pada dirinya sendiri siapa orang yang telah mengambil ponsel dan menyebarkan foto-foto pribadinya ke media.
"Gadis itu," gumam Arsyad.
"Siapa?" tanya Ella penasaran.
"Cari gadis yang tadi ada disini, aku yakin pasti dia yang melakukannya," seru Arsyad penuh keyakinan.
Ella cepat-cepat keluar dan mencari wanita yang tadi di usir oleh Arsyad, namun sangat di sayang sekali wanita tadi telah menghilang dan Ella yang kini dikerubungi oleh banyak wartawan tak bisa mencarinya lagi.
"Mbak, apa tanggapan mba mengenai berita tentang Arsyad?"
"Mbak apa benar, mas Arsyad memiliki hubungan khusus dengan pengusaha itu?"
"Mbak bagaimana dengan kondisi mas Arsyad pasca kecelakaan tadi malam, saya dengar mas Arsyad kecelakaan karena bertengkar dengan kekasihnya yang sejenis."
"Mbak."
"Mbak."
Serentetan pertanyaan terus dilontarkan pada Ella, wanita yang hampir berkepala empat itu terlihat begitu bingung. Apa yang mesti dia katakan pada para pengejar berita tersebut, meskipun saat ini bisa menyangkal jika berita itu hoax tapi mereka sudah memiliki bukti yang sudah dianalisa oleh ahli pakar telematika.
Ella memutar otaknya hingga sebuah ide pun muncul begitu saja di kepalanya. "Begini teman-teman, sebenarnya berita itu hoax. Arsyad adalah orang yang normal, dia menyukai wanita dan mengenai foto yang tersebar itu juga asli adanya dan itu adalah salah satu projek yang sedang Arsyad garap untuk salah satu film yang akan diperankan oleh Arsyad," jelas Ella.
"Benarkah? Apakah saat ini Arsyad memiliki kekasih?" tanya wartawan lagi.
"Ada, Arsyad punya kekasih dan mereka akan melangsungkan pernikahan pekan depan," celetuk Ella menjawab pertanyaan wartawan tersebut.
"Siapa itu, mbak?"
"Identitasnya masih dirahasiakan, kalian tunggu saja … baik cukup untuk hari ini terimakasih ya teman-teman dan doakan yang terbaik untuk Arsyad." Ella pamit undur pada pemburu berita tersebut lalu bergegas kembali ke ruangan rawat Arsyad.
.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Fitriyani
y Allah thor,,kanza tu cowok toh 🤦
dr awal aku baca,supirnya nm nya kanza ku kira cewek..🤣🤣🤦
2023-09-21
1