'A-apa-apaan ini? Kenapa rasanya bisa seenak ini?' Pikir Arvin setelah ia benar-benar memberikan layanan terbaik kepada Ashera, sampai Ashera sendiri saat ini sudah benar-benar pingsan di tempat. 'Tapi-'
Dengan tatapan sengitnya, Arvin pun menatap wajah Ashera dengan begitu tajam. Wajah Ashera yang terlihat sudah begitu tenang, dan karena itu pula, sekarang tidak ada perlawanan sama sekali.
Tapi, walaupun wanita yang saat ini berhasil memuaskan rasa laparnya itu adalah Ashera, sayangnya Arvin sendiri yang saat ini tengah berada di bawah kendali alkohol, tidak benar-benar melihat wajah Ashera dengan baik, selain menginginkan kepuasan lagi.
'Tapi sayangnya aku bahkan sama sekali belum puas. Karena kau sudah pingsan seperti ini ini kan membuatku jauh lebih mudah untuk menikmati tubuhmu," ucap Arvin dengan senyuman smirk, lalu ia pun kembali memeluk tubuh Ashera yang sudah terkulai lemas itu untuk Arvin nikmati lagi, lagi dan lagi, sampai Arvin akhirnya menemukan batasannya dan membuat tubuhnya lemas sampai akhirnya pingsan juga, dengan posisi masih memeluk tubuh Ashera.
_______________
PIP......PIP.....PIP.....
Jam alarm yang berdering itu sudah menunjukkan pukul lima sore.
Di bawah langit yang sudah menunjukkan langit berwarna jingga, dua tubuh yang saling berpelukan itu akhirnya mulai terusik dengan cahaya matahari yang menyerang tubuh mereka berdua.
"Ehmm..." Wajah yang semula diam dengan mata terpejam, tiba-tiba mengernyit. 'Apa ini? Kenapa tanganku terasa kebas?' Pikir Arvin, ia mulai sadar dengan tubuhnya dan terutama tangannya yang terasa kebas seakan di tindih sesuatu. 'Tunggu, tapi kenapa di bawahku terasa seperti masuk kedalam sesuatu yang hangat? Apa ini? Kenapa aku tiba-tiba merasakan sensasi ini?'
Arvin yang penasaran dengan apa yang sedang dirasakannya pada tubuhnya saat ini, Arvin pun membuka matanya dengan perlahan, dan betapa terkejutnya kalau pandangan yang awalnya terasa samar itu akhirnya sudah jelas.
Tapi yang menjadi permasalahannya saat ini adalah, 'Kenapa ada perempuan di sampingku?'
Dan perempuan yang di maksud oleh Arvin adalah Ashera.
"'S-sakit~" Lenguh Ashera dengan sebuah gumaman kecil yang disusul dengan mata yang kini sudah terbuka. Sayup-sayup sebuah gesekan di bawah sana kembali terjadi, dan membuat Ashera yang tadinya separuh sadar, langsung berteriak keras. "Akhhhh.....!"
Lalu teriakan itu pun di barengi dengan Ashera yang langsung mendorong tubuh Arvin dari sebelahnya dengan kuat, sampai akhirnya apa yang tadinya menusuk di area bawah sana, bisa tercabut juga.
"A-Arvin, k-kau, kau... Kau baj*ngan gila! Huwaahh!" Teriak Ashera dengan keras sambil memukul tubuh Arvin dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menutupi tubuhnya yang sebenarnya sudah sepenuhnya telanjang dengan menggunakan selimut putih besar itu, selimut yang bahkan sudah kusut karena pergulatan dari mereka berdua pagi tadi.
'Ah! Kenapa tenaganya kuat sekali? Sebenarnya dia siapa?' Pikir Arvin, ia sebenarnya sama sekali tidak tahu siapa perempuan yang kini sedang memukulnya terus menerus dengan kondisi sudah menangis histeris seperti itu.
"Arvin! Kau harus tanggung jawab! Tanggung jawab dengan apa yang kau lakukan kepa-" Tapi semua kalimat yang sedang Ashera katakan, sepenuhnya menghilang karena Arvin yang tiba-tiba saja menyela ucapannya dengan bentakan yang begitu keras.
"Diam!"
