Arsyad mematikan televisi yang ada di ruang rawatnya. Dia diam menunggu sang manajer untuk menjelaskan kenapa Ella mengatakan pada wartawan jika dirinya akan segera menikah pekan depan.
Ella menelan ludahnya kasar dan berusaha untuk menjelaskan jika dirinya benar-benar kebingungan, jika dia tidak mengatakan Arsyad akan segera menikah. Awak media akan terus mengejarnya dan terus mengangkat berita tentang Arsyad yang memiliki ketertarikan pada sesama jenis.
"Lalu, apa kau pikir dengan kau mengatakan aku akan menikah ... paparazi itu tidak akan mengejar kita lagi?" cibir Arsyad pada Ella. "Justru mereka akan semakin mengejar dan menanyakan kebenaran ini," lanjut Arsyad kesal.
Ella menggit kuku jempolnya dan berpikir. "Begini saja, bagaimana kita mencari seorang wanita yang mau berpura-pura menjadi istrimu ya anggap saja sebagai istri penutup aib begitu," usul Ella.
"Maksudnya?" Arsyad menautkan kedua alisnya tak mengerti.
"Semacam pernikahan kontrak, kita bayar wanita itu dan kau menikah dengannya dalam jangka waktu satu tahun setelah berita tentang mu menghilang kau bisa menceraikannya dan mengangkat karirmu lebih tinggi lagi dengan berita perceraian itu," usul Ella lagi.
"Kau gila, dimana aku harus mencari wanita yang mau di ajak menikah seperti itu, aku tidak mau," tolak Arsyad yang merasa ide Ella itu tak masuk akal.
"Ayolah sayang, demi karir dan nama baikmu kau tidak mau kan jika karirmu hancur karena rumor ini," bujuk Ella.
"Ella, tapi dimana kita harus mencari wanita seperti itu?"
"Tenanglah Arsyad, kau hanya perlu bekerja seperti biasa saja. Soal calon istrimu biar aku yang tangani."
"Baiklah, tapi aku tidak mau wanita sembarangan. Meskipun, dia hanya istri sementara yang akan menutupi aibku, aku tetap ingin wanita yang jelas dengan asal usulnya."
"Beres," pungkas Ella mengakhiri percakapan antara dirinya dan Arsyad. Kini ia menyibukkan diri dengan mengurus administrasi atas perawatan Arsyad di rumah sakit tersebut.
.
.
.
.
Dua hari kemudian.
Di depan rumah Arsyad yang bak istana, terlihat sebuah antrian panjang yang dominan diisi oleh para wanita. Berbekal selembar kertas undangan yang dibagikan secara rahasia, wanita-wanita itu terlihat antusias menunggu giliran dan menunjukan bakat terpendam mereka di depan sang pria tampan yang menyerupai pangeran berkuda putih.
Di dalam antrian itu tak hanya gadis belia saja yang sedang mengantri, tapi berbagai macam usia turut berpartisipasi. Dari usia 17 tahun sampai usia lanjut turut hadir dan berpenampilan tak mau kalah dari para anak muda dan bisa dibilang lebih nyentrik agar menjadi pusat perhatian.
"Kajol," seru Kanza memanggil salah seorang peserta yang sedang mengantri.
"Saya," sahut seorang wanita cantik berpenampilan ala India.
Kanza memindai wanita itu dari atas sampai bawah, kemudian menyuruhnya untuk masuk.
"Hai, ni hao," sapa Ella ramah.
"Ekhem, Ella ni hao bukannya bahasa China," bisik Arsyad.
"Eh, iya dia dari India ya … Namaste, Namaste," kekeh Ella kembali menyapa peserta.
"Namaste," sapa peserta dengan senyum cerianya.
"Namanya siapa?" tanya Ella.
"Nama pendek saya Kajol."
"Oh, kalau nama panjang?"
"Kajolok bambu," kekeh peserta tersebut.
"Mohon maaf, itu kecolok neng," timpal Ella tertawa dengan candaan peserta yang memakai baju adat India tersebut.
Peserta itu ikut terkekeh dan mengangguk-anggukan kepalanya.
"Kamu bisa masak?" tanya Ella.
"Enggak."
"Bisa nyuci?"
"Enggak juga."
"Bisa mengurus rumah dan hal sebagainya?"
