"Kemarin itu, Pak Baron nanyain Shara sudah ada calonnya atau belum."
Shara baru keluar dari kamar, saat telinga gadis itu tak sengaja menangkap perkataan sang ibuk yang sepertinya sedang mengobrol bersama Bapak. Kedua orang tua Shara tersebut nemang sedang duduk di teras depan.
"Kalau belum ada calonnya mau dijodohkan dengan anaknya Pak Baron, begitu?" Tebak Pak Rudi yang sepertinya langsung paham arah pembicaraan Bu Maria.
"Bukannya anak Pak Baron sudah menikah semua, Bu?" Tanya Pak Rudi lagi.
"Yang bungsu belum, Pak!"
"Yang bungsu?" Pak Rudi tampak berpikir.
"Kok sepertinya Bapak tak pernah melihatnya, ya?"
"Sama! Ibuk juga belum pernah melihatnya. Karena kata Pak Baron, anaknya kuliah di luar kota. Tapi tahun ini sudah selesai kuliahnya," terang Bu Maria yang langsung membuat Pak Rudi mengangguk-angguk.
"Lulus, belum kerja, langsung mau cari istri, Buk?" Celetuk Shara yang langsung ikut nimbrung di obrolan kedua orangtuanya.
"Nguping, Sha?" Tebak Pak Rudi seraya terkekeh. Bapak kandung Shara itu lalu menyesap kopinya yang terlihat masih mengepulkan asap.
"Tadi tak sengaja dengar saja, Pak!" Jawab Shara yang sudah ikut duduk di kursi teras, bersebelahan dengan Pak Rudi. Sementara Bu Maria masih sibuk menyirami tanaman-tanaman kesayangannya yang berjajar rapi di tepi teras.
"Ibuk kan cuma cerita, Sha!"
"Lagipula, Ibuk juga tidak ada niat untuk menjodoh-jodohkan kamu," ujar Bu Maria seraya tersenyum pada Shara, sebelum kemudian wanita paruh baya itu kembali fokus pada tanamannya.
"Kamu punya hak dan kebebasan untuk memilih dan menentukan, siapa yang mau kamu jadikan tambatan hati, Sha!"
"Ibu pokoknya mendukung saja, dan siap memberikan restu." Bu Maria meletakkan dahulu penyiram tanaman di sudut teras, sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Yang terpenting itu, laki-laki polihanmu kelak haruslah laki-laki yang bertanggung jawab, bisa mengayomi, penyayang, dan yang terpenting seiman dengan kita," ujar Bu Maria lagi yang langsung membuat Shara terdiam untuk beberapa saat.
"Harus seiman, Sha!"
"Penting itu!" Timpal Pak Rudi dengan nada tegas seolah sedang menyindir Shara.
"Iya, Pak!" Jawab Shara akhirnya dengan nada lirih. Gadis itu lalu menghrla nafas dengan berat.
"Jadi, apa sudah ada calon mantu untuk Ibuk, Sha?" Tanya Bu Maria selanjutnya yang langsung membuat lamunan Shara.
"Hah? Apa, Buk?" Tanya Shara tergagap.
"Ibuk tanya, apa kamu sydah lunya pacar yang akan menjadi bakal calon mantunya ibuk!"
"Ibukmu sudah kepengen gendong cucu itu!" Ujar Pak Rudi mengulangi pertanyaan Bu Maria tadi dengan lebih jelas sekalian berseloroh di ujung kalimat.
"Bapak juga!" Sahut Bu Maria seraya terkekeh
"Shara masih belum berpikir ke arah sana, Buk!" Ucap Shara akhirnya menjawab pertanyaan Bu Maria tadi
"Trus, yang kemarin ngajakin kamu nonton konser itu? Siapa?" Cecar Bu Maria selanjutnya.
"Dika-"
"Diftha, Pak!" Koreksi Shara cepat karena Pak Rudi yang masih saja salah saat menyebut nama Diftha.
"Iya, Diftha! Masnya Gizta, ya?" Bu Marian menatap pada Shara seolah sedang memastikan.
"Iya, Buk!" Jawab Shara sbil memaksa untuk mengulas senyum.
"Jadi bagaimana kelanjutannya?" Tanya Bu Maria lagi.
"Kelanjutan apa?" Shara menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil sesekali melirik ke arah Pak Rudi yang kembali menyesap kopinya. Sepertinya Bapak kandung Sahra itu belum akan berkomentar.
"Kok kelanjutan apa! Ya kelanjutan hubungan kamu dan Diftha, Sha!"
