~Tragedi membawa luka~
Mentari mengguyur tubuhnya dengan air. Dia juga menggosokkan sabun mandi ke tubuhnya.
Mentari menikmati hari-hari terakhirnya mandi di rumah dan menikmati suasana rumahnya.
Mentari menggosokkan shampo ke rambutnya. Acara pernikahannya akan segera digelar besok. Dia semakin menyiapkan mentalnya untuk menikah dengan pria pilihan kedua orang tuanya.
Mentari membilas tubuhnya dengan air bersih dan setelah tidak ada lagi sisa-sisa sabun serta shampo dia mengelap tubuhnya dengan handuk kering.
Mentari menggunakan pakaian di dalam kamar mandi. Dia juga menggosok giginya dan setelah selesai semua. Dia keluar dari kamar mandi menuju kamarnya.
"kejutan." Teriak Bulan.
Bulan membawa kotak hadiah untuk adiknya. Dia memberikan dengan wajah penuh keceriaan.
"Buat aku?" tanya Mentari sambil menutup pintu kamar.
"Iyah lah, 'kan kamu yang mau nikah. Jadi kakak kasih kamu hadiah." Bulan menarik tangan Mentari dan mereka duduk di tepi ranjang.
"Ini hadiah khusus yang kakak pesan untuk kamu. Janji kamu akan selalu menjaganya." Bulan tersenyum.
Mentari merasa sangat terharu dengan apa yang kakaknya lakukan untuk dirinya. Meski mereka hanya sebatas saudara sepupu. Perhatian dan kasih sayang mereka lebih kental dari adik kakak kandung.
"Terima kasih ya, Kak. Seharusnya aku yang kasih kakak hadiah. karena aku melangkahi kakak untuk menikah." Mentari menatap kotak hadiahnya.
"Hei. Enggak perlu. Itu hanya tradisi supaya yang dilangkahi merasa tidak bersedih. Kakak sama sekali tidak sedih. Malahan sangat bahagia dengan takdir ini."
Mereka berdua saling berpelukan. "Aku bersyukur memiliki kakak seperti Kak Bulan."
Mentari lagi-lagi bersyukur. Dia selalu bahagia dengan perhatian-perhatian sederhana dari kakaknya.
"Terima kasih." Sekali lagi Mentari mengucapkannya.
Kata orang memiliki kakak perempuan adalah anugrah terindah. Ada sosok yang bisa memberikan perhatian dan menjadi sandaran bagi kita di kala butuh bahu untuk bersandar.
****************
Hari semakin berlalu lebih cepat. Mentari dan keluarganya duduk di ruang tamu dan berbincang-bincang bersama sanak keluarga yang datang untuk menyaksikan pernikahannya.
"Mentari, kalau nanti sudah menikah. Jangan lupa main-main ke rumah Bibi dan Pamanmu ya?"
"Ya enggak mungkin lupa lah. Pasti nanti mentari akan main ke sana dengan suaminya," timpal ibu mentari.
Mentari hanya diam saja tak bergeming. Dia masih terus memikirkan perasaannya yang tak menentu. Dia juga masih ragu untuk meninggalkan kedua orang tuanya. baginya hari ini terasa begitu berat.
Menjadi anak penurut demi kebahagiaan orang tua atau menjadi anak pembangkang demi kebahagiaan sendiri.
Ini adalah suatu hal yang membuatnya berat. d QQia akhirnya memilih untuk pilihan pertama yaitu kebahagiaan orang tua.
****************
Malam berganti menjadi pagi. mereka semua sudah bersiap untuk pelaksanaan. Acara akan dilaksanakan di gedung serbaguna. Kedua mempelai dan juga keluarga mempelai pengantin berkumpul di gedung sejak subuh.
Pelaminan sudah menunggu raja dan ratu sehari itu untuk duduk berdampingan.
"Cantiknya kamu, Mentari." Ibu mentari memuji putrinya sendiri.
"Sangat cantik, riasannya pangling." Salah satu sanak saudara memujinya.
Semua sudah siap semua. Mentari di ajak untuk menuju tempat akad nikah. Dia berjalan perlahan karena memakai kain Sido Mukti ciri khas dari pakaian pengantin.
Saat mereka hampir sampai ke tempat akad nikah. Ada kabar yang sangat mengejutkan dan kehebohan yang membuat sebagian orang menjerit histeris.
Keluarga Mentari segera mencari tahu ada apa sebenarnya.
