Bella masih diam menetapkan hati dan pikiran agar tetap dalam kendalinya. Ia sadar bahwa pengaruh masa lalu masih melekat merasuk menggerogoti kepercayaan yang selalu ia tegakkan. Perlahan menghirup oksigen begitu dalam, lalu mengembuskan seraya membuka kelopak matanya. Tak lupa menyunggingkan senyum agar sang suami tidak khawatir.
"Ya Allah, Bella. Jangan bikin khawatir begitu, kamu tahu 'kan bagaimana aku ...," ucapan Azzam terhenti karena Bella menggelengkan kepala, sontak ia hanya bisa melantunkan istighfar dari dalam hati. "Istirahat di kamar, ya. Ayo biar aku anter."
"Mas, boleh aku ketemu Diana?" tanya Bella sembari beranjak dari tempat duduknya.
Selama beberapa bulan terakhir rasa rindu semakin menumpuk. Entah kenapa hatinya ingin sekali bisa bertemu Diana sahabatnya. Padahal sekarang tempat mereka saling berjauhan. Dimana ia berada di Jakarta, sedangkan sang sahabat di Semarang Jateng. Tentu bisa menjadi kendala untuk melakukan pertemuan seperti biasa.
Apalagi kehidupan mereka sama-sama sibuk mengurus pekerjaan dan keluarga. Azzam tak tega melihat raut wajah sendu Bella yang tampak benar-benar berharap bisa memeluk sahabat kesayangan di masa ini. Akan tetapi, situasi tidak mengizinkan ia untuk melepas sang istri tanpa pengawasan.
Saat ini, semua masih aman. Pertanyaannya adalah sampai kapan ketenangan keluarga mereka diselimuti rasa takut? Sebagai suami sekaligus ayah dari dua anak, maka tanggung jawabnya lebih besar lagi. Satu ketenangan yang tersisa karena Bella belum tahu keadaan Najwa, putri mereka.
Alih-alih menjawab, Azzam hanya mengantar Bella kembali ke kamar pribadi mereka. Dibiarkannya sang istri istirahat dengan berbaring di dalam kamar, sedangkan ia menjaga seraya memeriksa laporan para santri yang belajar ilmu tafsir. Sayangnya angan tetap berada dalam genggaman tangan.
"Jika malam itu mengakhiri segala-galanya. Kenapa putri ku bisa memiliki potongan batu permata merah milik Pangeran Iblis?" Azzam memangku wajahnya dengan kedua tangan, tatapan lurus ke depan tanpa arah tujuan. "Apa karena Najwa terlahir di malam purnama gerhana? Apakah kelahiran anakku memiliki tujuan lain?"
Pertanyaan demi pertanyaan yang tidak bisa mendapatkan jawaban. Bagaimanapun setelah semua yang terjadi, ia hanya fokus mengurus penyembuhan Bella, lalu membesarkan anak-anak seraya menjadi pemimpin pondok pesantren dan mengembangkan usahanya agar bisa menopang kehidupan banyak orang.
Tanpa Azzam sadari, bahwa takdir yang telah digariskan berbelok pada arah yang sama. Pria itu mencoba untuk mencari titik permasalahan dari akarnya, sedangkan mereka yang berasal dari dunia lain berusaha mendapatkan kekuatan yang bersemayam di dalam tubuh Najwa.
Sementara remaja itu hanya ingin keluarganya tetap dalam keadaan aman, bahkan rasa sakit yang kini menyergap mencengkram lehernya terasa begitu menyakitkan. Rasa kantuk yang mendera terus ia lawan hingga kesadarannya mulai kembali, tetapi yang terjadi semakin membingungkan. Begitu matanya terbuka hanya ada kegelapan.
"Abi!"
Hening.
"Bunda!"
Hening.
"Emir!"
Hening.
Panggilan yang ia pikir akan mendapatkan sahutan, ternyata nihil. Diantara kegelapan dan dirinya hanya ada kesunyian dengan embusan angin yang membuat bulu kuduk meremang. Ia tidak tahu ada dimana, bersama siapa dan untuk apa. Seseorang pasti menunggu dengan maksud dan tujuan yang tidak bisa ditebaknya.
Suara hembusan angin terdengar semakin jelas, "Semilir dingin menyebarkan aroma melati yang sama seperti di kamar setiap waktu di saat langkah kakiku baru dari luar rumah. Apa artinya aku di alam lain?"
Tebakan yang tepat, membuat Najwa mendapatkan hadiah pertama yaitu sorot cahaya yang akan menjadi petunjuk keluar dari ruang kehampaan. Akan tetapi gadis itu masih tidak paham, kenapa ia ada di tempat asing tanpa tujuan bisa dirinya mengerti.
