Mall

Arka menatap Cinta yang saat ini sedang menyantap makanan dengan begitu lahapnya seolah gadis itu sudah tidak makan setelah sekian lama. Dia pun seketika merasa bahwa dirinya kurang bersyukur selama ini.

Harta yang melimpah tidak serta merta membuatnya merasa puas. Rumah yang besar pun tetap saja membuat hidup seorang Arka Wijaya merasa kesepian. Bahkan dirinya merasa menjadi orang yang paling sempurna, melupakan bahwa masih ada orang di bawahnya yang membutuhkan harta yang dia punya dan melupakan untuk berbagi.

"Pelan-pelan, Cinta. Nanti kesedak lagi lho," imbuh Arka tertawa kecil.

"Iya, Mas Arka. Makanan ini enak banget soalnya,'' jawab Cinta dengan mulut yang penuh dengan makanan.

Arka hanya tersenyum kecil, semakin lekat menatap wajah Cinta penuh rasa kagum sebenarnya. Jantung Arka seketika berdetak kencang. Betapa dia merasa kagum dengan gadis belia bernama Cinta tersebut.

"Kalau sudah selesai, saya akan membawa kamu ke suatu tempat, mau?"

"Kemana, Mas?"

"Ke mall."

"Ke mall? Jujur aja aku sama sekali belum pernah jalan-jalan ke mall. Selama ini aku hanya melihat yang namanya mall itu di televisi.''

"Serius?"

Cinta menganggukkan kepalanya seraya tersenyum kecil.

"Baiklah, saya akan membawa kamu ke sana. Kamu juga bebas membeli apapun di sana. Kalau kamu mau, kamu juga bisa membelikan oleh-oleh buat saudara-saudara kamu di panti. Sebenarnya saya sedang ingin berbagi.''

"Mas Arka serius? Tapi panti tempat tinggal aku itu jauh lho. Butuh waktu selama 5 jam perjalanan untuk sampai ke sana."

"Tak apa-apa, kebetulan hari ini saya sedang malas datang ke kantor."

"Terima kasih, Mas. Saya memang sedang kangen banget sama ibu Fatimah dan saudara-saudara saya yang lain," ucap Cinta tersenyum lebar. Senyuman yang membuat hati seorang Arka merasa berdebar.

* * *

Arka benar-benar membawa Cinta jalan-jalan ke mall. Gadis itu nampak merasa kagum menatap sekeliling mall yang terlihat lebih luas dari yang dia lihat di dalam televisi selama ini. Cinta bahkan membuka mulutnya lebar, menatap satu-persatu orang yang sedang berlalu-lalang.

"Jadi ini yang namanya Mall? Astaga, saya tidak menyangka bahwa tempat ini lebih besar dari yang saya lihat di televisi selama ini," decak Cinta dengan kedua mata berbinar.

"Hmm ... Seperti inilah mall. Megah bukan?"

Cinta menganggukkan kepalanya.

"Sekarang bilang sama saya, apa yang ingin kamu beli? Pakaian? Perhiasan? Atau tas, sepatu? Kamu tinggal bilang saja, kamu bebas membeli apapun yang kamu inginkan," tawar Arka tulus.

"Saya tidak butuh pakaian bagus atau semua yang Mas Arka katakan tadi. Sebenarnya, yang kami butuhkan di panti adalah perlengkapan sekolah. Banyak dari kami yang harus memakai tas yang sama selama 3 tahun lamanya, bahkan sampai lulus pun kami tidak sanggup membeli tas baru ataupun sepatu baru," jawab Cinta seketika kembali mengingat saat-saat dirinya masih tinggal di panti asuhan.

"Kalau itu pasti saya belikan. Kalau perlu saya akan menyewa mobil pick up untuk mengangkut semua itu. Maaf bukannya sombong, tapi saya punya banyak uang lho.''

"Hah? Mas Arka serius?"

Arka menganggukkan kepalanya.

"Wah, beruntung sekali saya di pertemukan dengan orang sebaik Mas Arka ini."

"Oleh karena itu, berhenti mengkhawatirkan saudara-saudara kamu. Sekarang kamu pikirkan diri kamu sendiri, barang apa yang benar-benar kamu inginkan. Jangan sungkan, bilang saja.''