"Nanti biar Shara sama pria lain saja, Buk!" Sergah Pak Rudi cepat sembari bangkit dari duduknya. Pria paruh baya itu lalu sejenak menatap tegas pada Shara.
"Kok begitu, Pak?" Tanya Bu Maria tak mengerti.
"Tanya saja pada Shara!" Pak Rudi sudah berlalu masuk ke dalam rumah, meninggalkan Bu Maria dan Shara yang kini membisu.
"Maksud bapakmu apa, Sha?" Bu Maria akhirnya buka suara dan bertanya pada Shara.
"Shara dan Diftha tidak berpacaran, Buk! Makanya Bapak menyuruh Shara mencari pria lain saja," jelas Shara yangvsuaranya langsung memelan di ujung kalimat.
"Diftha sudah punya pacar memang? Kalau sama-sama belum punya pacar, kenapa harus mencari yang lain, Sha?" Cecar Bu Maria sembari tertawa kecil. Shara memaksa untuk ikut tertawa meskipun hatinya sedang terasa bimbang.
"Hari ini mau ke rumah Gizta lagi?" Tanya Bu Maria selanjutnya.
"Iya, Buk! Gizta ada jadwal terapi." Shara melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Sebaiknya Shara siap-siap dulu, Buk," tukas Shara kemudian seraya bangkit berdiri dan langsung masuk ke dalam rumah.
Sementara Buk Maria hanya geleng-geleng kepala sembari tersenyum bangga pada Shara yang selalu melakukan pekerjaannya sepenuh hati.
****
"Mbak Ida bisa?" Tanya Shara, setelah gadis itu sedikit ngos-ngosan karena berulang kali menyalakan mesin motornyaemakai engkol namun tak kunjung bisa.
Perasaan kemarin Diftha gampang sekali menyalakannya!
"Nggak ngerti saya, Mbak! Naik motor saja saya tidak bisa," jawab Mbak Ida sembari tertawa kecil.
Shara ikut tertawa, lalu memperhatikan penampilan Mbak Ida yang kesehariannya selalu mengenakan setelan baju lengan panjang lengkap dengan hijab segitiga.
"Kenapa, Mbak?" Tanya Mbak Ida yang sepertinya mulai sadar kalau Shara memperhatikannya cukup lama.
"Enggak, Mbak!"
"Hanya mendadak ingat pada kakak angkat saya yang penampilannya mirip Mbak Ida juga," ujar Shara sembari mengulas senyum tipis.
"Kakak angkat Mbak Shara perawat juga?" Tanya Mbak Ida penasaran. Shara langsung menggeleng.
"Masih kuliah," ujar Shara akhirnya menjelaskan pada Mbak Ida.
"Oooh!" Mbak Ida membulatkan bibirnya. Tak berselang lama, terdengar suara dari sepeda motor yang masuk ke halaman rumah.
"Kok tumben sudah pulang?" Gumam Shara sembari melirik jam di arlojinya. Gadis itu lalu menghampiri sang emlunya motor yang tadi masuk ke halaman.
Siapa lagi kalau bukan Diftha!
"Loh! Belum pulang, Sha?" Sapa Diftha sembari melepas helm-nya.
"Terapi Gizta belum selesai, ya?" Tanya Diftha lagi sebelum Shasemoat menjawab pertanyaannya yang pertama tadi.
"Sudah selesai dari tadi. Ini aku baru mau pulang," jawab Shara sambil kembali menghampiri motor maticnya.
Sementara Diftha masih duduk di atas motornya sendiri, lalu memperhatikan Shara yang tampak berusaha menyalakan mesin motor memakai engkol.
"Masih belum beli accu?" Tebak Diftha yang hanya membuat Shara melirik sebentar pada pria itu, sebelum kemudian kembali mencoba menyalakan mesin motornya.
"Nggak peka memang, ya!" Gerutu Shara akhirnya karena merasa lelah menggenjot engkol namun mesin motornya tak kunjung mau menyala.
Kaki Shara sampai kram!
Diftha yang sejak tadi hanya jadi penonton, akhirnya turun dari motor dan menghampiri Shara yang masih terus olahraga kaki.
"Kemarin pas kamu nyalain kayaknya gampang banget," ujar Shara lagi yang wajahnya sudah terlihat kesal.
"Memang!" Jawab Diftha sembari tertawa kecil. Pria itu lalu berjongkok di dekat Shara, yang tentu saja langsung membuat Shara mengernyit bingung.
