Bab 02

“Bagaimana, apa wanita itu mau menandatangani surat perjanjian itu?” tanyanya.

Evan Adijaya Winata, tengah duduk di mobil menunggu asistennya.

“Sudah beres. Besok sopir akan menjemputnya di rumahnya,” sahutnya sembari menyerahkan kertas yang sudah di tanda tangani oleh Elena.

“Elena Rosaline,” gumam Evan.

“Iya, Tuan.”

“Apakah anda di ancam untuk menikah lagi? Sehingga Tuan berani mengambil yang risikonya sangat besar, apalagi anda sangat tahu asal usul dari wanita itu!”

“Kenapa harus wanita seperti dia? Bukankah banyak wanita di luar sana, Tuan sudah tahu pekerjaan wanita itu sebagian seorang pemandu karaoke. Hanya sebagian kecil wanita disana bisa menjaga kesuciannya! Bagaimana kalau orang tua Tuan mengetahuinya?” tambah asistennya.

“Itu tugasmu untuk menutupinya agar Mama dan Papa tidak mengetahuinya. Aku sudah sangat lelah dengan pertanyaan kapan menikah, ini hanya sementara saja. Ketika Mama dan Papa sudah kembali nanti. Aku akan mengembalikan wanita itu ke tempat asalnya!”

“Butuh waktu lama untuk mencari wanita baik-baik yang mau di bayar, kalau pun ada pasti akan butuh waktu lama. Aku mencari jalan pintas saja, wanita seperti dia yang di butuhkan pasti hanyalah uang.”

Angga yang setia sebagai asistennya dari dulu, mengikuti saja apa yang Tuannya katakan.

“Baiklah. Tugasku bertambah, selain pekerjaan di kantor, aku juga harus mengawasi Istri bayaranmu itu. Aku khawatir, jika Tuan malah jatuh cinta padanya!” seru Angga terkekeh.

“Aku tidak mungkin jatuh cinta dengan wanita seperti dia. Aku memang menyukai wanita, tapi seleraku bukan seperti wanita itu!”

Angga hanya mengangguk.

“Yang aku khawatirkan bukan Elena, tapi Alex. Terlihat jelas, jika Alex sendiri yang bersemangat dengan tawaran ini. Aku perlu mengawasinya juga,” gumam Angga dalam hati.

Keesokan paginya, Elena sudah berada di dalam mobil dengan dandanan yang layaknya wanita terhormat.

Mobil yang ia tumpangi sudah memasuki halaman rumah besar milik keluarga Winata.

“Wah, gila! Ini rumah apa istana?” gumam Elena melihat teras rumah yang menjulang tinggi, halaman rumah tersebut sepuluh kali lipat lebih besar dari kontrakannya.

“Nona, apa anda lihat? Ayo kita masuk, Tuan muda sudah menunggu.”

Elena yang semula begitu kagum dengan rumah tersebut, saling terkejut ketika mendengar suara sang sopir memanggilnya.

“Hah, iya.”

Elena setengah berlari mengikuti langkah sopir yang menjemputnya, kopernya di letakkan di dekat sofa.

Tiba di ruang tamu, Elena kembali termangu melihat rumah mewah sebesar ini. Pernak pernik yang terbuat dari emas, Elena tersadar saat mendengar deham seseorang.

“Ekhem ... kamar anda ada di lantai atas,” ujar pria yang bersamanya di restoran kemarin.

Ia menggeret koper miliknya mengikuti langkah Angga menaiki tangga, dengan napas yang turun naik iya akhirnya tiba di penghujung tangga.

“Maaf, Tuan. Langkahmu terlalu cepat, aku lelah!” keluh Elena.

“Ini hanya bagian kecil, Nona Elena atau Rose! Siapkan diri anda mulia besok!” ancam Angga.

Elena membulatkan matanya mendengar namanya di sebut. Nama yang biasanya ia pakai saya bekerja saja.

Elena mencoba mengingat wajah pria yang ada di hadapannya, apakah pria ini pernah ke tempat karaoke dan menjadi salah satu tamunya?

“Maaf, dari mana kamu mengetahui nama itu?” tanya Elena menatapnya dengan serius.

“Anda tidak perlu tahu dari mana aku mengetahuinya, yang jelas aku sangat tahu dirimu walaupun Nona selalu memakai topeng. Bahkan aku sangat tahu tamu yang sering kamu temani, yang aku tidak tahu adalah sudah berapa banyak pria yang anda layani?!” ujar Angga menyeringai.

