Ali dan istrinya sudah selsai mandi, mereka juga sudah selsai makan sore. Tidak ada yang berbicara dari keduanya, bahkan Ali merasa masih di anggap orang asing oleh istrinya karena saat istrinya akan membuka resleting gaun yang di kenakan, istrinya meminta bantuan pada asisten rumah tangga dan ia juga hanya diam tanpa mengucapkan satu kata pun.
Sekarang Ali dan keluarga istrinya sedang berkumpul di ruang keluarga dengan istrinya yang hanya sibuk melihat beritanya sendiri yang sudah viral di internet. Kinanti langsung menatap suaminya yang duduk sambil menundukan pandanganya.
"Ali, usia kamu berapa?"
Dari tadi Kinanti ingin bertanya tentang itu karena menurut ia Ali seperti berusia 18 tahunan, wajahnya sangat tampan dan imut, tatapan matanya sangat meneduhkan, senyumanya sangat nyaman di pandang.
"22 tahun Kin."
"What! Aku di nikahi anak kecil?!"
Teriakan Kakanya membuat Kinar malu pada Ali yang selalu alim, sedangkan Kakanya sangat jauh berbeda.
"Saya bukan anak kecil Kinanti, tolong hargai saya sebagai suami kamu."
Kinanti menganggukan kepalanya walau pun ia merasa risih saat suaminya memanggil diri sendiri saya, ia berasa terlihat tua sekali, apa lagi usianya ternyata berbeda 5 tahun lebih muda darinya.
"Keseharian kamu apa saja selain bukan menjadi ketua dewan santri? Atau kamu hanya tinggal di pesantren sabagai pengangguran?"
Mirna langsung mencubit pinggang putri pertamanya yang menurut ia tidak sopan.
"Apa salahnya kalau Kinanti bertanya Bunda?"
"Jangan malu-maluin Bunda, bertanya itu harus ada etiknya."
Sebelum Kinanti menjawab ucapan dari Bundanya, Ali lebih dulu berbicara.
"Saya memang pengangguran, tapi setelah ini saya usahakan kalau saya akan mencari pekerjaan."
Ali terpaksa berbohong dengan pekerjaannya, sebenarnya ia seorang pengacara, tapi karena ia tidak membawa identitasnya, ia terpaksa berbohong, belum lagi ia juga pemilik Alfero Grup dan Apartement Alfero.
Kinar tanpa permisi ia langsung pergi ke kamarnya, ia tidak bisa melihat lelaki yang di cintainya berbicara tanpa beban dengan Kakanya dan seolah-olah Ali sudah mencintai Kakanya sebelum mereka menikah.
Apa lagi Kinar juga tidak tau kenapa Ali berbohong tentang pekerjaannya, ia sudah tau Ali sebagai pengacara, Ali hanya kuliah 3 tahun karena kepintarannya Ali langsung menyandang gelar sarjana jurusan hukum, bahkan sudah 1 tahun Ali sebagai pengacara, tapi Ali selalu menolak jika di undang di berbagai televisi sebagai pengacara termuda di gedung kejaksaan.
Kinanti menghela napas berat saat melihat adiknya pergi, ia juga langsung pergi menyusul adiknya ke kamar.
Kinanti berhenti di depan pintu kamar adiknya, ia bisa mendengar isak tangis pelan dari adiknya hingga membuat hatinya begitu sakit, ia belum pernah mendengar adiknya menangis seperti itu.
Tok-tok.
Kinanti mengetuk pintu kamar adiknya sambil melangkah masuk ke kamar, ia bisa melihat adiknya yang sedang duduk di tepi ranjang sambil menghapus air matanya.
Kinanti langsung duduk di samping adiknya sambil menghapus air mata adiknya yang belum sepenuhnya terhapus oleh tangan adiknya.
"Apa kamu mencintai Ali?"
Kinanti bertanya langsung pada intinya saja, ia tidak mau berbelit-belit.
"Kinar hanya mencintai Kak, tapi bukan berarti ingin memiliki."
"Jadi dia lelaki yang telah menolong kamu saat Aris akan melecehkan kamu?"
Kinanti sudah tau tentang Arias yang akan melecehkan adiknya, lalu di tolong oleh sorang lelaki yang mampu membuat adiknya jatuh cinta dalam pandangan pertama, bahkan ia juga tau kalau adiknya masuk pesantren hanya untuk lelaki yang menolongnya, tapi ia tidak tau nama lelaki yang menolong adiknya.
"Iya Kak, Akang Ali adalah lelaki yang Kinar cintai dalam pandangan pertama."
"Maafkan Kaka telah menyakiti hati kamu, tapi jangan kuatir Kaka akan segera meminta berpisah dengannya."