"Ngapain, Dift?" Tanya Shara masih bingung, saat tangan Diftha, kemudian menaikkan standar samping motor.
"Coba nyalain sekarang mesinnya!" Titah Diftha kemudian sembari menatap pada Shara yang raut wajahnya sudah berubah.
Shara lalu menggenjot sekali lagi engkol mesin motornya, dan....
Ngeeeng!
Mesin motor Shara langsung menyala sekalogus meraung-raung di halaman rumah Diftha, bersamaan dengan tawa Diftha yang langsung pecah.
"Ck! Kenapa nggak bilang dari tadi, sih!" Gerutu Shara sembari mendorong pundak Diftha.
Sepertinya gadis itu antara kesal dan malu sekarang.
"Lumayan, dapat hiburan, seloroh Diftha yang langsung membuat Shara merengut. Diftha lalu memutar kunci motor Shara untuk mematikan mesinnya.
"Ck! Diftha! Kenapa dimatikan lagi?" Omel Shara yang langsung memukul-mukul punggung Diftha memakai kedua tangannya.
"Auuw auw! Ampun, Sha!" Ujar Diftha yang berusaha menghindar dari pukulan Shara. Namun pria itu sama sekali tak terlihat menangkis.
"Kamu nyebelin!" Seru Shara masih kesal. Gadis itu sudah berhenti memukuli punggung Diftha sekarang.
"Motornya kamu tinggal saja disini, dan kamu pulang bawa motor aku," ujar Diftha selanjutnya seraya menunjuk ke arah motornya yang terparkir di belakang motor Shara.
Terang saja, kalimat Diftha barusan membuat Shara mengernyit bingung
"Tinggalkan saja motornya, dan kau bawa motorku!" Ujar Diftha sekali lagi."
"Nanti biar aku bawa ke bengkel motor kamu untuk ganti accu," sambung Diftha lagi seolah menjawab kebingungan Shara.
"Tidak usah repot-repot! Aku bisa, kok ke bengkel sendiri!" Tolak Shara akhirnya sembari hendak menyalakan lagi mesin motornya. Namun saat Shara hebdak memutar kunci motor, kinci tersebut malah sudah tak berada di tempatnya.
Hah?
Shara langsung menoleh ke arah Diftha yang malah tersenyum tanpa dosa.
"Diftha, kunci motor!" Gertak Shara sembari menengadahkan tangannya ke arag Diftha.
"Itu, sudah di motor!" Jawab Diftha seraya mengendikkan dagu ke arah motornya sendiri.
"Ck!"
"Itu motor kamu! Aku tak akan pulang membawa motormu!" Ujar Shara tegas dan keras kepala.
"Yasudah kalau begitu, kamu tunggu saja disini sampai aku pulang dari bengkel."
"Aku mau sholat Ashar dulu!" Ujar Diftha kemudian bersamaan dengan terdengarnya kumandang adzan dari masjid yang tak jauh dari rumah Diftha. Shara hanya diam dan tak menyahut. Gadis itu terus memperhatikan punggung Diftha yang akhirnya menghilang ke dalam rumah.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KLUARGA KU DARI NASRANI KATOLIK YG SANGAT TAAT, TPI JIKA ADA KLUARGA YG PINDAH HALUAN KYAKINAN DGN HIJRAH KE ISLAM, GK ADA YG MELARANG, SEMUA DIBERIKN KBEBASAN.. MAKANYA HUBUNGN TOLERANSI DN SILATURAHMI DGN KLUARGA MSH TRJALIN BAIK, HUBUNGAN TALI PRSAUDARAAN LBH BAIK, DRI PADA MRIBUTKN KYAKINAN MASING2 DARI KMI SEMUA... CMA SATU SAJA DRI KLUARGAKU, JGN ADA YG IKUT KE PROTESTAN.. KLO MAU KE ISLAM, KE BUDHA, HINDU TRSERAH KATA MREKA, ASAL JGN KE PROTESTAN, ITU SAJA PETUAH PARA TETUA ADAT KLUARGA KU...
2023-05-25
0
Sulaiman Efendy
SEIMAN YG MNA BU MARIA,, MLH BAGUS JIKA PUTRI LO JIKA MNJADI MUSLIMAH....
2023-05-25
0
keke global
selama shara kerja di situ ... diftha ngga nyadar yaa kalo shara ga pernah keliatan melaksanakan kewajiban sebagai muslim... mgkn krna sisipan terus.. diftha dtg barengan ama jam shara pamit pulang juga
2023-03-06
0