"Enggak, saya enggak bisa mengurus semua pekerjaan yang biasa dikerjain sama pembantu," jawab Kajol.
"Kenapa?"
"Ya nggak apa-apa, cita-cita saya kan menikah sama Shahrukh Khan. Mba tahukan Shahrukh Khan itu siapa dan seberapa kayanya dia, jadi saya nggak perlu ngelakuin hal kayak gitu kan nanti saya punya pembantu, jadi ngapain ngerjain kerjaan rumah ... nggak level," celoteh Kajol dengan nada sombong.
Ella menganggukkan kepalanya.
"Next," teriak Arsyad meminta peserta selanjutnya.
"Loh saya ditolak?" protes Kajol.
"Iya maaf ya Kajol, kamu belum bisa diterima buat jadi istrinya pak Arsyad," ucap Ella.
Kajol menghentakan kakinya. "Heuh, dasar borokokok siah. Urang teh hanas dandan ciga kie eh malah di tolak, boga rupa pas-pasan ge meni loba pulah pilih kasepan keneh Shahrukh Khan jeng maneh ge ah, emak kumaha atuh ieu teh gagal deui wae kawin jeung nu beunghar teh," gerutu Kajol sembari menangis.
"Dia bilang apa?" tanya Arsyad tak mengerti.
Ella hanya tersenyum dan mengatakan pada Arsyad jika wanita itu sedang memuji ketampanannya.
Hidung Arsyad sedikit merekah, ia berdehem untuk menutupi rasa ge'ernya dan kembali duduk dengan wajah yang datar seperti semula.
"Hai," seru seorang peserta kedua yang mengenakan pakaian khas penari timur tengah.
"Halo," sapa Ela. "Namanya siapa?"
"Dewi."
"Dewi, bawa apa?" tanya Ella penasaran pada keranjang yang dibawa oleh wanita tersebut.
Wanita itu tersenyum dan mengeluarkan sesuatu dari keranjangnya yang membuat Arsyad dan Ella langsung meloncat ke pangkuan bodyguard yang sejak tadi berada disisi mereka, karena melihat ular cobra berukuran besar yang dikeluarkan oleh peserta bernama Dewi itu.
"Astaga cepat masukan kembali ular itu," titah Arsyad ketakutan.
"Tapi Tuan saya akan menari dengan ular ini," ucap Dewi.
"Tidak, tidak perlu kau didiskualifikasi."
"Apa? Dasar menyebalkan." Dewi yang tak terima langsung didiskualifikasi sebelum menunjukkan bakatnya pun mengeluarkan anak-anak ular yang ada dalam keranjang, kemudian ia pergi begitu saja meninggalkan binatang menakutkan itu di rumah Arsyad.
Satu rumah pun menjadi heboh karena anak-anak ular yang berkeliaran kemana-mana, para penghuni rumah pun meloncat kesana dan kemari sampai akhirnya pemadam kebakaran datang dan perlu waktu satu jam bagi mereka untuk bisa mengevakuasi hewan melata itu yang telah menyebar ke seluruh ruangan.
Urusan dengan hewan menggelikan telah usai, Ella kembali meneruskan audisi pencarian calon istri untuk Arsyad. Dan dari dari sekian banyak wanita yang mengantri tak ada satupun yang membuat Arsyad tertarik.
"Kanza, berapa orang lagi?" tanya Ella pada Kanza yang bertugas di depan.
"Dua, mbak."
Ella menoleh pada Arsyad, yang kemudian pria itu mengangguk untuk meneruskan audisi tersebut yang menyisakan dua peserta.
Ella dan Arsyad masih menunggu, dan di detik berikutnya mereka terlihat begitu kaget saat melihat peserta yang memiliki usia sekitar 70 tahun.
Arsyad menatap tajam Ella.
Ella memalingkan wajahnya dan mewawancarai nenek tersebut yang ikut mengantri selama beberapa jam.
"Nenek, namanya siapa?"
"Hah!" teriak sang nenek dengan suaranya yang cempreng membuat telinga Arsyad terasa sakit.
"Nenek namanya siapa?" Ella mengulangi pertanyaannya lagi.
"Apa! Sendal? Kenapa emang sama sendal gua!" jawab sang nenek.
Arsyad menepuk jidatnya.
