Happy reading......
Selesai dari kampus, Naura pergi ke kontrakan. Di sana juga sudah ada bi Inem yang sedang menata barang-barang. Wanita paruh baya itu memang sudah ditelepon oleh Naura tentang alamat kontrakan mereka yang baru.
''Bi, gimana? Bibi suka nggak dengan kontrakannya?'' tanya Naura saat bi Inem sedang memasak untuk makan malam.
''Suka dong Non, setidaknya kita tidak kehujanan bukan?'' jawab bi Inem sambil mengusap rambut Naura.
''Bi, tapi aku tidak bisa menggaji Bibi. Kalau Bibi mau pergi tidak apa-apa,'' ujar Naura dengan tatapan yang sendu.
''Bibi tidak mungkin pergi dari sini. Lagi pula, Bibi tidak mempunyai siapapun, selain Non. Non harus berjuang untuk hidup, sebab dunia ini kejam,'' jawab bi Inem.
Bi Inem memang tidak mempunyai siapapun. Anak, dia tidak punya, suami pun sudah meninggal. Jadi tidak ada alasan dia untuk meninggalkan Naura. Wanita itu juga berencana akan membuka usaha di depan kontrakan, yaitu berjualan nasi uduk.
Bagi bi Inem, mau digaji atau tidak, yang penting wanita itu bersama dengan Naura sudah lebih dari cukup. Karena melihat gadis itu tersenyum, adalah kebahagiaan baginya.
.
.
Saat ini Naura sedang berada di ruangan Dokter, untuk menanyakan tentang keadaan sang nenek. Sudah tiga hari nenek Naura dirawat di rumah sakit, dan tidak ada perkembangan apapun, bahkan biaya rumah sakit malah semakin besar.
''Dok, bagaimana? Apa tidak ada perubahan tentang nenek saya? Apa beliau akan terus seperti itu?'' tanya Naura kepada Dokter.
''Saat ini belum ada perubahan apapun, Nona. Beliau masih harus melakukan terapi dan pengobatan, agar kesehatannya cepat pulih, dan tubuhnya bisa kembali digerakkan,'' jelas Dokter tersebut.
''Tapi Dok, berapa biaya yang harus saya keluarkan untuk pengobatan nenek saya?'' tanya Naura dengan dada berdebar.
''Sekitar 300 juta. Itu hanya untuk terapinya saja, belum untuk obatnya dan juga yang lain-lain. Karena obatnya pun harus yang khusus Nona, karena bisa cepat membantu pemulihan pasien,'' jawab Dokter.
''300 juta, Dok?!'' kaget Naura.
Setelah dia mendapatkan penjelasan dari sang Dokter, Naura pun keluar dari ruangan itu menuju ruangan neneknya. Dia melihat sang nenek saat ini tengah beristirahat. Ada rasa bersalah di hati Naura, karena tidak bisa membiayai pengobatan sang nenek.
Naura memegang tangan neneknya. Dia mencoba menjadi wanita yang kuat, untuk tidak menangis dalam keadaan apapun
''Maafkan Naura, jika nanti pengobatan Nenek harus terhambat. Naura sedang mencari pekerjaan, agar bisa mengumpulkan uang untuk berobat Nenek,'' ucap Naura.
Mata wanita itu terbuka dan meneteskan air mata. Dia seperti merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Naura saat ini. Di dalam hatinya, sang nenek merasa bersalah, karena telah membuat Naura dalam kesusahan untuk mencari uang demi pengobatannya.
.
.
''Naura, lo dipanggil tuh sama pak Dosen. Disuruh ke ruang BK,'' ucap Sekar saat Naura berada di perpus.
Gadis itu mengangguk, kemudian dia berjalan ke arah ruangan sang Dosen. ''Iya Pak, apa Bapak manggil saya?'' tanya Naura pada Dosennya yang bernama Bimo.
''Naura, ini sudah lewat tanggal untuk bayar SPP. Kenapa belum bayar juga?'' jawab pak Bimo.
''Iya Pak, nanti saya usahakan untuk bayar,'' jawab Naura dengan wajah yang sedih.
Naura tidak mempunyai banyak uang lagi, karena sudah habis untuk pengobatan sang nenek. Apalagi sekarang, Naura bekerja sebagai office girl di salah satu perusahaan.
Gadis itu keluar dari ruangan BK dengan wajah yang murung. Zahira dan Sekar yang melihat itu segera menghampiri Naura. Mereka tahu kesulitan yang dialami oleh sahabatnya.d
''Naura, sebaiknya lo terima aja tawaran kami yan! Lo bisa balikin kapanpun kok,'' ucap Sekar.