"Hmm ... Sebenarnya--" Cinta menahan ucapannya merasa sungkan tentu saja.

"Apa? Bilang saja."

"Eu ... Saya belum pernah memiliki benda yang bernama ponsel, tapi gak usah di belikan Mas. Harga ponsel 'kan mahal.''

"Hmm ... Saya punya toko ponsel langganan di mall ini. Kamu ikut saya, akan saya belikan ponsel canggih keluaran terbaru bulan ini," ucap Arka, seketika meraih pergelangan tangannya lalu menggandeng gadis itu menuju toko ponsel yang dia sebutkan tadi.

"Tapi, Mas--"

"Gak usah tapi-tapian."

Cinta hanya bisa tersenyum senang, tapi juga merasa tidak enak sebenarnya. Apa tidak apa-apa jika dirinya meminta untuk dibelikan barang mahal seperti itu? Mengingat bahwa mereka balum lama saling mengenal. Cinta seketika merasa dilema.

Akhirnya mereka berdua pun sampai toko yang di maksud. Sebuah toko Seluler yang khusus menyediakan ponsel mahal juga masih gres tentu saja. Arka meminta gadis itu untuk duduk di tempat yang memang sudah disediakan, sementara dirinya memilihkan ponsel untuk gadis bernama Cinta itu.

"Mas, bawakan saya ponsel canggih keluaran terbaru ya," pinta Arka kepada pelayan toko tersebut.

"Baik, Tuan. Di tunggu sebentar ya."

Arka hanya menganggukkan kepalanya samar.

"Ponselnya jangan yang mahal-mahal Mas Arka, yang biasa aja," pinta Cinta seraya menatap satu-persatu ponsel yang terpajang rapi di dalam etalase.

"Kamu tenang saja, Cinta. Saya akan pilihkan ponsel yang paling bagus. Kamu tidak usah memikirkan soal harga, oke?"

Cinta diam tidak menanggapi. Matanya fokus menatap satu-persatu benda pipih yang masih terbungkus rapi di dalam etalase. Tidak lama kemudian, sang pelayan pun datang dengan membawa dua jenis ponsel dari merk ternama. Pelayan itu pun meletakan benda tersebut di atas meja.

"Ini, Tuan. Dua ponsel ini adalah ponsel tercanggih dan juga termahal saat ini,'' ucapnya kemudian.

"Harganya berapa, Mas?" tanya Cinta merasa penasaran.

"Masing-masing harganya sekitar 15 jutaan, Mbak.''

"Apa? Li-ma be-las juta?" tanya Cinta merasa terkejut tentu saja. Uang sebanyak itu saja dia belum pernah melihatnya, dan sekarang dirinya harus membeli barang seharga 15.000.000,00 sungguh sesuatu yang sulit di ungkapkan dengan kata-kata.

"Gimana? Apa kamu suka? Kamu suka yang warna apa? Biru atau merah?''

Glegek!

Cinta seketika menelan ludahnya kasar. Apa dirinya sedang bermimpi sehingga apa yang menjadi mimpinya selama ini menjadi kenyataan?

"Cinta?" tanya Arka seketika membuyarkan lamunan seorang Cinta.

"Hah? Eu ... Iya, Mas."

"Saya tanya kamu tadi, kamu mau warna apa?" Arka mengulangi pertanyaannya.

"Eu ... Apa harga ponsel ini tidak kemahalan, Mas Arka. Uang 15 juta itu tidak sedikit lho. Nanti kalau Mas bangkrut karena uangnya habis di beliin ponsel ini gimana?'' tanya Cinta dengan begitu polosnya.

"Hahahaha! Cinta, uang saya gak akan habis hanya karena saya membelikan kamu ponsel seharga 15 juta saja. Sekali lagi maaf, bukan maksud saya untuk sombong, tapi harta yang saya miliki ini tidak akan habis selama 7 turunan. Selama ini saya hanya fokus mencari dan mengumpulkan uang sampai saya melupakan untuk berbagi kepada orang yang membutuhkan.'' Ujar Arka menatap lekat wajah Cinta membuat gadis itu merasa gugup dan salah tingkah tentu saja.

BERSAMBUNG

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!