"Nama nek, N A M A." ella memperjelas ucapannya lagi.
"Nyolong? Gua kagak nyolong, ini bakal di kasih ama anak gua kemarin," jawabnya lagi tidak nyambung.
Arsyad menghembuskan napasnya, dan menggelengkan kepalanya meminta Ella untuk mengakhiri mewawancarai nenek tersebut.
Ella memanggil Kanza untuk membawa nenek tersebut dan butuh perjuangan bagi Kanza untuk membawa nenek itu keluar dari rumah, sebab nenek itu tetap bersikeras ingin menjelaskan jika dirinya memang tidak mencuri sendal yang dipakainya.
"Kanza, biar aku yang bicara padanya," sahut Arsyad menghampiri nenek tersebut.
"Eh buset, cakep amat ya ini bocah … eh ganteng lu mau kagak jadi laki gue yang ke empat, mao ya," celoteh sang nenek membuat Kanza dan Ella terkejut.
"Nenek, sebaiknya nenek pulang tadi cucunya nyariin," ucap Arsyad.
"Siapa, cucu gua nyariin. Etdah gua lupa kalau tadi gua disuruh beli susu bakal cucu gua, kalau gitu gua balik dulu yak ganteng … entar kabarin kalau lu mau jadi laki gue ya," ujar sang nenek yang kemudian pergi dan tak berselang lama nenek itu kembali menghampiri Arsyad sambil tersenyum.
"Apalagi nek?"
"Ini gua lupa, gua kagak bawa duit buat beli susu cucu gua … bisa kagak ya gua minta seratus rebu aja, gue males buat balik ke rumah jauh," ujarnya cengengesan.
Arsyad kembali menghela napasnya dan meminta uang pada Ella.
"Ini, lima ratus ribu cukup kan?"
"Ya allah, baik bener lu ngasih gua duit segini banyaknya, makasih yak gua doain lu makin ganteng, makin kaya, sehat dan dapet bini yang bae dan sholehah," cerocos nenek bicara tanpa henti.
"Iya, aamiin udah ya nek sekarang nenek pulang kasian udah di tunggu cucunya."
Sang nenek yang sudah mendapatkan uangpun akhirnya pergi, membuat Arsyad dan Ella bisa bernapas dengan lega.
Kini giliran peserta terakhir. Seorang wanita cantik, berambut panjang dan lurus. Kulit mulus, hidung mancung, mata agak sipit, bibir sexy dan body montok, tinggi semampai pokoknya spek bidadari yang terjungkal dari langit.
"Syad, ini udah cocok ferpect," bisik Ella yang terpana pada sosok peserta wanita terakhir itu. Apalagi saat melihat senyumnya, Ella saja yang merupakan wanita merasa meleleh saat melihatnya.
"Hai namanya siapa?" sapa Ella seramah mungkin.
"Luna," jawabnya dengan suaranya yang serak-serak banjir dan agak sengau.
"Oh Luna."
"Iya, mbak."
"Luna bisa apa aja?"
"Banyak mbak. Saya bisa nyapu, ngepel, masak, nyuci, nyetrika, ngurus anak dan suami, ngangkat galon, barbel, semen juga bisa … ngangkat masnya juga saya kuat kok," ungkapnya terkekeh.
"Waw hebat ya, Luna," puji Ella sembari mengerutkan dahinya agak aneh.
"Syad, gimana?" tanya Ella pada bosnya.
"Terserah deh, aku capek," jawab Arsyad yang sudah terlihat begitu lelah setelah seharian membuang-buang waktu dengan menanyai para perempuan aneh yang datang ke rumahnya.
Ella pun mengangguk dan tersenyum pada peserta yang bernama Luna tersebut. "Selamat ya Luna, kamu di terima jadi calon istrinya pak Arsyad."
Wanita itu terbelalak tak percaya dan hampir menangis. "Mbak ini beneran saya diterima jadi calon istrinya pak Arsyad?" tanya Luna meyakinkan.
"Iya benar Luna, sekali lagi selamat ya."
"Omaigat, Yes," celotehnya yang membuat Arsyad dan Ella tiba-tiba terkejut saat mendengar suara Luna yang menyerupai suara pria.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Tati Suwarsih
hhahahahaha..ngakak habis,mereka lucu!
2023-10-13
1