"Ada apa?" tanya ibu Mentari.
"Itu, calon pengantin pria. Dia ... Dia."
"Ada apa? Ada apa dengannya?"
Semua orang menjadi panik dan histeris.
Beberapa orang mulai berlarian. Begitu pula dengan bapak Mentari. Tikno menghampiri tempat orang berkumpul.
"Ada apa ini?" tanya Tikno.
Tikno bertanya kepada beberapa orang yang berdiri di sampingnya. Dia ingin masuk ke dalam ruangan tapi pintu masuk dipenuhi oleh orang yang bergerumul.
"Saya juga tidak tahu ada apa, tapi katanya ada yang pingsan."
Salah satu kerabat menjawab pertanyaan dari Tikno.
Tikno menjadi bingung. Dia bertanya siapa yang pingsan dan kenapa bisa pingsan.
Di ruangan lain Mentari dan ibunya sedang merasa khawatir. Katanya terjadi sesuatu kepada calon mempelai pria.
"Bu ada apa ini, bu."
Mentari menggenggam erat kedua tangan ibunya. Tangannya sudah berkeringat dan juga gemetar. Dia sangat khawatir di hari yang sakral ini sesuatu hal yang buruk terjadi.
Sebab beberapa hari sebelum terlaksananya acara pernikahan ini. Mentari bertemu dengan seorang pria. Pria itu datang dan menghampirinya. Dia mengingatkan Mentari kalau harus berhati-hati. Dia bilang jangan pernah percaya dengan orang terdekatmu.
Mentari tidak tahu apa maksud dari perkataan pria itu. Pria itu muncul dan pergi melalui pantai yang biasa Mentari datangi.
"Tidak mungkin. Itu semua hanyalah sebuah mimpi. Apa mungkin sesuatu? Apa mungkin pria yang datang kepadaku dalam mimpi itu adalah seorang malaikat? Tapi apa yang akan terjadi? Ada apa dengan calon suamiku itu?." Mentari membatin di dalam hatinya.
Mentari dan ibunya bergegas untuk pergi menuju ruangan di mana ruangan itu adalah ruangan rias khusus mempelai pria dan keluarganya.
"Eh Mentari." Bulan menghampiri mentari yang sedang berjalan menuju suatu ruangan.
"Kak Bulan syukurlah kamu di sini. Katanya ada sesuatu yang terjadi kepada calon suamiku."Mentari menceritakan berita yang ia dapatkan dari salah satu kerabatnya.
"Ada apa Tari? Ada apa dengan calon suamimu?"
Bulan yang baru saja datang dari toilet merasa tidak mendengar kabar apapun.
Bulan akhirnya menemani Mentari dan juga bibinya melangkah lebih maju untuk mendekat ke ruang rias pengantin pria.
"Pak Ada apa ini?"mereka bertemu dengan bapaknya Mentari di ambang pintu.
"Papa juga tidak tahu Bu. Tapi sepertinya ada sesuatu hal yang gawat yang terjadi."
Tikno dengan perasaan berat hati menyampaikan berita gawat itu. Meski dia belum tahu pasti apa yang terjadi di dalam.
"Anakku ... anakku."
Terdengar jelas gerungan seorang wanita sedang menangis dan memanggil-manggil anaknya.
"Pak sepertinya kita harus masuk."Ibu Mentari memaksa untuk melihat keadaannya agar mereka tahu dan jelas apa yang terjadi.
"Tapi mereka belum mengizinkan kita masuk Bu. Tadi Bapak sudah menawarkan diri untuk masuk. Mereka melarangnya."
Mentari merasa ini tidak benar. Apa mereka dihalangi untuk bertemu dan melihat keadaan. Sedangkan acara akad nikah akan segera dimulai. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi. Penghulu pasti sebentar lagi akan sampai.
"Pak kita harus masuk, sebentar lagi pak penghulu pasti datang."ujar Mentari.
"Permisi apakah kami boleh masuk?"tanya tikno kepada salah satu orang yang ada di depan pintu.
"Sebentar Pak Dokter sedang memeriksa kondisi dari calon pengantin."seorang orang kerabat dari calon mempelai pria memberitahu bahwa ada seorang dokter di dalam sana.
"Dokter? Sebenarnya apa yang terjadi?"
Semua memiliki rasa penasaran yang sama. Semua memiliki pertanyaan yang sama. Apa yang terjadi di dalam sana? Apa yang terjadi kepada calon mempelai pria?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments