Shara berdecak, saat mobil Diftha masuk ke halaman rumahnya. Gadis itu lalu melipat kedua tangannya di depan dada, sembari menungyu Diftha selesai memarkirkan mobil, lalu turun dari city car berwarna putih tersebut.
"Belum siap-siap?" Tanya Diftha seraya menghampiri Shara.
"Aku pikir kesasar." Bukannya menjawab pertanyaan Diftha, Shara malah sedikit berkelakar pada pria tersebut.
"Ck! Alamat yang kau berikan jelas sekali!"
"Dan lagi, cat pagar rumahmu lumayan mencolok," terang Diftha yang langsung membuat Shara terkekeh.
"Tumben bawa mobil. Aku pikir kita akan naik motor," tukas Shara selanjutnya sembari mengendikkan dagunya ke arah mobil Diftha yang jarang dipakai oleh sang empunya.
"Atau jangan-jangan kau mengajak Gizta?" Tebak Shara yang sudah dengan cepat melesat ke mobil Diftha, lalu memeriksa jok belakang.
Kosong!
"Gizta di rumah bersama Mbak Ida."
"Sudah tidur juga tadi," terang Diftha yang sudah menghampiri Shara.
"Oh!"
"Mbak Ida menginap berarti?" Tanya Shara selanjutnya.
"Kenapa? Cemburu?" Goda Diftha yang langsung membuat Shara mencibir.
"Konyol!"
"Mbak Ida sudah punya suami juga, masa iya mau kamu pacari," cibir Shara seraya mendorong pundak Diftha yang sontak malah membuat pria di depan Shara itu tergelak.
"Mbak Ida tadi bersama suaminya di rumah menemani Gizta sampai aku pulang," ujar Diftha akhirnya setelah pria itu berhenti tertawa.
"Ooh!" Shara kembali membulatkan bibirnya.
"Nggak jadi cemburu, kan?" Goda Diftha selanjutnya.
"Siapa?" Suara pura-pura tidak tahu.
"Kau itu!" Diftha mengendikkan dagunya ke arah Shara yang wajahnya sontak bersemu merah. Shara akhirnya segera berlalu ke teras dan meninggalkan Diftha, demi menyembunyikan wajahnya yang tersipu.
"Bapak dan Ibuk kamu di dalam?" Tanya Diftha seraya menyusul Shara ke teras, lalu ikut duduk di kursi teras yang terbuat dari rotan.
"Tidak!" Jawab Shara sembari menggeleng.
"Tapi aku sudah minta izin tadi kalau mau nonton konser jazz," ungkap Shara panjang lebar.
"Memang bapak dan ibuk kamu kemana?" Tanya Diftha lagi sembari mengedarkan pandangannya ke halaman rumah Shara yang tak terlalu luas.
"Di rumah duka. Teman kerja Bapak ada yang meninggal," terang Shara yang langsung membuat Diftha bergumam,
"Innalillahi wa inna illaihi roji'un."
"Apa?" Shara sedikit mengernyit karena hanya mendengar gumaman Diftha samar-samar.
"Innalillahi wa inna illaihi roji'un," uhar Diftha mengulangi gumamannya tadi dengan lebih keras.
"Oh, iya!" Gantian Shara yang bergumam.
"Lupa? Atau tidak ingat? Atau jangan-jangan jarang mengucapkan kalau mendengar ada kabar duka?" Cecar Diftha yang langsung membuat Shara menggeleng. Shara hendak menjelaskan, saat ponselnya mendadak malah berdering.
"Bentar, aku angkat telepon dulu!" Pamit Shara pada Diftha yang langsung mengangguk.
Shara lalu bangkit dari kursinya dan sedikit menjauh dari Diftha sebelum mengangkat telepon. Gadis itu lalu bicara beberapa menit pada seseorang entah siapa, sebelum kemudian kembali menghampiri Diftha.
"Sudah?" Tanya Diftha berbasa-basi.
"Apanya? Belum berangkat kok sudah," jawab Shara berseloroh.
"Ck! Maksudku yang telepon sudah?" Diftha memperjelas pertanyaannya sembari mengendikkan dagu ke ponsel Shara.
"Oh."
"Sudah! Dari salah satu pasien terapi juga," jelas Shara sembari tertawa kecil. Diftha langsung mengangguk.
