LIMA

"Ok, I'll ask her now." Lalu Segara menelepon Pamela.

Panggilan pertama tidak terjawab. Mungkin Pamela masih tidur mengingat ini adalah weekend dan sekarang baru jam 8 lewat 10. Kalau kebiasaan perempuan itu belum berubah, maka Segara bisa menebak Pamela telah bergadang sampai subuh dan baru akan bangun tengah hari nanti.

Namun Segara tetap mencoba menelepon sekali lagi. Ia benar-benar butuh bantuan Pamela sekarang.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Tujuh detik.

Butuh waktu tujuh detik sampai teleponnya diangkat, menyuguhkan suara serak Pamela yang menyapa indera pendengarannya dan menghasilkan reaksi aneh di sekujur tubuhnya. Ia merasa merinding. Entah karena suara Pamela yang terdengar lain dari biasanya, atau karena hal lain. Segara tidak tahu.

Segara berdeham, berusaha melegakan tenggorokannya yang tiba-tiba terasa tercekat.

"Halo? Kenapa telepon pagi-pagi begini?" tanya Pamela lagi, terdengar tidak sabaran.

"Mau minta tolong." Jelas sekali Segara sedang berusaha agar tidak terdengar gugup.

"Minta tolong apa?"

"Bisa tolong jagain Mikha sebentar? Aku harus ke rumah sakit ketemu dokter yang rawat Papa."

Hening. Tidak ada jawaban dari seberang. Segara sampai harus menjauhkan ponsel dari telinga hanya untuk memeriksa apakah teleponnya masih tersambung atau tidak. Dan telepon masih tersambung sehingga Segara kembali menempelkan ponsel ke telinga.

"Mel?" panggilnya pelan. Takut-takut kalau Pamela justru kembali tidur. Masalahnya di seberang sana sangat hening. Tidak ada suara gemerisik apapun. Bahkan, suara nafas Pamela pun tidak terdengar sama sekali.

"Ok. Aku siap-siap sekarang!"

Dan telepon terputus. Segara menatap ponselnya bingung. Kenapa masih sepagi ini tapi dia sudah diputuskan secara sepihak oleh dua orang?

"Daddy, gimana?" tanya Mikha penasaran. Raut wajah ayahnya terlalu sukar untuk dia baca. Mikha benar-benar tidak tahu apakah Pamela menerima permintaan tolong ayahnya atau justru menolaknya.

"She said yes."

...----------------...

"Bisa tolong jagain Mikha sebentar? Aku harus ke rumah sakit ketemu dokter yang rawat Papa."

Pamela hampir menampar wajahnya sendiri saat mendengar Segara berkata demikian. Masalahnya, dia tahu betul seperti apa Segara. Laki-laki itu tidak pernah mau meminta tolong padanya. Lebih dari dua puluh tahun berteman, seringnya malah Pamela yang meminta tolong pada Segara.

Bermenit-menit Pamela habiskan hanya dengan diam. Ia sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukanlah mimpi.

"Mel?"

Saat Segara memanggil namanya lagi, barulah ia yakin bahwa ini adalah kenyataan. Pamela tidak sedang bermimpi!

"Ok. Aku siap-siap sekarang!" serunya dengan semangat 45.

Semena-mena ia menutup telepon, membuang ponselnya asal lalu segera melompat turun dari ranjang. Ia berlarian tunggang-langgang memasuki kamar mandi, seolah perang dunia ketiga akan segera terjadi dan dia harus mempersiapkan diri.

"Aaaaaaa!!!! Segara minta tolong gue buat jagain Mikha!!!!" serunya dari dalam kamar mandi. Tanpa dia ketahui, Astanu Wijaya, ayahnya yang baru saja masuk ke dalam kamarnya menggelengkan kepala mendengar teriakan sang putri semata wayang yang heboh bak baru saja memenangkan lotre ratusan juta.

...****************...

"Ada beberapa zat berbahaya yang masuk ke tubuh papa kamu. Zat-zat itu sepertinya masuk sedikit demi sedikit sehingga akhirnya terakumulasi dan baru menimbulkan dampak buruk pada tubuh papa kamu sekarang." Dokter Adam, dokter yang menangani Papa menyampaikan hal itu kepada Segara dengan raut serius. Di tangannya ada beberapa lembar dokumen hasil laboratorium milik Papa.

Segara terdiam sejenak. Pikirannya terlalu ribut sekarang. Dari awal dia memang sudah curiga dengan memburuknya kondisi kesehatan Papa yang terjadi secara tiba-tiba. Pasalnya Segara tahu betul Papa rajin melakukan medical check up dalam beberapa bulan sekali. Asupan makanan yang Papa konsumsi juga terjaga sebab Mama sendiri yang menyiapkan semuanya. Papa juga rutin berolahraga dan mengonsumsi berbagai suplemen vitamin demi menjaga kesehatan tubuhnya.