Kinar sangat terkejut saat mendengar ucapan dari Kakanya yang ingin berpisah dengan Ali.
"Apa maksud Kaka?"
"Ali bukan lelaki yang Kaka cintai, Kaka menerima Ali hanya karena Kaka tidak ingin Ayah dan Bunda menanggung malu, untuk itu Kaka menerimanya, lagi pula Kaka dan Ali itu tidak cocok, Ali lelaki berpeci dan Kaka wanita yang selalu berpenampilan seksi."
"Astaghrullah!"
Kinar beristighfar sambil mengusap dadanya, ia tidak menyangka kalau Kakanya berpikir seperti itu.
"Kinar berharap Kaka tidak meminta berpisah dengan Kang Ali, karena Kinar percaya bahwa Kang Ali mampu membahagiakan Kaka, tapi jika Kaka tetap kekeh ingin berpisah, Kinar juga percaya kalau Kaka akan menyesalinya. Seluruh santriawati sampai para Ustazah saja tergoda dengan pesona Kang Ali, masa iya Kaka tidak tertarik sedikit pun pada Kang Ali?"
"Pertama penampilan kita bertolak belakang, ke dua Kaka lebih tua dari Ali, dan ke tiga Ali tidak ada dalam keteria lelaki yang Kaka inginkan."
"Lebih baik Kaka pikirkan lebih dulu, karena Kinar tidak mau kalau Kaka nanti menyesal."
"Kenapa kamu tidak senang? Seharusnya kamu senang kalau aku ingin berpisah dengannya jadi kamu bisa memperjuangkan cintamu."
"Kinar memang mencintai Kang Ali, Kinar memang kecewa saat Kang Ali lebih memilih Kaka, tapi di sisi lain Kinar juga bahagia karena Kaka di nikahi lelaki yang tepat, dari awal bukan hanya ke dua orang tua kita yang tidak setuju, Kinar juga tidak setuju Kaka menikah dengan Kak Aska, mungkin Allah mengabulkan do'a Kinar dengan menggantikan Kak Aska dengan Kang Ali."
Kinanti menghela napas kasar saat mendengar ucapan dari adiknya.
"Kang Ali itu lelaki yang sangat ta'at agama Kak, Kinar percaya kalau Kang Ali bisa membimbing Kaka lebih baik lagi hingga ke jalan yang di ridhoi oleh Allah, jalan yang sudah lama Kaka tinggalkan semenjak Kaka berpacaran dengan Kak Aska."
Kinar menghela napas kasar saat mendengar adiknya menasehatinya, ia memang sangat jauh dari ajaran agama semenjak berpacaran dengan Aska.
"Allah itu baik, telah mengirim Kang Ali untuk Kaka, mungkin ini adalah jalan agar Kaka mengikuti ajaran agama yang sudah di tetapkan."
"Tetap saja Kaka tidak mau memiliki suami anak kecil."
Ali yang awalnya akan ke kamar, ia mendengar semua percakapan istrinya bersama adik iparnya membuat ia beristighfar sambil mengelus dada.
Ali merasa sangat kecewa saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut istrinya kalau istrinya menerima ia hanya agar tidak menanggung malu.
Tadinya Ali ingin segera mengajak istrinya pindah hari ini juga karena ia tidak mau melukai hati Kinar, ia tau kalau Kinar mencintainya dari awal Kinar masuk pesantren.
Bahkan Ali tau alasan Kinar masuk pesantren karena mencintainya, itu kenapa Ali selalu mengatakan pada Kinar, berubahlah karena Allah, jangan berubah karena sesaorang, saya takut tidak sesuai harapan, kalimat itu selalu di ucapkan olehnya.
Walau pun Kinar tidak menyatakan perasaannya secara terang-terangan, tapi Ali tau kalau Kinar mencintainya. Setelah mendengar percakapan istrinya bersama adik iparnya Ali memutuskan untuk ke kamar, ia hanya duduk di sofa sambil menatap langit-langit kamar istrinya.
Namun tiba-tiba mata Ali menatap dingding yang ada sebuah foto Gadis kecil, ia langsung berjalan mendekati foto itu, bukan Gadis kecil yang ada di foto itu yang membuat ia penasaran, tapi kalung yang di pakai oleh Gadis kecil yang membuatnya penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rahma AR
nah lo
2023-04-02
1
mom mimu
wahhh gadis kecilnya siapa ya, Kinan apa Kinar ya??? makin penasaran kak, lanjut lagi, semangat 💪🏻💪🏻💪🏻
2023-03-03
1
Syifanya
jgn2 ali ma kinan pernah ad sesuatu waktu kecil..
2023-03-03
2