NYAMAN BERSAMANYA

Divya menelepon Alex, ia meminta Alex untuk menemuinya di cafe xx. Alex langsung mengiyakan permintaan Divya dengan senang hati. Divya segera menuju ke sana. Ia berjalan menghampiri meja Alex, meja nomer lima.

" Sudah dari tadi?" Tanya Divya duduk di depan Alex.

" Baru saja." Sahut Alex menatap Divya.

Keduanya hanya memesan jus alpukat dengan susu cokelat.

" Aku tidak menyangka jika kau mengingkari ucapanmu sendiri, aku pikir hubungan kita benar benar berakhir saat kau pulang kemarin." Ucap Alex terkekeh.

" Tadinya aku mau seperti itu, tapi aku mengubah rencanaku. Aku yakin Damian masih sangat mencintaiku, jadi aku ingin membuatnya sakit sesakit sakitnya. Aku ingin dia hancur seperti dia menghancurkan aku. Aku ingin lihat bagaimana permainan ini berakhir." Ujar Divya menyesap minumannya.

" By the way apa kau sedang dekat dengan wanita lain? Kalau iya mending kita batalkan saja kesepakatan kita. Karena aku tidak mau kalau sampai aku di cap sebagai pelakor. Yang ada nanti aku nggak ada bedanya sama wanita itu." Ucap Divya menatap Alex.

Alex tersenyum manis ke arah Divya membuat hati Divya meleleh.

" Tidak.. Selama ini tidak ada wanita yang mampu menggetarkan hatiku. Hanya dirimu Divi." Sahut Alex.

" Hmm gombal." Ucap Divya tersenyum.

" Enggak sayang, beneran hanya kamu seorang yang akan selalu menjadi pujaan hatiku selamanya." Ucap Alex.

Divya tersipu malu, entah kenapa ia merasa senang berada di samping Alex.

" Aku berjanji setelah misi balas dendammu selesai, aku akan langsung menikahimu." Ucap Alex.

" Entah lah, saat ini aku tidak memikirkan ke arah situ. Yang aku pikirkan bagaimana caranya membuat kedua pengkhianat itu menderita. Aku tidak terima di khianati begitu saja setelah apa yang aku lakukan untuk Damian selama ini." Ucap Divya.

" Aku akan selalu mendukung semua keputusanmu. Dan aku akan selalu berada di sampingmu." Ucap Alex.

" Terima kasih, aku tidak menyangka jika kau orangnya mengasyikan juga." Ujar Divya.

" Oh ya kita kira aku harus panggil kamu apa ya? Kan nggak sopan kalau aku cuma panggil kamu nama. Secara kan kamu lebih tua dariku." Ujar Divya.

" Panggil ayang lah, kan aku ayang kamu." Sahut Alex membuat Divya melongo.

" Ayang? Kaya' abg aja, nggak mau ah." Ujar Divya.

" Ya udah panggil aku Mas aja, Mas Alex gimana? Biar kelihatan kalau kita ada hubungan gitu." Ujar Alex asal.

" Bagus juga, Mas Al." Ucap Divya.

Ucapan Divya membuat hati Alex berdesir. Ini untuk yang pertama kalinya karena selama ini ia tidak pernah merasakan hal ini pada wanita lain, sekali merasakan dengan istri orang.

" Bagaimana kalau sekarang kita nonton aja? Hilangkan beban pikiranmu dengan menonton film komedi mungkin, biar kita bisa ketawa tawa gitu." Ujar Alex memberi saran.

Divya nampak seidkit berpikir. Tidak ada salahnya menyetujui saran Alex, pikirnya.

" Boleh juga, ayo!" Ajak Divya.

Divya dan Alex meninggalkan cafe tersebut. Mereka menaiki mobil Alex menuju mall ternama di kota itu.

Sampai di sana Alex menggandeng tangan Divya masuk ke dalam, nampak pengunjung mall lain memadati mall tersebut.

" Mau langsung nonton atau mau jalan jalan dulu?" Tanya Alex menatap Divya.

" Gimana kalau jalan jalan dulu? Siapa tahu nanti aku tertarik sesuatu. Dan kau harus membelikannya untukku." Ujar Divya.

" Apa seorang pewaris Mahardika sudah kehabisan uang hingga kau memintaku untuk membelikan sesuatu?" Canda Alex.

Divya menghentikan langkahnya begitupun dengan Alex. Ia menatap Alex dengan seksama.

" Aku kekasihmu, jadi kau harus memberikan apa yang aku mau. Kalau kau tidak mau, lalu apa gunanya aku memiliki kekasih? Jadi jangan pelit pelit sama pacar sendiri." Ujar Divya.

" Kenapa kau seperti... " Alex menjeda ucapannya. Divya tahu betul apa yang akan Alex ucapkan selanjutnya.

" Ah iya ya.. Kenapa aku seperti wanita yang sedang morotin uang pacarnya? Astaga... Kenapa aku bisa begini?" Divya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Keduanya saling melempar pandangan lalu..

" Ha ha ha." Mereka tertawa lepas bersamaan.

Entah mengapa keduanya merasa bahagia hanya dengan tertawa bersama.

" Kau lucu sekali." Alex mengacak rambut Divya.

" Mas Al... Berantakan tahu." Ucap Fivya mengerucutkan bibirnya.

" Jangan gitu! Entar Mas khilaf lhoh." Ucap Alex.

" Apaan sih." Ucap Divya terkekeh.

" Ayo!" Ajak Alex menggandeng tangan Divya.

