Ali terus saja menatap foto itu hingga senyuman tipis terukir di bibirnya, awalnya ia sangat sedih, tapi setelah menatap foto istrinya saat kecil, tidak ada lagi kesedihan di wajahnya, yang ada hanya tersenyum saat mengingat masa kecilnya.
Flashbeck On
Semenjak Bundanya memasukan Ali ke dalam pesantren, Ali selalu kabur dari pesantren dan selalu berakhir di tanggap oleh Mamang Santri penjaga gerbang pesanten.
Ali tidak tau harus pergi kemana, ia rindu Bundanya yang sudah lama tidak pernah datang lagi, terakhir kali datang Bundanya mengatakan kalau ia harus menjadi lelaki yang ta'at agama dan mengatakan kalau Bunda pergi hanya menyembuhkan luka hatinya, suatu saat Bunda akan kembali, tapi sudah 2 bulan ia di pesantren Bundanya tidak pernah lagi datang menemuinya.
Sudah 1 minggu Ali sering kabur, dan selalu di tangkap oleh Mamang santri, kini ia juga kabur lagi, ia sedang berlari.
"Ali! Jangan kabur nak!"
Mamang santri berteriak mengejar Ali yang terus saja berlari. Tiba-tiba Ali menabrak seorang Gadis kecil.
Bruk..!
"Maaf!"
Setelah mengatakan maaf Ali akan berlari lagi, tapi tangannya di cekal oleh Gadis kecil yang di tabraknya. Gadis kecil itu adalah bernama Kinanti Azizah Kanaya, ia baru saja berusia 12 tahun.
"Eh, kamu mau kemana?!
"Ali di kejar Mang santri, Ali mau kabur dari pesantren."
"Iya sudah ayo ikut aku!"
Kinanti langsung menggenggam tangan Ali, ia mengajak Ali bersembunyi di samping mobil saat ia dan Ali melihat Mamang santri yang mengejar Ali.
Setelah Mamang santri itu pergi mereka berdua langsung keluar dari persembunyiannya. Kinanti masih menggenggam tangan Ali, lalu mengajak Ali untuk berteduh di bawah pohon samping jalan.
"Kamu mau kemana?"
"Aku mau mencari Bunda, aku rindu Bunda."
"Kenapa tidak memijam telpon untuk menelpon Bundamu?"
"Bunda bilang kalau Bunda akan kembali setelah luka hatinya sembuh, tapi sudah 2 bulan Bunda tidak pernah datang lagi."
"Lalu bagai mana dengan Ayahmu?"
"Ayah tidak pernah menginginkan Ali dan Bunda, Ayah tidak pernah sayang Ali dan Bunda, Ayah hanya ingin harta Bunda, semua kasih sayang yang Ayah berikan pada kami ternyata palsu."
Saat mendengar jawaban dari Ali, Kinanti langsung meneteskan air mata, ia merasakan sakit walau pun usianya baru 12 tahun. Kinanti langsung memeluk Ali, ia berkali-kali mengecup kening Ali.
"Kamu jangan kabur, nanti kalau Bunda kamu menemui kamu di pesantren bagai mana?"
"Tapi Ali rindu Bunda."
Ali juga membalas pelukan dari Kinanti, ia merasa nyaman saat di peluk oleh Kinanti, ia merasa memiliki Kaka. Kinanti melepaskan pelukannya sambil menghapus air matanya sendiri.
"Kalau kita sudah dewasa nanti kita cari Bunda sama-sama kalau Bunda kamu belum pulang juga. Kenalin nama aku Azizah."
Kinanti berbicara sambil mengulurkan tangannya pada Ali yang langsung di jabat oleh Ali.
"Ali panggil Kak Izah boleh?"
Ali bertanya sambil melepaskan jabatan tangannya.
"Tentu saja boleh, kamu panggil aku Kak Izah, lagian usia aku sudah 12 tahun, kalau usia kamu berapa tahun?"
"Usia Ali 7 tahun Kak."
Itu lah awal perkenalan Ali dan Kinanti, membuat mereka sering bermain bersama. Kinanti selalu membantu Ali kabur dari pesantren untuk bermain-main bersamanya.
Bahkan Kinanti juga tidak marah saat Ali sering iseng memasukan garam atau sambal di mie yang mereka pesan atau saat mereka beli bakso, tapi ia merasa seperti memiliki seorang adik lelaki.
Kinanti merasakan bahagia setiap kali datang untuk menemui Ali, dan kebiasaannya setiap bertemu Kinanti selalu mencium kening Ali sebagai tanda kasih sayangnya.
