Happy reading....
Naura tidak pulang ke rumah. Dia masih berada di rumah sakit untuk menemani neneknya. Sementara bi Inem pergi untuk mengambil baju ganti Naura, dan kedua sahabat Naura juga sudah pulang.
Namun, saat sampai di rumah, bi Inem kaget karena melihat ada dua orang yang berpakaian hitam sedang menunggunya.
''Zahira, kok lu balik lagi?'' tanya Naura saat melihat Zahira masuk kembali ke dalam ruang rawat inap milik neneknya.
''Iya, ponsel gue ketinggalan. Nih dia!'' jawab Zahira sambil mengambil ponselnya yang berada di meja.
''Dasar nenek-nenek pikun!'' ledek Naura
Terlihat neneknya Naura bergumam seperti ingin mengatakan sesuatu. Naura pun mendekat dan memegang tangan neneknya.
''Nenek butuh apa?'' tanya Naura.
Namun wanita tua itu tidak bisa menjawab. Dia hanya bisa bergumam sambil menggerakkan matanya ke kanan dan ke kiri.
''Nenek ingin minum?'' tanya Naura yang terlihat bingung, apa yang ingin neneknya katakan.
Namun mata neneknya bergerak ke kanan dan ke kiri, seperti mengatakan tidak. Zahira yang melihat itu mengusap bahu sahabatnya. Dia tidak menyangka, jika cobaan yang Naura hadapi begitu berat.
Tiba-tiba saja ponsel Naura berdering, dan ternyata itu dari bi Inem. Lalu Naura pun langsung mengangkatnya.
''Apa Bi! Ya udah, Naura pulang sekarang,'' ucap Naura dengan nada yang kaget.
''Kenapa Ra?'' tanya Zahira dengan bingung.
''Gue pulang dulu ya! Katanya bibi, di rumah ada yang nyari gue. Kalau gitu gue duluan.''
Zahira menawarkan diri untuk mengantar, dengan alasan lebih cepat. Akhirnya Naura pun mengangguk, sedangkan sang nenek dititipkan kepada Suster.
Terlihat jelas raut wajah Naura begitu cemas, sepanjang jalan dia terus aja meremas kedua tangannya, seperti ada sesuatu hal yang mengganjal di dalam hatinya.
Sesampainya di rumah, Naura langsung masuk ke dalam ruang tamu. Dan dia melihat dua orang yang memakai jaket berwarna hitam sedang duduk dan menunggu dirinya.
''Non,'' sapa bi Inem sambil menundukkan kepalanya.
''Bi, mereka siapa?'' tanya Naura.
''Perkenalkan, nama saya Ahmad, dan ini rekan saya, namanya Zafran. Kami dari Bank, ingin menyita rumah ini. Karena bapak Abi memiliki hutang sebanyak delapan miliar, dan tidak bisa melunasinya,'' ucap pria yang bernama Ahmad.
''Apa! Hutang? Delapan miliar?!'' kaget Naura sambil memegang dadanya.
''Betul. Beliau sudah menggadaikan rumah ini, dan ini adalah buktinya, silahkan dibaca terlebih dahulu!'' tutur pria tersebut sambil menyerahkan map berwarna merah kepada Naura.
''Tapi Pak, saya mau tinggal di mana, kalau rumah ini disita?'' tanya Naura dengan wajah yang bingung.
''Maaf Nona, itu bukan urusan kam. Tugas Kami hanyalah menyita rumah ini, dan besok sudah harus dikosongkan ya, Nona! Jika tidak, kami akan menyeret Anda keluar!'' ancam pak Ahmad. Setelah itu, kedua orang tersebut pergi dari rumah Naura.
Tubuh gadis itu merosot ke lantai, lagi-lagi air matanya jatuh. Dia memukul sofa beberapa kali, mencoba meredakan amarah di dalam hatinya.
Naura benar-benar bingung, kenapa setelah kepergian orang tuanya malah banyak masalah. Dari mulai neneknya yang stroke. Dan sekarang, rumah tersebut harus disita. Sedangkan Naura tidak punya rumah lagi selain itu.
''Non yang sabar ya,'' ucap bi Inem sambil memeluk tubuh Naura.
Wanita itu begitu sedih, saat melihat Nona mudanya menangis, bahkan terpukul. Dia juga tidak menyangka, cobaan begitu banyak datang menghampiri Naura, setelah kepergian kedua orang tuanya.
''Kenapa sih, Bi, mama dan papa malah ninggalin aku? Dan sekarang, mereka meninggalkan masalah? Lalu kita akan tinggal di mana, Bi? Naura tidak punya rumah selain ini,'' ucap Naura dengan suara yang purau.