Keduanya menaiki eskalator menuju lantai atas, tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Damian dan Reva. Damian dan Divya saling melempar tatapan. Tiba tiba Divya mengapit lengan Alex dengan mesra, Damian mengepalkan erat tangannya menahan emosi yang siap meledak di dadanya.

" Apa ini yang kau maksud untuk tidak mencampuri urusanmu Divya? Selama ini aku tidak pernah melihatmu dekat dengan pria manapun, tapi ada apa dengan hari ini? Kenapa kau terlihat begitu dekat dengannya? Siapa dia? Apa dia kekasihmu? Apa kau berniat untuk membalasku? Aku tidak akan membiarkanmu bersama pria lain sayang, aku memang melakukan kesalahan, tapi aku tidak mencintai Reva. Aku hanya mencoba bertanggung jawab atas anakku saja." Batin Damian.

" Damian, bukankah tadi itu Divya? Dia sama siapa? Apa dia bersama kekasihnya? Apa dia juga selingkuh di depanmu?" Tanya Reva. Damian tidak bergeming.

" Ternyata dia sudah punya pria lain, itu sebabnya dia tidak takut kehilanganmu. Aku jadi merasa kasihan sama kamu, kamu telah di bodohi sama Divya." Ucap Reva.

Tanpa berkata apa apa Damian meninggalkan Reva. Reva tersenyum smirk menatap punggung Damian.

" Rencanaku memisahkan kalian tinggal selangkah lagi, kau akan menjadi milikku dan anak ini seutuhnya." Monolog Reva.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari hari berlalu tak terasa dua minggu sudah terlewati, hubungan Alex dan Divya semakin dekat. Mereka sering keluar untuk sekedar makan bersama. Berbanding terbalik dengan hubungan Divya dan Damian. Mereka semakin menjauh, tepatnya Divya yang mencoba menjauh dari Damian. Divya bersikap acuh pada Damian padahal Damian sudah berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka, namun kelihatannya Divya tidak menginginkan itu.

Tidak tahan dengan sikap Divya selama ini, Damian pun menegur Divya saat ia pulang dari makan malam bersama Alex.

" Divi kita harus bicara, ini mengenai hubungan kita." Ucap Damian menghampiri Divya yang baru saja masuk rumah.

" Apa yang perlu di bicarakan? Bukankah hubungan kita selama ini baik baik saja?" Divya menatap Damian.

" Divi aku merasa kau semakin jauh dariku, kau bahkan selalu mengacuhkan aku. Bahkan aku sering melihatmu bersama pria lain, hatiku sakit sayang. Aku tidak kuasa melihatmu bersama pria lain. Sudah cukup Fivya! Jangan sakiti aku lagi, atau aku akan gila." Ucap Damian menyentuh dadanya.

" Bagaimana dengan perasaanku saat melihatmu bersama wanita lain? Apa kau memikirkannya? Kau berjanji padaku akan menjadikan aku prioritas utamamu, kau berjanji tidak akan sering sering menemui wanita itu. Tapi apa yang kau lakukan selama ini? Jika dia meneleponmu, kau langsung berlari ke rumahnya tidak peduli bagaimana kondisiku, entah saat itu aku membutuhkanmu atau tidak kau tidak peduli Damian. Lalu kenapa aku tidak boleh dekat dengan pria lain? Jika kau saja bisa dekat dengan wanita lain, maka aku juga bisa dekat dengan pria lain Damian. Jalani saja apa yang sudah kita jalani selama beberapa minggu ini. Jangan protes apapun!" Ujar Divya.

" Sayang perlu kamu tahu, dokter bilang Reva tidak boleh stress, aku harus menjaga kestabilan emosinya demi anakku yang ada di dalam kandungannya. Aku melakukannya bukan karena Reva, tapi karena anakku. Bagaimanapun dia darah dagingku sayang. Aku bertanggung jawab atas itu." Ujar Damian.

" Kalau begitu nikahi saja dia. Dengan begitu kau akan selalu berada di sampingnya. Kau dan dia akan hidup bahagia. Begitupun denganku, aku akan hidup bahagia bersama pria yang mencintaiku." Ujar Divya meninggalkan Damian.

Damian terduduk lesu di sofa. Hatinya sakit... Sangat sakit mendapat perlakuan dingin dari Divya seperti ini. Apalagi melihat Divya nyaman bersama pria lain.

" Hiks ya Tuhan... Beginikah yang Divi rasakan saat tahu jika aku mengkhianatinya? Rasanya sakit sekali... Aku bahkan tidak bisa menanggungnya sendiri, lalu bagaimana dengan Divi selama ini? Aku memang pria bodoh. Aku pria yang sangat bodoh." Monolog Damian memukuli dadanya sendiri yang terasa sesak.

Di dalam kamar, Divya menelepon Aldi. Tak lama Aldi pun mengangkatnya.

" Halo Nona."

" Bagaimana? Apa kau sudah mendapat buktinya?" Tanya Divya.

" Sudah Nona, anda akan terkejut melihat bukti yang saya dapatkan." Ujar Aldi di sebrang sana.

" Simpan itu untukku, aku akan menggunakannya di saat yang tepat." Ujar Divya.

" Baik Nona."

Divya mematikan sambungan teleponnya.

" Kau akan mendapatkan kejutan dariku Damian, siapkan saja mentalmu! Aku harap kau tidak gila setelah ledakan yang akan aku berikan padamu." Ucap Divya tersenyum smirk.

Kira kira bukti apa ya yang di temukan Divya? Jangan lupa tekan like koment vote dan 🌹nya yang buanyaaaakkk buat author.

Thank you..

TBC. ..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!