"Ngomong-ngomong, konsernya mulai jam berapa lalu kita berangkat jam berapa?" Cecar Shara selanjutnya yang malah membuat Diftha kembali berdecak.
"Sudah mulai mungkin." Diftha melihat arloji di pergelangan tangannya.
"Kau juga belum ganti baju dari tadi," ujar Diftha lagi sembari mengendikkan dagu ke arah Shara yang memang hanya mengenakan celana jeans selutut dan sebuah kaus longgar.
"Memang tidak boleh nonton konser seperti ini?" Kekeh Shara sembari gadis itu berlalu masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Diftha yang hanya geleng-geleng kepala.
Selang sepuluh menit, Shara sudah keluar lagi dan memakai baju yang berbeda. Aroma khas parfum langsung menguar, saat Shara keluar. Entah berapa botol parfum yang tadi disemprotkan gadis itu ke tubuhnya.
"Kata Ibuk disuruh bawa jaket," ujar Shara sembari menunjukkan jaketnya pada Diftha.
"Sebaiknya memang begitu! Meskipun acaranya indoor," gumam Diftha akhirnya sembari menghampiri Shara yang tengah memakai jaketnya. Diftha lalu sedikit merapikan rambut Shara, sebelum lanjut memakaikan hoodie ke kepala Shara.
Diftha lalu menatap cukup lama pada Shara yang kini rambutnya tertutup hoodie. Diftha sedang membayangakn andai Shara memakai hijab, lalu....
"Perlu pakai kaca mata hitam dan masker juga?" Pertanyaan Shara langsung membuyarkan lamunan Diftha yang sedang membayangkan Shara memakai hijab.
Ya ampun!
"Apa?" Tanya Ditha tergagap karena dirinya tadi yang sibuk melamun dan tak memperhatikan ucapan Shara.
"Aku perlu memakai kaca mata hitam Dan masker juga?" Jawab Shara mengulangi kalimatnya yang tadi sambil sedikit geregetan.
"Tidak usah! Memang mau cosplay jadi penj*hat?" Jawab Diftha sembari terkekeh. Shara sontak langsung meninju pundak Diftha.
"Ayo pergi!" Ajak Shara selanjutnya yang sudah mendahului Diftha.
Diftha kemudian setengah berlari menyusul Shara yang sudah berjalan ke arah mobilnya. Diftha baru saja akan membukakan pintu untuk Shara, saat kemudian Shara menggelengkan kepala. Tentu saja hal itu langsung membuat Diftha mengernyit bingung.
"Naik motor saja! Tidak jauh, kan?" Ujar Shara sembari menunjukkan kunci motornya pada Diftha.
"Baiklah!" Diftha akhirnya menutup kembali pintu mobilnya, lalu mengikuti Shara yang sudah berjalan ke arah garasi.
"Nyalain mesinnya pakai engkol, ya! Masih belum beli accu," ujar Shara lagi yang langsung membuay Diftha tertawa kecil sembari geleng-geleng kepala.
"Sepertinya kau memang tak berniat membelikannya accu," seloroh Diftha berpendapat.
"Agar ada alasan untuk...." Kalimat Shara terjeda, saat suara motornya sudah mulai terdengar.
"Alasan untuk apa?" Tanya Diftha sembari menatap penuh penasaran pada Shara. Pria itu juga sudah duduk diatas motor Shara dan siap pergi.
"Alasan untuk menunggumu pulang!" Jawab Shara sembari naik ke atas motor dan menyusul Diftha. Shara lalu melingkarkan kedua lengannya di pinggang Diftha, sesaat sebelum Diftha melajukan motor dan meninggalkan rumah Shara.
****
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, saat motor Shara yang dikendarai oleh Diftha masuk ke halaman rumah kedua orang tua Shara. Diftha langsung mengarahkan motor masuk ke garasi, yang sekarang tak lagi kosong. Sydah ada sebuah mobil warna hitam yang terparkir di sana. Sepertinya mobil kedua orang tua Shara.
"Bapak dan Ibuk kamu sudah pulang," ujar Diftha pada Shara yang sedang melepaskan helm.
"Tadi seharusnya beli martabak dulu," seloroh Shara yang langsung membuat raut wajah Diftha tampak bingung.
"Martabak?"
"Itu di postingan warganet, kalau ke rumah calon mertua sebaiknya bawa martabak," ucap Shara menjawab kebingungan Diftha. Pria di depan Shara itu langsung menepuk keningnya sendiri dan tertawa kecil.