Zahira merasa kasihan kepada sahabatnya, kemudian dia berjongkok dan mengusap bahu Naura. ''Bagaimana kalau kamu tinggal di rumahku dulu,'' ucap Zahira.
Namun Naura segera menggeleng. Dia tidak ingin merepotkan sahabatnya. ''Tidak usah Zahira! Nanti biar aku cari kosan saja besok!'' tolak Naura. Kemudian dia menatap ke arah bi Ine. ''Bi, aku minta tolong beresin barang-barang yang penting! Besok kita akan pergi ke kontrakan, atau jika bibi keberatan, tidak apa-apa, Bibi bisa pulang. Naura sudah tidak bisa menggaji Bibi. Lagi pula, perusahaan papa juga sudah bangkrut 'kan? Naura tidak punya apa-apa,'' jelas gadis itu dengan wajah yang sendu.
Bi Inem menggelengkan kepalanya. Dia tidak mungkin meninggalkan Nona mudanya dalam keadaan seperti itu. Wanita tua itu sudah mengasuh Naura sejak kecil, dari umur dua tahun sampai sekarang berumur dua puluh dua tahun. Bagaimana mungkin bisa, dia meninggalkan Naura yang sudah dianggap seperti putrinya sendiri.
''Tidak Nona! Bibi tidak mungkin meninggalkan Nona dalam keadaan seperti ini. Kita akan melalui semuanya bersama-sama. Bibi akan membantu untuk membereskan barangnya,'' ucap Bi Inem.
Setelah itu, Zahira pamit dari rumah Naura. Dan gadis itu masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri. Setelahnya dia membuka lemari dan mengeluarkan perhiasan yang dia punya, pemberian dari sang mama.
''Hanya liontin ini yang aku punya, dan beberapa perhiasan. Sepertinya cukup untuk aku jual dan bertahan hidup, sambil mencari pekerjaan. Di tabunganku juga hanya ada sedikit,'' gumam Naura sambil melihat kotak perhiasannya
Gadis itu kemudian mengambil foto kedua orang tuanya, lalu memeluknya dengan erat. Naura begitu merindukan mama dan Papanya. Dia merasa rumah itu sepi tanpa adanya mereka.
''Mah, pah, biasanya jam segini kita sedang duduk nonton tv sambil bercanda ria, tapi sekarang rumah ini terasa sunyi dan akan disita oleh Bank. Kenapa kalian meninggalkan Naura dengan begitu cepat? Bahkan setelah kepergian kalian, Naura malah harus menanggung penderitaan.'' Gadis itu berkata sambil menitikan air matanya.
.
.
Pagi hari sebelum Naura pergi ke kampus, dia bertanya-tanya tentang kontrakan yang murah. Namun entah kenapa, Naura merasa ada yang sedang mengikuti dirinya, tetapi saat dia menengok ke belakang tidak ada siapapun.
''Mungkin, itu hanya perasaanku saja,'' gumam Naura. Kemudian dia melanjutkan jalannya dan bertanya tentang kontrakan kepada warga sekitar.
Tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di sampingnya, dan ternyata itu adalah Zahira dan juga Sekar.
''Hai Naura! Kamu mau ke mana?'' tanya Zahira.
''Aku mau cari kontrakan. Kamu 'kan tahu, nanti sore rumah itu sudah harus kosong,'' jawab Naura.
Kemudian Zahira, meminta Naura untuk masuk dan mereka mencari kontrakan bersama-sama. Setelah satu jam berkeliling, mereka pun menemukan kontrakan yang pas, tidak terlalu mewah. Walaupun sederhana namun, terkesan sangat nyaman dan asri. Harganya pun, terjangkau di kantong Naura saat ini.
''Gimana, lo suka nggak sama kontrakannya?'' tanya Sekar.
''Iya, gue suka kok. Lagi pula, hanya rumah seperti ini yang sekarang gue bisa dapatkan. Tidak masalah, yang penting kami tidak kehujanan bukan?'' jawab Naura sambil tersenyum.
Zahira dan Sekar mendekat ke arah sahabatnya, kemudian dia memeluk gadis itu. ''Tenang saja, kami ada kok untukmu! Kita 'kan best friend. Iya nggak?'' ucap Sekar.
''Makasih ya, kalian selalu ada buat gue. Kalau gitu kita ke kampus yuk! Sebentar lagi 'kan mata kuliah akan dimulai,'' tutur Naura. Kemudian mereka bertiga pun meninggalkan kontrakan tersebut dan pergi ke kampus.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Sri Hartinah
kasihan nasib Naura,aq aja baca mpe sedih
2023-03-16
1
Muhamad Bardi
alhamdulilah naura memiliki sahabat yang begitu care sama dia, semoga persahabatan kalian abadi selamanya..🤲🤲
2023-03-04
2