Dia dan juga Zahira memang menawarkan bantuan kepada Naura, tetapi gadis itu selalu menolak, dengan alasan tidak ingin menyusahkan sahabatnya. Karena Naura ingin berdiri dengan kakinya sendiri.
''Tapi, kalau lo sampai telat bayar SPP, lo bisa kena skors, Naura. Emangnya mau?'' tanya Zahira.
''Ya sudah gini aja, lo pakai uang kita dulu, nanti balikinnya kapan aja deh kalau ada duit. Daripada Lo di skors? Mana mau wisuda.'' usul Sekar.
Naura menatap ke arah kedua sahabatnya. Apa yang dikatakan Zahira dan Sekar memang ada benarnya. Akhirnya Naura pun menganggukkan kepala, meminjam uang dari sahabatnya tersebut.
Setelah pulang dari kampus, Naura pergi ke rumah sakit untuk menengok keadaan sang nenek. Setelah itu dia pergi bekerja dari jam 17.00 sore sampai jam 22.00 malam.
Naura mulai membawa alat-alat pembersih dan melaksanakan pekerjaannya dengan telaten. Dia tidak ingin kinerjanya dianggap jelek.
Hingga saat Naura sedang mengepel, tiba-tiba saja dia menabrak tubuh seseorang, karena memang Naura mengepel dengan gerakan mundur, dan dia tidak melihat ada orang di belakangnya.
Tubuh gadis itu hampir saja jatuh, jika orang yang ditabraknya tidak langsung menangkap tubuhnya. Hingga tatapan keduanya terkunci satu sama lain.
Naura yang tersadar pun segera bangkit dan menjaga jarak dari pria yang baru saja dia tabrak. ''Maafkan saya, Pak. Saya benar-benar tidak sengaja,'' ucap Naura sambil menundukkan kepalanya.
Dia melihat pria itu berpakaian sangat mewah, dan dia yakin, jika pria itu memiliki jabatan yang cukup tinggi di kantor tersebut.
''Tidak apa-apa. Saya juga tidak terluka. Kamu karyawan di sini?'' tanya pria tersebut kepada Naura.
''Iya Pak, Nama saya Naura.''
''Nama yang bagus,'' ucap pria itu dengan lirih. Namun mampu terdengar oleh Naura.
''Maksudnya, Pak?'' tanya Naura.
''Tidak apa-apa,.lanjutkan pekerjaanmu!'' jawab pria itu. Setelahnya dia pergi meninggalkan kantor, sementara Naura hanya menatapnya dengan bingung.
Akan tetapi, Naura tidak mau ambil pusing. Dia kembali melanjutkan pekerjaannya, hingga Jam menunjukkan pukul 22.00 malamx dan Naura pun sudah siap dengan pekerjaannya. Jadi dia bisa pulang.
Gadis itu langsung menuju rumah sakit, di mana sang nenek saat ini tengah dirawat. Setelahnya Naura pulang ke rumah menggunakan ojek online, karena jarak rumah sakit dan juga kontrakan lumayan jauh. Jadi tidak bisa dijangkau dengan berjalan kaki.
''Assalamualaikum Bi,'' ucap Naura saat masuk ke dalam rumah.
''Waalaikumsalam, pulang juga kamu Nak. Ini sudah malam. Cepat ganti baju dan tidurlah!'' ucap bi Inem saat Naura mencium tangannya.
''Naura harus mengerjakan skripsi dulu Bi, setelah itu, baru Naura akan tidur,'' jawabnya. Kemudian dia masuk ke dalam kamar.
Bi Inem merasa miris melihat keadaan Naura, di mana gadis itu yang biasanya dimanja oleh kedua orang tuanya, harus merasakan pahitnya hidup. Bekerja keras, bahkan dihadapkan dengan cobaan yang begitu berat. Namun bi Inem bangga, Naura tidak pantang menyerah. Bahkan dia bekerja sebagai office girl di salah satu kantor, dan itu tidak membuatnya minder. Padahal dulunya orang tua Naura terkenal sangat kaya.
''Lihatlah tuan, nyonya! Nona Naura sekarang menjelma menjadi gadis yang kuat. Kalian pasti bangga di atas sana. Jika saja kalian pergi tidak meninggalkan masalah untuk nona Naura, pasti saat ini hidupnya tidak sesulit sekarang,'' ucap bi Inem dengan nada yang lirih. Kemudian dia masuk ke dalam kamar untuk tidur.
BERSAMBUNG.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Muhamad Bardi
yang sabar naura suatu saat pasti kamu akan mendapatkan kebahagian..
2023-03-04
2
rhy_vt🌹
semangat Naura, kamu pasti bisa bertemu dengan pangeran tampan yg kaya raya yg bisa membahagiakan mu nanti🤧🤧🤧🤧
2023-03-04
2