Dari awal dirinya memang kurang suka dengan kehadiran Elena apalagi ia mengetahui pekerjaan Elena yang sebenarnya. Namun, apa daya dirinya hanya sebagai seorang asisten bosnya saja.

“Jangan membuat Tuan saya menunggu lama, dia sudah menunggu di kamar.” Meninggalkan Elena yang sedang mematung.

“Aku memang bekerja sebagai LC, pakaian ku bahkan di luar batas. Tapi, aku masih bisa menjaga kesucian ku! Jadi, jangan memandang semua wanita pekerja LC itu wanita yang ada pikirkan, Tuan!” seru Elena tak mau kalah, sembari ia mengusap air matanya yang mengalir di pipinya.

Langkah Angga berhenti mendengar ucapan Elena sembari menyeringai, lalu melanjutkan langkahnya kembali menuruni tangga.

Elena berulang kali menghela napas, mencoba menetralkan emosinya. Setelah merasa dirinya cukup tenang, ia melangkah masuk ke kamar yang di tunjuk oleh Angga sebelumnya.

Di depan pintu kamar, Elena tampak ragu mengetuk pintu.

“Apa aku batalkan saja? Kenapa aku tidak berpikir terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan ini? Ini semua gara-gara Alex, aku terjebak!” kesalnya karena Alex memaksanya untuk menerima tawaran ini, meski niat Alex baik untuk membantu Elena keluar dari dunia malam itu.

“Hufft ... aku akan coba bicara, semoga dia orang baik mau melepaskan aku,” gumam Elena.

Tok ... Tok ....

Elena mengetuk pintu.

Ceklek ...

Ia membuka pintu dengan pelan, melihat pria yang menjadi suami pura-puranya sedang duduk di sofa sembari memangku laptopnya.

“Jam berapa ini?! Sepertinya kau itu tidak bisa menghargai waktu!” celetuk Evan tanpa mengalihkan pandangannya pada layar monitor yang di pangkunya.

Elena kembali menelan salivanya, tenggorokannya langsung terasa kering hingga sulit menelan salivanya.

“Surat kontrak itu sudah berlaku mulai hari ini, bersihkan dirimu sekarang. Kamar ada di situ, cepat! Mama dan Papa sudah di jemput oleh sopir!” ujar Evan setengah berteriak.

“Tapi, Tuan. Saya ingin membatalkan dan menarik kembali Kontrak itu,” ujar Elena.

Namun, ucapan itu hanya bisa ia katakan dalam hati saja. Setelah melihat wajah Evan, nyalinya langsung menciut.

“Apa lagi yang kamu tunggu?!” menatap Elena dengan tajam.

Dengan langkah cepat, Elena membawa koper miliknya masuk ke sebuah ruangan yang berada di kamar tersebut, dan ternyata ruangan tersebut adalah kamar juga. Di dalam kamar Evan ada kamar yang di lengkapi semua fasilitas seperti televisi juga.

“Waktumu 20 menit,” ujar Evan pada Elena, karena melihat Elena yang hanya berdiri menatap kamar miliknya.

Evan melangkah keluar kamar dan menutup pintu kamar dengan kasar.

Bruak!

Elena sampai menutup matanya, karena terkejut.

“Apa semua orang di rumah ini tensinya pada tinggi semua?! Apa salahku? Padahal aku hanya di bayar, kenapa mereka seakan membenciku?” gumam Elena.

“Huftt ... sabar, hanya tujuh bulan. Setelah itu aku terbang bebas dan juga tidak kembali ke dunia gelap itu lagi.” Elena memberi semangat pada dirinya sendiri.

Memang dari dulu dirinya ingin berhenti dari pekerjaan pemandu karaoke itu, tapi bosnya menahannya dengan alasan kontraknya masih berlaku hingga dirinya tidak bisa keluar dari tempat itu.

Entah bagaimana Alex bicara pada bosnya, hingga dirinya bisa keluar dari tempat itu.

Elena bergegas ke kamar mandi dan menggantikan pakaiannya. Karena tidak mau pria itu marah Kembali padanya karena menunggunya terlalu lama.

***

Terpopuler

Comments

evagibran pou

evagibran pou

baru datang aja sudah di sambut dengan tidak kenyamanan,

2023-03-06

0

meisyaagatha

meisyaagatha

Hm... Aduh si elena kasihan Euiy

2023-03-06

0

Anita si cabe rawit

Anita si cabe rawit

Aku takur, Angga dan Evan Malahh jatuh cinta sama elena

2023-03-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!