Sudah 2 minggu Ali dan Kinanti sering bertemu, sekarang mereka sedang bermain di taman bermain dengan Kinanti yang sedang mengayun-ayun Ali.
"Kak Izah, nanti kalau Ali sudah dewasa Ali akan menikahi Kaka"
"Memangnya apa alasan Ali ingin menikahi Kaka?"
Kinanti bertanya sambil menatap serus mata Ali, sedangkan tanganya masih mengayun Ali.
"Kak Izah baik, sayang sama Ali, jadi saat Ali dewasa Ali akan menikahi Kaka."
"Mana ada begitu Ali, kamu sama Kak Izah usianya beda 5 tahun, kamu nanti malu karena Kak Izah sudah keriput, tapi kamu masih tetap tampan dan imut."
"Ali tidak akan malu, dan akan Ali buktikan kalau suatu saat Ali menikahi Kak Izah, apa lagi Ali juga akan berusaha menjadi yang terbaik mengurus perusahaan dan Apartement yang di tinggalkan Bunda, agar kelak Ali bisa bertanggung jawab sebagai suami yang baik untuk Kaka."
Kinanti menghela napas berat, dadanya terasa sesak setiap kali mendengar Ali mengatakan perusahaan dan Apartement yang di tinggalkan Bunda Ali, lelaki sekecil Ali harus berusaha dalam hal seperti itu, tapi ia tau kalau Ali mampuh, karena saat melihat Ali bisa membobol akses perusahaan nomer 10 di asia, itu menandakan kalau Ali memang anak yang cerdas.
Sudah 1 bulan Ali dan Kinanti sering bertemu, kini Kinanti akan berpamitan pada Ali karena perusahaan Ayahnya bangkrut, ia terpaksa harus kembali ke rumah Kakeknya yang ada di Semarang.
"Ali, Kaka mau pamitan sama Ali."
Kinanti berbicara sambil mengelus kepala Ali yang tertutup peci.
"Kak Izah juga mau tinggalin Ali? Kak Izah tidak sayang Ali seperti Bunda dan Ayah?"
"Kak Izah sayang Ali, tapi perusahaan Ayah mengalami kebangkrutan dan Kakek sedang sakit saat tau perusahaannya bangkrut."
"Ali akan membantu perusahaan Kaka, Ali akan bilang pada Pak Samsul untuk membantu perusahaan Kaka."
Pak Samsul adalah kepercayaan di Alfero Grup.
"Tidak usah Ali, Kak Izah tidak mau berhutang budi."
Setelah mengatakan itu Kinanti langsung melepaskan kalung yang di pakainya, ia langsung mengambil tangan Ali dan meletakan kalung itu di tangan Ali.
"Ini adalah kalung turun temurun dari Kakek, kalau sampai kamu ingin menemui Kak Izah, kamu bisa tunjukan kalung ini di perumahan permata, Kak Izah yakin mereka akan langsung mengenalinya karena kalung ini hanya keluarga Kanaya yang memilikinya."
Ali menerima kalung itu dengan mata yang sudah memerah, ia baru saja merasa memiliki Kaka, tapi wanita yang ia anggap Kaka itu akan pergi meninggalkannya.
Ali dan Kinanti saling berpelukan. Kinanti tetap sama, ia berkali-kali mencium kening Ali.
"Kak Izah, nanti kalau sudah dewasa Ali akan datang untuk melamar Kaka ke sana."
"Mana ada begitu Ali, kita lihat setelah dewasa nanti."
"Iya Kak."
Di situ lah akhirnya Ali dan Kinanti berpisah, dan Ali juga sudah tidak pernah kabur lagi. Bahkan setelah kejadian itu Ali menjadi lelaki yang rajin dari sekolah mau pun di pesantren, belum lagi ia belajar tentang perusahaan, agar kelak perusahaan itu masih selalu maju saat Bundanya datang.
Ali berharap Bundanya akan datang sendiri tanpa harus ia cari, dan Ali berharap Bundanya bangga memiliki putra seperti ia. Bukan hanya itu Ali juga berharap kalau suatu saat ia bisa menikahi Kinanti.
Flashback off
"Jadi Kinanti itu adalah Kak Izah? Kenapa aku tidak menyadarinya saat tadi mengucapkan ijab kabul namanya Kinanti Azizah Kanaya."
Ali tidak menyangka kalau wanita yang ia cari 1 tahun yang lalu sekarang telah resmi menjadi istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ratu Fadira
seru thor
2024-01-02
0
Rahma AR
semangat
2023-04-02
1
mom mimu
ucapan yg jadi kenyataan ya Li... selamat deh 😁😁
2023-03-04
1