Hetty membanting daun pintu sembari terengah-engah. Lain halnya dengan Kendranata yang tertawa dalam hati.
“Mentang-mentang baru lima kali hutang langsung di tawari nikah. Sakit jiwa!” gerutunya sambil menaruh belanjaan ke meja kaca. “Jadi nggak nafsu masak! Ampun, Marsudi...” Hetty berdecak sembari bersandar di kusen pintu.
Belum hilang rasa paniknya. Berulang kali suara gembok dan besi yang beradu dari gerbang rumahnya membuatnya menghela napas panjang. “Ngapain lagi Marsudi, nafsu banget dia!”
Hetty menyingkirkan tirai yang membatasi pemandangan dari luar atau dari dalam. Matanya melebar, tercengang ia melihat Kendranata memanjat pagar dan melompat masuk ke halaman rumah.
“Ya ampun si judes...”
Hetty melesat cepat seolah melayang tanpa jejak di lantai seraya menutup kuping Bramasta. Bocah yang sedang melahap keripik buah ‘the kripps lite’ itu berontak. Tangan mungilnya berusaha menyingkirkan tangan ibunya yang mengganggunya mendengar coco melon bernyanyi.
“Jadi patung dulu sayang.” bisiknya pelan.
Kendranata menyeringai di depan pintu, terhibur ia oleh situasi di harinya yang tak biasa oleh kelakuan Hetty yang nyaris mencicipi rasanya jantungan di usia muda.
“Bramasta... papa kw datang.” Kendranata berseru, meski jelas ucapan itu hanyalah untuk menambah kekesalan Hetty.
“Bramasta...” Kendranata mengetuk pintu berulang kali sampai pembantu dari samping rumah baik sekali memberitahunya dengan senyum kecut.
“Lewat belakang mas, baru jemur baju jam segini!”
Jemur baju?
Kendranata dan Hetty berjalan sama cepatnya menuju satu-satunya pintu yang terbuka di rumah itu. Keduanya bertemu saat Hetty hendak menutup pintu.
Kendranata menyembunyikan senyumnya saat kepanikan di wajah Hetty terlihat kentara.
“Untuk apa ke sini?” tanya Hetty sinis sambil berkacak pinggang.
Kendranata mengawasi suasana pagi di dalam rumah Hetty sambil mengulurkan oleh-olehnya. “Untuknya.”
Tanpa menunggu jawaban Hetty, Kendranata menaruhnya di meja resik tanpa hiasan.
“Panggilkan Brama biar saya jaga selagi kamu masak.”
Hetty berdecak dalam hati. Kepalanya yang masih mengepulkan kelakuan Marsudi jelas membuatnya mampet. Ia melebarkan daun pintu yang tadinya setengah tertutup.
“Masuk aja ke dalam, Brama lagi nonton tv.” kata Hetty malas.
Kendranata memasukkan kedua tangannya di saku celana. “Saya tetap tunggu di sini.”
Jawaban itu mengejutkan Hetty. Seolah ia tetap menilai Kendranata dan Pranata memiliki sifat yang sama. Pranata menyukai suasana sepi dan tak sungkan untuk bertemu tanpa jarak, sedangkan lelaki di depannya itu misterius. Hetty tak bisa menebak secuil pun meski ia sangat mengenal kembarannya sampai bagian terdalam tubuhnya.
“Brama... sini... di cari papa.” seru Hetty.
Mendengar seruan itu, Bramasta membalikkan badan dan berdiri pelan-pelan. Bibirnya mengumandangkan kata papa... papa berulang kali.
Dicari papa? Klaim seorang diri. Kendranata mendengus seraya berjongkok ketika Hetty menyingkirkan dari ambang pintu, membiarkan langkah tertatih yang tergesa Bramasta ke arah Kendranata.
“Papa... papa...” tubuh mungil itu menubruk tubuh padat Kendranata yang bidang dan nyaman.
Hetty memaling wajah. Pipinya merona. Kelakuan Bramasta mengingatkannya pada rentetan peristiwa yang sering ia lakukan bersama Pranata. Tubrukan itu menyenangkan memberi kehangatan peluk yang menenangkan dsn kini kehangatan itu dialami Bramasta dalam pelukan Kendranata.
Apa pelukan Kendranata juga sama?
Seulas senyum kecil terlihat di bibir Hetty seolah ada sentuhan baru yang meraba sekujur tubuhnya sekarang. Hetty terbuai akan ekspetasi yang tak seindah realita.
Kendranata terbatuk dengan sengaja. Buyar sudah lamunan Hetty yang terbang ke nirwana, ia menundukkan kepala dan semakin membuang wajahnya menjauhi tatapannya.
“Kau sebaiknya masak, lakukan sesuatu pada belanjaanmu yang sudah kamu beli tadi.” ucap Kendranata.
Tak ada yang lebih bagus selain mengiyakannya dengan anggukan. Hetty gegas ke kamar, membasuh muka di wastafel seolah berusaha menghilangkan rona merah di pipinya.
“Bisa-bisanya pikiranku begini. Oh Pranata, aku memikirkan kembaranmu tapi dengan sentuhanmu.”
Hetty meraba kedua lengannya seraya mengusapnya perlahan sambil memejamkan mata.
“Aku rindu kamu, Pra.”
Kendranata berdehem di ambang pintu sambil menggendong Bramasta. Sementara Hetty kembali terintimidasi realita, ia menurunkan kedua tangan ke sisi tubuh seraya berbalik, menatap Kendranata yang melempar tatapan heran dengan sebelah alis terangkat.
Jangan sampai dia menebak isi kepalaku.
Kendranata menurunkan Bramasta ke lantai. Bocah itu mengeluarkan aroma sulfida dan merkaptan dari dalam popok celana yang ia gunakan.
“Brama pup... saya tidak bisa mengurusnya...”
Kendranata angkat tangan. “Mandikan sekalian dia biar saya ajak jalan-jalan sementara kau bisa meneruskan mengusap-usap lenganmu sambil merem-melek.”
Sial.
Hetty melebarkan mata seraya menarik Bramasta dengan cepat sehingga wajah mungil itu menubruk lututnya. Bramasta merengek.
“Tidak ada jalan-jalan sebelum sarapan dan aku harus ikut!” katanya tegas. “Aku tidak mengizinkanmu membawa Brama seorang diri!”
Kendranata menaikkan bahu. ”Maka bersiaplah, mandi sekalian biar saya urus sarapanmu dan Brama.” Lelaki itu berbalik meninggalkan Hetty yang ternganga.
Hetty berdecak kecil. Sulit menerka apa mau Kendranata. Sebentar-sebentar judes bukan main, sebentar-sebentar cukup perhatian.
Dear laki-laki tiada guna ketampanan dan kekayaanmu itu jika dirimu tidak menentu alias plin-plan.
Sekali lagi, Hetty melempar tatapan kesalnya pada punggung Kendranata yang menjauh sebelum mengusap wajah anaknya sembari mengucapkan kata maaf.
Bramasta memasang wajah kecut tapi itu hanya selama ibunya memandikannya. Setelah kembali berpakaian rapi dan wangi bocah itu kembali ceria sambil mendekati Kendranata yang menyibukkan diri di depan kompor.
Dan seakan sudah mengira keberadaan bocah itu. Kendranata mendengus sembari menunduk.
Celotehan polos, kedua tangan mungil menempel di lutut dan kepalanya diselipkan di antara kedua kakinya. Kepala Bramasta menoleh ke kanan kiri seolah dua kaki jenjang miliknya adalah mainan baru tanpa perasaan.
“Anakmu, Pra. Anakmu, wah!”
Hetty tercengang di ambang pintu, batal bersuara setelah menyaksikan kelakuan anaknya dan Kendranata yang sekali dua kali menahan kepala Bramasta agar tak menyundul lato-lato miliknya.
“Rasain, emang enak.” batin Hetty seraya menutup pintu kamar. “Lagian pasti isinya seperti milik Pranata. Hiww...” Hetty mengulum senyum.
“Tapi males berkhayal, kedatangannya menambah berat masalah hidupku.”
Tak mau ambil pusing, ia memilih mandi lebih dari setengah jam sambil sesekali menikmati aktivitas yang jarang ia rasakan. Luluran, potong kuku, creambath, membersihkan komedo, dan kenikmatan lain yang tidak dapat ia cicipi selagi tidak ada orang yang mengawasi Bramasta.
Kendranata bahkan selesai numpang sarapan dan menyuapi Bramasta dengan bubur dan tambahan sup ayam buatannya di taman belakang rumah.
“Apa kau akan berangkat kerja sampai caramu bersiap-siap hanya untuk jalan-jalan melebihi wanita karir di perkantoran?” cibirnya sambil menumpuk mangkok di meja.
Hetty mendengus sambil memasang jepitan rambut. ”Aku sedang me time selagi ada papa gadungan Bramasta di sini, salah?” balasnya ketus.
Kendranata menurunkan Bramasta dari pangkuannya seraya berdiri bergitu dekat di hadapan Hetty.
“Mungkin salah jika kau menikmatinya dengan cara yang salah." Kendranata menarik sudut bibirnya setelah ucapannya mengendurkan tatapan sinis Hetty hingga menggantinya dengan tundukan kepala.
Kendranata tersenyum samar. “Sarapanlah, saya masih punya banyak waktu bersama Bramasta.”
Hetty mengerjapkan mata saat ia dengan santai menepuk pundaknya kemudian berbalik. Menggendong Bramasta ke pekarangan rumah tanpa mengatakan apa-apa lagi.
...( ◜‿◝ )♡...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
nuryani muntarom
please thor..bikinin sequelnya yg versi POV nya dominic dan pranata. Aq nyesek bgt tau gak thor sm oengkhianatan pranata ke rastanty & Dominic, lagian knpa jg Dominic nya diem wae ditikung sm pranata padahal Dominic kan lbh dulu suka sm rastanty
2024-06-04
0
zaskia nurcahayati
kak othor gak ada pov pranata kah??
2023-04-07
0
CebReT SeMeDi
pikirannya omes Mulu pula🤣🤣
2023-03-25
1