Bukankah ia tadi terlelap karena kelelahan dan masih dalam keadaan tidak fit, lalu ada tangan yang mencoba membunuhnya hingga berakhir di tempat kegelapan, setelah sesaat ia merasa berhasil bangkit dari mimpi tak berujung. Kemudian apa yang terjadi sekarang?
Ditengah kebingungan antara percaya dan keraguan, Najwa memejamkan mata. Gadis itu memusatkan diri melepaskan seluruh beban pikiran diiringi lantunan dzikir tak berkesudahan. Kegelapan semakin memudar berganti pemandangan lain yang seketika membuat tubuhnya terhuyung ke belakang.
Ia tidak mampu menahan diri hingga terkejut begitu mata batinnya terbuka, lalu melihat sekeliling tempatnya berdiri. Aroma melati yang sedap ternyata samaran yang berasal dari aroma bangkai begitu menyengat, entah ia ada dimana hanya saja jelas bukan alam manusia. Kenapa bisa jadi seperti ini?
Nak, dengarkan Abi. Letakkan tangan kananmu ke dada, lalu rasakan aliran permata merah yang berdetak di jantungmu. Biarkan ia menunjukkan jalan keluar sebagai teman belahan jiwamu.~ucap batin Azzam yang berada di alam manusia seraya menyalurkan energinya agar Sang Putri tetap dalam penjagaan.
Niat awal ingin memberikan buku sejarah yang ia tulis sendiri sebagai dokumentasi. Sayangnya begitu masuk ke dalam kamar justru melihat tubuh putrinya kejang dengan ujung kaki mulai berwarna biru. Wajah Najwa pucat tanpa ada sari kehidupan, sedangkan suara detak jantung terdengar begitu cepat. Ada yang berniat membawa remaja itu untuk meninggalkan alam manusia.
Lingkaran cahaya doa membantu menjaga kehangatan tubuh Najwa, tetapi gadis itu harus berjuang seorang diri di alam lain. Bagaimanapun jiwa putrinya sudah bersatu dengan kekuatan permata merah, walau ia tidak tahu apa kegunaan dan manfaat untuk manusia. Permata merah tidak seharusnya berada di luar kerajaan iblis.
Kembali pada Najwa. Dimana gadis itu melangkahkan kaki berjalan lurus ke depan. Pijakan demi pijakan penuh perhitungan, "Bismillahirrahmanirrahim ...,"
Hatinya berusaha tegar menikmati pemandangan tak biasa seumur hidupnya. Langkah yang berteman bisikan gaib menyoraki agar ia berhenti, detik yang berlalu terasa semakin mencekam. Tiba-tiba suara jeritan melengking menyentak mengalihkan perhatiannya. Kegelapan kembali datang menyapa.
"Abii!" panggil Najwa dengan tubuhnya yang bergetar, bukan kegelapan yang ia risaukan, tetapi sesuatu yang terasa mencekal kedua kakinya.
Ia tidak tahu, siapa yang menahan kepergiannya. Sentuhan dingin bercampur tusukan tajam yang menancap. Seakan tangan besar pemilik kuku panjang menghalau niat hatinya untuk pergi meninggalkan ruang kehampaan hingga semilir angin beraura positif menyergap rasa takutnya hanyut memudar bersama kegelapan.
"Pergilah! Aku akan menahan mereka. Cepat!" titah bayangan cahaya putih yang terlihat mendapatkan serangan bola kegelapan secara bertubi-tubi.
Melihat itu, hatinya tidak tega. Akan tetapi, tubuh manusianya semakin lemah dan harus segera ditempati. Tak ingin menyia-nyiakan pengorbanan sosok yang membantunya. Gadis itu berlari menuju jalan keluar yang sudah ia ketahui. Cahaya yang menyorot dari atas. Sinar cahaya yang menyentuh jiwa memudarkan esensi keberadaannya.
Hiduplah sebagaimana bundamu inginkan. Semua menjadi penebus dalam ketidakpastian. Ujian dan jawaban berakhir tanpa terpisahkan. Suatu hari nanti, jiwa raga mu akan siap menempuh perjalanan panjang. ~ucap sosok itu tersenyum bahagia karena jiwa Najwa sudah terbebas dari ruang kehampaan, tetapi kilatan amarah menyerbu menghantam sisa energinya.
"Roh Suci pengkhianat!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari
Benar, situasi saat ini benar - benar sedang tidak baik bagi Bella untuk bertemu sahabatnya itu. Ia harus menahan rindunya meski sudah lama
2023-04-20
1
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Asrita Sirnia
Obat rindu hanyalah bertemu, apalah daya jika memiliki seorang sahabat yang kini harus tinggal berjauhan dan tak bisa berjumpa dengan mudah. Pasti begitu menyedihkan
2023-04-20
1
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Acrika Gifasya
Banyak orang yang seperti ini, berpura - pura keadaannya baik - baik saja. Padahal pikiran dan hatinya sedang tidak bisa di sebut tenang karena di hantui cemas.
2023-04-20
1