Tempat Tinggal Sementara

"Kita pulang sekarang," pinta Arka berdiri tepat di samping Cinta yang saat ini duduk di kursi di dalam ruangan pemeriksaan.

"Maaf, Tuan. Tapi aku gak punya tempat untuk pulang. Aku belum menemukan tempat tinggal sama sekali,'' lemah Cinta dengan nada suara berat.

"Hmm ... Begitu rupanya."

Arka nampak terdiam sejenak. Dia pun menatap wajah Cinta dengan tatapan iba. Sebenarnya, dirinya ingin sekali menawarkan bantuan untuknya, tapi dia tidak yakin kalau gadis ini akan menerima bantuan darinya. Namun, apa salahnya mencoba, bukankah dia hanya ingin berniat baik?

Arka menarik napas berat lalu menghembuskannya secara perlahan. Dia pun akan menawarkan bantuan itu kepada Cinta. Dirinya pun menghembuskan napasnya secara perlahan sebelum dia mengutarakan apa yang akan dia ucapkan.

"Begini--"

"Bisakah Tuan membantu saya?" Sela Cinta membuat Arka menghentikan ucapannya.

"Tentu saja, katakan apa yang bisa saya bantu?" tanya Arka kemudian.

"Bisakah Tuan mencarikan saya tempat tinggal. Hanya Tuan orang yang aku percaya saat ini. Maaf kalau saya merepotkan Tuan.''

Bagaikan pucuk di cinta bulan pun tiba. Arka tidak perlu bersusah payah menawarkan bantuan kepada gadis ini karena dia sendiri yang meminta bantuan kepadanya. Laki-laki itu pun tersenyum lebar merasa senang tentu saja.

"Tentu, Cinta. Dengan sedang hati saya akan membantu kamu. Eu ... Kalau kamu tidak merasa keberatan, kamu bisa tinggal sementara di rumah saya sampai kita menemukan tempat tinggal untuk kamu.''

"Di rumah, Tuan? Eu ... Apa istri Tuan akan baik-baik saja nantinya?"

"Istri? Saya belum menikah Cinta. Saya masih bujangan ko. Di rumah saya hanya tinggal sendiri, lebih tepatnya saya tinggal sama seorang asisten rumah tangga.''

Cinta terdiam seolah sedang berfikir. Apa tidak akan ada masalah nantinya jika dia tinggal di rumah orang yang baru saja dia kenal? Bukankah akan lebih baik jika dirinya mengontrak atau ngekos satu kamar? Tapi, dia tidak ada pilihan lain lagi. Cinta seketika merasa dilema.

"Kamu tidak usah khawatir, saya bukan orang jahat ko. Lagi pula kita tidak hanya tinggal berdua saja di sana, ada bibi, asisten rumah tangga yang setiap hari menginap di rumah saya juga.''

"Eu ... Maaf jadi merepotkan, Tuan."

"Tidak apa-apa, saya tulus membantu kamu ko. Kita pulang sekarang?"

Cinta menganggukkan kepalannya tidak ada pilihan lain. Dirinya pun mencoba untuk berdiri tegak dengan di bantu oleh Arka tentu saja. Luka di lututnya benar-benar masih menyisakan rasa sakit membuatnya merasa kesulitan untuk hanya sekedar berdiri apalagi berjalan.

Arka memapah gadis itu untuk berjalan keluar dari dalam ruangan tersebut dan akan membawa gadis itu ke rumahnya. Laki-laki itu benar-benar merasa iba melihat dan mendengar kisah hidup gadis yang sebenarnya baru dia kenal. Dia pun berniat akan membantu gadis itu untuk mencari ayahnya.

* * *

Sesampainya di kediaman Arka.

Ceklek!

Pintu rumah pun di buka. Arka mempersilahkan Cinta untuk masuk ke dalamnya. Bibi yang saat ini sedang melakukan pekerjaan sehari-hari tentu saja merasa terkejut karena majikannya itu tiba-tiba saja pulang dengan membawa seorang gadis cantik.

"Selamat sore, Tuan," ucap sang bibi membungkuk hormat.

"Bi, siapkan kamar untuk gadis ini. Perkenalkan namanya Cinta, dia akan tinggal sementara di rumah ini,'' titah Arka kemudian.

"Baik, Tuan,'' jawab Bibi patuh, dia pun mengalihkan pandanganya kepada gadis yang saat ini berdiri tepat di samping Arka.

"Silahkan ikut saya, Nona," pinta Bibi kemudian.

"Ba-baik," jawab Cinta merasa gugup tentu saja.

"Tunggu, Cinta."

Cinta menghentikan langkah kakinya.

"Iya, Tuan."

"Setelah kamu istirahat, saya ingin mengobrol sama kamu. Saya akan membantumu untuk mencari keberadaan ayah kamu itu.''

"Tuan serius mau membantu saya mencari ayah?" Kedua mata Cinta seketika berbinar merasa sedang tentu saja.

"Iya, tapi pulihkan dulu luka di kaki kamu. Kata Dokter kamu tidak boleh terlalu banyak bergerak dulu.''

"Baik, Tuan. Terima kasih. Saya benar-benar beruntung bertemu dengan orang sebaik Tuan. Saya sangat-sangat berterima kasih."

Arka hanya teesenyum kecil.

"Bi, bantu Cinta berjalan. Lututnya terluka,'' pinta Arka dan langsung di jawab dengan anggukan patuh oleh wanita paruh baya tersebut.

Pelan tapi pasti, bibi pun membantu Cinta berjalan menuju kamar yang akan dijadikan tempatnya untuk bernaung sementara ini.

"Terima kasih, Bi," ucap Cinta menatap wajah bibi dengan tatapan sayu.

"Sama-sama, Non. Kamar Nona ada di belakang. Saya akan bantu Nona."

Cinta menganggukan kepalanya lalu berjalan secara beriringan dengan Bibi tentu saja. Sampai akhirnya mereka berdua pun sampai di kamar tersebut.

Ceklek!

Pintu kamar pun di buka, keduanya masuk ke dalam kamar kemudian.

"Ini kamar Nona. Tuan meminta Nona untuk beristirahat, saya akan siapkan makanan untuk Nona."

"Terima kasih, Bi."

"Sama-sama,'' jawab Bibi. Dia segera keluar dari dalam kamar tersebut setelah memastikan gadis bernama Cinta itu berbaring di atas ranjang dengan nyaman.

Ceklek!

Blug!

Pintu kembali di buka dan tutup kemudian setelah Bibi kaluar dari dalam kamar tersebut. Sepeninggal Bibi, Cinta pun bangkit lalu duduk tegak, matanya nampak menatap sekeliling kamar dengan tatapan mata berbinar. Kamar tersebut benar-benar luas, dia bahkan belum pernah tinggal di kamar yang seluas itu.

Ranjang dimana tempatnya duduk saat ini bahkan terasa empuk, Cinta menggoyangkan tubuhnya secara berkali-kali. Dirinya tidak pernah merasakan berada di kamar seluas ini apalagi tidur di ranjang besar dan juga empuk seperti ini.

"Ya Tuhan, kasurnya empuk sekali. Di panti, aku bahkan harus berbagi kamar dengan penghuni lain. Ranjangnya juga tidak seempuk ini," gumam Cinta terus saja menggoyangkan tubuhnya sedemkian rupa. Andai saja kedua lututnya tidak sedang terluka, mungkin dirinya sudah berdiri dan loncat-loncat di atas ranjang tersebut.

"Hmm ... Tapi tetap saja. Rasanya pasti akan lebih menyenangkan jika aku berbagi tempat tidur ini dengan teman-teman di panti. Ibu Fatimah, aku kangen ibu," lirih Cinta seketika menghentikan gerakan tubuhnya dan termenung saat mengingat teman-temannya di panti yang sudah dia anggap seperti saudara sendiri.

* * *

Keesokan harinya.

Cinta merentangkan kedua tangannya. Dia pun mengedipkan pelupuk matanya pelan saat sinar matahari terasa hangat menyentuh permukaan wajahnya kini. Sampai akhirnya, kedua matanya pun terbuka sempurna.

"Huaaa! Tidur aku nyenyak sekali, tidur di ranjang ini nyaman juga ternyata," gumamnya, dia pun bangkit lalu duduk tegak kemudian.

Tok! Tok! Tok!

"Cinta, ini saya. Apa kamu sudah bangun? Boleh saya masuk?" tanya Arka di luar sana.

"Masuk, Tuan. Saya sudah bangun," jawab Cinta kemudian.

Ceklek!

Pintu pun di buka lebar. Arka masuk ke dalam kamar lalu berdiri tempat di tepi ranjang.

"Gimana tidur kamu, Cinta?"

"Tidur saya nyenyak sekali, Tuan."

"Syukurlah, saya tunggu kamu di ruang makan. Kita akan mulai mencari ayah kamu, tapi saya membutuhkan beberapa informasi tentang ayahmu itu."

Cinta merasa senang tentu saja, dia menatap wajah Arka dengan tatapan sayu juga merasa terharu. Apakah Arka adalah malaikat yang kirimkan oleh Tuhan untuknya? Kenapa dia begitu baik terhadapnya, padahal mereka baru saja bertemu selama satu hari.

BERSAMBUNG

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!