"Aku perlu putar balik dan beli martabak dulu?" Tanya Diftha akhirnya menanggapi selorohan Shara tadi.
"Tidak usah!" Shara menepuk punggung Diftha, sebelum kemudian gadis itu berlalu dan langsung menuju ke teras. Tepat saat Diftha juga baru masuk ke teras, bapak Shara sudah keluar dari rumah.
"Baru pulang, Sha?" Pria paruh baya itu berbasa-basi pada Shara sembari menatap pada Diftha yang buru-buru menyapa sekaligus mencium punggung tangannya dengan sopan.
"Selamat malam, Om!"
"Malam, Dika?"
"Diftha, Pak!" Koreksi Shara cepat.
"Oh, Diftha!"
"Maaf, salah sebut," Ucap Pak Rudi yang langsung membuat Diftha mengulas senyum.
"Tidak apa-apa, Pak! Banyak juga yang salah sebut," ujar Diftha sembari tertawa kecil.
"Terima kasih sudah menjaga dan mengantar Shara pulang ke rumah," ucap Pak Rudi selanjutnya.
"Iya, Pak! Maaf kalau pulangnya sedikit malam," ujar Diftha lagi dengan nada sopan.
"Baru jam sepuluh, belum terlalu malam," tukas Pak Rudi ramah.
"Mau mampir dulu?" Tawar Pak Rudi selanjutnya.
"Tidak usah, Pak! Saya langsung pulang saja karena sudah malam."
"Mungkin lain kali saja saya mampir ke sini," tolak Diftha akhirnya sedikit beralasan.
"Baiklah!" Pak Rudi menepuk pundak Diftha yang sudah kembali berpamitan dan mencium punggung tangannya.
"Hati-hati mengemudi!" Pesan Pak Rudi pada Diftha yang langsung mengangguk.
"Iya, Pak!"
"Assalamualaikum!" Pamit Diftha yang langsung membuat Pak Rudi diam sejenak.
"Walaikum salam!" Jawab Shara yang berdiri di samping Pak Rudi.
"Walaikum salam," ucap Pak Rudi juga akhirnya meskipun tak selantang Shara.
Mobil Diftha sudah melaju pergi, saat Pak Rudi menatap serius pada sang putri.
"Ada apa, Pak?" Tanya Shara tak mengerti.
"Jangan melakukan sesuatu yang dilarang oleh Tuhan, Shara!" Ucap Pak Rudi sebelum pria itu berlalu masuk ke dalam rumah, meninggalkan Shara yang hanya mematung.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
MKSUD PAK RUDI APA YG DILARANG TUHAN, DILARANG JALIN HUBUNGN DGN PRIA MUSLIM....???
2023-05-25
0
Sulaiman Efendy
BSA JAWAB SALAM JUGA MSKI NON MUSLIM, SAMA DGN KLUARGA KU YG MSH BNYK NASRANI, KLO KRMHKU BUAT SILATURAHMI SLLU UCAP SALAM..
ALHAMDULILLAH, BNYAK JUGA KLUARGAKU YG JDI MUALLAF, BAIK YG PREMPUAN ATAUPN LAKI2, MSKI LEWAT JALUR PRNIKAHAN, YG PREMPUAN DPT SUAMI MUSLIM, YG PRIA DPT ISTRI MUSLIM, DN MRK KU NASIHATKN AGAR BNR2 MNJALANKN AGAMA ISLAM DGN BENAR, SERING2 IKUT KAJIAN2 DN TA'LIM2, YG PTG JGN IKUT FAHAM WAHABI KATAKU.. MAU IKUT MUHAMMADIYAH IS OKE, MAU NU IS OKE, YG PTG SKALI LGI JGN IKUT WAHABI KATAKU..
DAN ALHAMDULILLAH, DARI KLUARGAKU YG MUALLAF SDH ADA YG UMROH & BERHAJI... DN ANAK2 MEREKA ADA YG MONDOK DI LIRBOYO, TUMBORO, ATAUPN PESANTREN LOKAL DIKOTAKU..
2023-05-25
0
Sulaiman Efendy
YAAA DIFTHA BLM TAU KLO SHARA BKN MUSLIM,,
TPI DLU LOQ GK MNGHARAPKN REINA PAKE HIJAB..
2023-05-25
0