"T-tidak, aku tidak bisa diam, k-kau...kau sudah menodaiku." karena sempat ketakutan setengah mati dengan teriakan dari Arvin yang begitu keras, Ashera jadi berbicara dengan lirih.
"Ha?" Salah satu alis milik Arvin naik ke atas, "Bukannya kau yang duluan naik ke atas ranjangku ya?"
"A-apa?! Kau lah yang menarikku masuk ke sini dan malah meniduriku! Tapi kau malah menuduhku seperti itu?!" Marah Ashera dengan mata sudah sembab dengan air mata terus mengalir dan tidak bisa di hentikan, saking terkejutnya bahwa ia malah pingsan dan akhirnya benar-benar bahan pelampiasan naf*su dari laki-laki ini.
"Bukannya faktanya seperti itu, dengan dalih datang ke rumahku karena kau ingin mengirimiku sesuatu, kau sebenarnya ingin membuatku menidurimu kan?" Kata Arvin menatap sinis Ashera.
Sebenarnya ingatan Arvin masih samar-samar soal apa yang terjadi saat ia membuka pintu untuk Ashera.
Tapi demi melindungi dirinya sendiri dari fakta apapun yang sebenarnya terjadi, alhasil Arvin pun menuduh Ashera balik.
"Apa? Kau, jadi kau tidak mau tanggung jawab?" Tanya Ashera dengan wajah ragu-ragu.
"Jika kau takut hamil, kau kan hanya tinggal beli obat kontrasepsi, kenapa hanya seperti itu saja dibuat susah sih?" Beritahu Arvin sambil beranjak dari ranjang. Meskipun ia harus turun dari ranjang dengan kondisi masih telanjang, Arvin yang sama sekali tidak peduli dengan kesan Ashera terhadapnya, ia pun mengambil handuk kimono lalu memakainya.
Setelah memakai handuk tersebut untuk menutupi tubuh polosnya, dengan tatapan mata merendahkan, Arvin pun berkata lagi Ashera : "Tapi aku sarankan kau untuk makan obat kontrasepsi, apa kau mengerti?" Tanya Arvin sambil sedikit memiringkan kepalanya. "Jika mengerti, katakan ok." Imbuhnya lagi.
Ashera yang tiba-tiba saja terintimidasi dengan tatapan maut dai Arvin yang terlihat begitu tajam, seolah tatapan matanya akan menusuk tubuhnya, Ashera yang nyalinya tiba-tiba saja jadi ciut, jadi menundukkan kepalanya, dan melihat betapa kacau nya keadaan dari, baik itu tubuhnya, maupun tempat tidur yang menjadi saksi bisu atas perbuatan dari mereka berdua pagi tadi.
Dengan begitu ketakutannya, Ashera langsung menekuk lututnya dan memeluk lututnya sendiri dengan kepala langsung dibenamkan di atas kedua lututnya sendiri.
Arvin yang tidak bisa sabar itu, sontak langsung berjalan menghampiri Ashera yang ada di seberang tempat tidurnya dengan langkah lebar dan cepat, lalu dengan begitu kesal, Arvin pun jadi mengumpat dengan kata-kata yang begitu keras. "Kau dengar tidak! Apa kau tidak tahu bahasa manusia?!"
BRUK....
Dengan begitu kasar, Arvin langsung mendorong tubuh Ashera lagi ke belakang dan kembali menindih tubuh mungil itu dengan tubuhnya dan membentak lagi. "Apa kau perlu aku melakukan sesuatu lagi di tempat ini agar kau tahu kalau kau sekarang adalah wanita murahan?!" Arvin kembali membelai daerah kewanitaan milik Ashera yang sebenarnya masih basah itu.
"D-dengar! A-aku dengar!" Teriak Ashera dengan tubuh gemetar.
Selain karena gemetar sebab ia harus menahan de*sah*n nya sendiri, tubuhnya juga gemetar karena ia benar-benar takut dengan suara milik Arvin yang teryata begitu tinggi dan sangat menakutkan.
"Tapi meskipun kau mengatakan padaku agar aku minum obat kontrasepsi, tapi aku malu! Aku ..aku tidak berani beli." Tambah Ashera dengan nada gemetar, tak kuasa untuk menahan isak tangis miliknya yang kembali datang kepadanya, sebab ia sudah kembali dihadapi ketakutan terbesarnya saat melihat Arvin kembali menindih tubuhnya. "Apa..yang akan mereka pikirkan tentangku nanti? Aku tidak berani pergi."
"Ha? Apa aku harus peduli dengan permasalahanmu itu? Jika aku mengatakannya untuk beli, beli saja! Kenapa kau pakai memikirkan apa yang akan orang lain pikirkan tentangmu?!" Bentak Arvin lagi, tidak puas dengan alasan yang di jawab oleh Ashera kepadanya .
"Tapi aku sama sekali tidak bisa tidak peduli! Kalau bicara sih gampang, tapi aku benar-benar tidak berani! Pokoknya kau harus tanggung jawab, kau..hiks..kau harus tanggung jawab kepadaku, Arvin." Dan akhirnya isak tangis milik Ashera pun kembali pecah.
Hanya karena mencoba mengantarkan makanan, yang jadi santapan bukan makanan yang ada di rantang yang Ashera bawa, yang ada justru adalah dirinya lah yang menjadi santapan dari laki-laki di atasnya ini.
'Kenapa nasibku jadi seperti ini? Apa yang akan terjadi ke depannya? Bahkan jika sekarang aku makan obat kontrasepsi, tetap saja masih ada kemungkinan kalau aku hamil. Hiks, aku sangat takut, aku benar-benar takut.' Pikir Ashera dalam diam.
Mendengar Ashera tetap bersikukuh menuntut untuk bertanggung jawab kepadanya, Arvin menjawab dengan tegas. "Tidak bisa, aku tidak mungkin bertanggung jawab dengan menikahimu. Kau mau berapa? Lima ratus juta, atau satu milyar? Jika kau mengatakannya aku akan memberikannya kepadamu. Katakan saja apa yang kau mau, asal bukan soal pernikahan.
Dan lagian, memangnya akan ada yang tahu jika kau sudah aku perawani? Dengan sendirinya juga akan sempit kem-"
PLAKK!
Satu tamparan pun langsung mendarat di salah satu pipinya Arvin yang mulus itu.
"Kau-" Arvin sudah melotot, karena tamparan yang kuat itu.
"Mentang-mentang kau laki-laki, kau benar-benar menganggapku rendahan setelah kau menodaiku seperti itu?!" Karena amarahnya sudah ada di atas ubun-ubun, tiba-tiba nyalinya pun kembali datang sampai berani menampar wajah Arvin. "Jika bukan karena ada wanita, kau juga pasti tidak akan dilahirkan! Dan kau menganggapku sampai seperti itu?!
Dengar! Aku akan menuntut kepada Ibumu agar kau menikahiku!"
"Ha? Silahkan saja, lagian, Ibuku itu tidak mungkin akan mendengarkan ucapan dari perempuan miskin sepertimu.
Kau tahu sendiri kalau ibuku itu adalah orang yang pilih-pilih, jadi bahkan jika kau mengatakannya kepada Ibu atau Ayahku sekalipun, memangnya kau punya hak untuk menuntut mereka?
Kau dan aku bahkan beda level, jadi jangan berharap terlalu banyak soal itu bodoh!" Setelah berbicara dengan hal yang cukup menyakitkan seperti itu kepada Ashera, Arvin yang tadinya begitu marah, perlahan jadi tertawa senang, karena perempuan dibawahnya itu terlihat benar-benar akan mengadu kepada kedua orang tuanya Arvin.
Bagi Arvin, usaha yang akan dilakukan oleh Ashera termasuk adalah usaha yang akan sia-sia saja, dan itu juga sudah terlihat dengan jelas di wajah Ashera yang mulai panik, karena sadar diri kalau Ashera memang anak dari keluarga yang serba biasa-biasa saja.
Jadi dengan kata lain, Ashera cukup tahu kalau apa yang akan di adu adalah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Mommy QieS
vote mingguan untuk mu, Kak.
2023-12-12
1
Vellysia
Aku malah fokus ke pergulatan tadi pagi.
Selimut sampe kusut kebayang gulatnya menguras keringat. Hihihi ....
Saya hadir kak.
2023-07-11
0
Bangu Thry Wulandari
hadir kak
2023-03-29
1