Malam harinya, Elena baru saja selesai membersihkan dirinya. Ia melangkah keluar dari kamar mandi, tapi ia terkejut melihat ada Mona di dalam kamarnya sedang tiduran di atas tempat tidur.
“Hai kakak ipar,” sapa Mona sembari tersenyum padanya.
“Ha ... hai,” balas Elena dengan gugup, tapi ia berusaha menyembunyikannya.
“Hm ... kamar kakak keren ya. Tapi, kenapa ada dua tempat tidur? Apa kalian tidur dengan pisah ranjang?” tanya Mona penasaran, ia sengaja menggali informasi. Karena dari awal ia menaruh curiga pada mereka.
“Enggak! Kamu tidur satu kamar kok!” sahut Elena menyembunyikan kegugupannya.
Ia tampak memilih pakaiannya di dalam lemari.
“Oh. Tapi kenapa kakak gugup?” tanya Mona dengan sengaja.
“Elena!” panggil Evan dengan nada suara tinggi.
Mendengar suara Evan, Elena menutup matanya sejenak. Lalu berbalik badan, menatap Evan sembari memainkan matanya.
“Kenapa kau? Sakit mata?” tanya Evan mulai kesal.
“Sayang, kenapa kemari?” tanya Elena memutar pelan dagu Evan agar dirinya melihat ke arah tempat tidur.
Evan baru tersadar, jika ada adik sepupunya di dalam kamar tersebut.
Dengan cepat Evan mengalihkan pandangannya, lalu memeluk Elena dengan erat.
Elena langsung membulatkan matanya, karena terkejut dengan sikap Evan padanya. Ia berusaha melepaskan dekapan Evan tersebut.
“Diamlah, bodoh!” bisik Evan.
“Sayang, aku merindukanmu,” ujar Evan semakin mengeratkan pelukannya.
“Hah ... iya. Aku juga,” sahut Elena.
“Ekhem ... Kak, bermesraannya nanti saja!” celetuk Mona sembari nyengir kuda memperlihatkan gigi putihnya.
Dengan cepat Evan melepaskan dekapannya, seakan terkejut dengan suara Mona.
“Loh, ada Mona. Maaf, Kakak tidak melihatmu.”
“Hm ... sepertinya aku memang mengganggu. Baiklah, aku turun. Kaka Elena, kita lanjutkan nanti ya,” ujarnya sembari mengedipkan matanya.
Lalu melangkah pergi, raut wajahnya langsung berubah. Awalnya terlihat tersenyum, kini menjadi cemberut bahkan tampak kesal.
“Apa yang kalian bicarakan?!” tanya Evan mendorong pelan bahu Elena.
“Aku juga tidak tahu!” ketus Elena lalu melangkah untuk mengoles makeup di wajahnya.
“Ku peringatkan padamu. Jangan terlalu dekat dengan Mona, aku khawatir kau menceritakan semuanya padanya!” ancam Evan padanya.
“Ingat batasanmu di rumah! Disini kau hanya di bayar menjadi Istri, jangan melewati batasanmu!” tambah Evan lagi.
“Ingat batasan katanya! Padahal dia memelukku tadi!” kesal Elena dalam hati.
“Apa mulutmu tidak bicara sekarang?! Hingga tidak menjawab ucapanku!” kesal Evan karena melihat Elena hanya diam.
“Iya,” sahut Elena selembut mungkin, sembari menghela napasnya.
“Cepat turun. Mama mencarimu,” ujarnya melangkah keluar dari kamar Elena.
Setelah melihat kepergian Evan, Elena kembali menghela napa.
“Aku menyesal mengambil pekerjaan ini. Aku pikir segampang yang aku pikirkan, tapi ternyata berat!” keluhnya sembari menahan air matanya agar tidak keluar.
Berulang kali Elena menghela napas berat, ia melangkah menuju ke luar kamar.
Namun, ia terkejut melihat Evan masih berdiri di depan kamar mereka.
“Cepat, Mama dan Papa sudah menunggu!” ujar Evan mengulurkan tangannya.
Elena hanya melirik tangan Evan, tanpa berniat menyambutnya.
“Aku sudah katakan sebelumnya, jangan membantah!” kesal Evan merapatkan giginya menatap Elena.
“Kalian kenapa berdiri di depan pintu saja? Sepertinya kalian itu tidak cocok, baru saja menikah sudah tidak harmonis!” celetuk Mona menyeringai, yang kebetulan baru keluar dari kamarnya.
“Jangan pernah mencampuri rumah tanggaku!” ancam Evan menatap Mona dengan kebencian.
Memang sejak dulu, dirinya dan Mona tidak pernah akur. Apalagi ada satu hal yang membuat Evan semakin membenci Mona.
Mona tampak tidak takut dengan ancaman Evan, dirinya hanya tersenyum mengejek melewati mereka.
Evan menarik paksa tangan Elena, lalu menggandeng tangannya menuruni tangga.
Terlihat dari kejauhan, orang tuanya tersenyum melihat putra dan menantunya menuruni tangga saling bergandengan tangan.
Sebenarnya Evan mempunyai kakak, tapi tuhan lebih sayang padanya. Saat melakukan perjalanan udara, naasnya pesawat yang ia tumpangi mengalami masalah dan meledak di udara.
Tidak ada satupun penumpang yang selamat termasuk kakak kandung Evan.
Usia orang tua mereka yang sudah tidak muda lagi, mereka ingin sekali menimang cucu.
Melihat Evan membawa wanita ke rumah, bahkan sudah menikah. Orang tuanya terlihat sangat senang, karena mereka percaya dengan pilihan anaknya tanpa harus mencari tahu asal usul wanita tersebut.
Sesampainya di meja makan, Evan menarik kursi untuk Elena untuk duduk. Evan memberi perhatian penuh pada Elena, layaknya pengantin baru, tapi sangat berbeda saat di belakang orang tuanya.
Seperti biasanya, Mona selalu menggali asal usul Elena di depan orang tua Evan.
“Kak Elena, apa kamu pernah ke tempat club malam?” tanya Mona dengan sengaja bertanya, walaupun sebenarnya hanya menebak saja.
Elena yang sedang makan langsung tersedak.
“Mona, kamu kenapa bertanya seperti itu disaat makan?” tanya ibunya sedikit kesal pada putrinya itu.
“Maaf, Ma. Mona hanya bertanya, diakan berasal dari kampung. Jadi, tidak salahkan kalau Mona bertanya, kalau belum Mona bisa mengajaknya kesana!” celetuk Mona.
“Pertanyaanmu itu tidak bermutu! Masa bertanya pernah ke club. Jangan membawa Elena ke tempat itu, Elena tidak seperti dirimu yang suka ke club malam!” sindir ibunya Evan, karena memang kesal terhadap pertanyaan Mona.
“Iya, kan Elena. Evan, jangan izinkan istrinya ke tempat haram itu!” ujar ibunya mengingatkan.
Elena hanya bisa menelan salivanya dengan kasar.
Memang Elena sangat sering ke tempat itu, namun ia hanya sekedar menemani tamunya minum saja tidak lebih dari itu. Bahkan Elena tidak pernah menyentuh minuman tersebut, bekerja di tempat itupun karena terpaksa karena sudah terlanjur terikat dengan kontak yang di berikan Alex padanya dulu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Fayra
lanjut q kasi vote
2023-07-18
1
Nenieedesu
jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak dinovel baru aku kak dicintai ketua geng motor
2023-06-15
1
Anita si cabe rawit
Aduh, elena jdi merasa bersalah pasti nanti
2023-03-05
0