Dan kecurigaannya sekarang terbukti benar, kan? Ada seseorang yang sengaja ingin mencelakai Papa. Seseorang yang kemungkinan besar sama dengan orang yang telah menyebabkan kecelakan Karenina.

"Hasil lab nya baru keluar, atau Dokter Adam sengaja baru kasih tahu saya?" tanya Segara, menatap mata Dokter Adam yang tersembunyi di balik kaca mata.

Dokter Adam menghela napas. Ia tahu keputusannya untuk merahasiakan tentang fakta ini tentu akan membuat Segara naik pitam. Tapi, mau bagaimana lagi? Semua ini ia lakukan atas permintaan Margaretha yang tidak ingin fokus anaknya dalam mengurus perusahaan terganggu.

Melihat reaksi Dokter Adam yang demikian, Segara sudah tahu jawabannya. Ia kesal, tentu saja. Mengapa orang-orang di sekitarnya gemar sekali menyembunyikan hal-hal penting semacam ini dari dirinya? Apa ia tidak cukup bisa dipercaya untuk mengatasi semuanya sampai mereka harus bersikap begini?

"Jangan salah paham, Segara. Mama kamu cuma nggak mau buat pikiran kamu semakin kacau." Dokter Adam berusaha menenangkannya.

"Kami sudah berusaha yang terbaik untuk mengeluarkan zat-zat berbahaya itu dari dalam tubuh Papa kamu. Kondisi Papa kamu sudah stabil sekarang, nggak perlu khawatir." Lanjut pria paruh baya dengan potongan rambut cepak yang tertata rapi itu.

"Saya bersyukur kondisi Papa membaik, terima kasih sudah sigap menangani Papa. Tapi," Segara menggantungkan kalimatnya, sejenak memilah susunan kata yang tepat untuk dia ucapkan. "Kalau saja Dokter kasih tahu saya dari awal, saya mungkin bisa lebih cepat cari tahu siapa pelakunya." Lanjutnya.

Benar. Kalau saja Segara tahu mengenai hal ini lebih awal, dia akan bisa bergerak lebih cepat untuk mencari tahu dalang di balik kejadian ini. Apakah itu seseorang yang ada di kantor, atau justru yang paling dekat dengan Papa di rumah. Dalam kondisi seperti ini, Segara hampir tidak memercayai siapapun. Setelah kematian Karenina yang janggal, rasanya cukup sulit baginya untuk menaruh percaya pada orang lain.

"Saya paham maksud kamu. Saya juga mengambil keputusan untuk merahasiakan ini dari kamu bukan tanpa pertimbangan." Kata Dokter Adam lagi, berusaha menarik atensi Segara yang sudah mulai bergerak gelisah di kursinya. Dari otot-otot leher yang samar-samar mulai terlihat, Dokter Adam tauhu Segara sedang berusaha menahan amarahnya. "Saya sudah suruh orang untuk selidiki orang-orang di kantor kamu yang terlibat langsung dengan Damian."

Mendengar Dokter Adam menyebut nama papanya, Segara paham bahwa saat ini pria itu sedang memosisikan diri sebagai seorang teman, sudah bukan lagi dokter kepada pasien.

"Cepat atau lambat, kita akan tangkap pelakunya, Segara. Percaya sama saya."

Itu jadi kalimat terakhir yang Segara dengar dari Dokter Adam sebelum pintu ruangan yang serba putih itu diketuk beberapa kali, menampakkan seorang suster berseragam biru muda yang datang untuk memberi tahu Dokter Adam bahwa sudah tiba jadwal kunjungannya ke bangsal-bangsal pasien rawat inap.

Segara hanya mengangguk sekilas saat Dokter Adam pamit untuk meninggalkan ruangan. Meninggalkan ia sendirian di dalam ruangan dengan atmosfer yang mendadak berubah drastis setelah kepergian pria paruh baya itu. Barangkali, karena sekarang amarah yang sedari tadi berusaha dia tahan sudah mulai keluar sedikit demi sedikit.

Tangan Segara terkepal kuat, dalam hati memaki siapapun orang yang sudah menjadi dalang dibalik jatuh sakitnya Papa. Sungguh kali ini Segara bersumpah, ia akan menemukan orang itu dan menghajarnya habis-habisan sebelum mengirimnya ke neraka.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Zenun

Zenun

curiga Ama Margaretha

2023-04-13

1

Zenun

Zenun

keknya ada yang meracuni perlahan-lahan

2023-04-13

1

Zenun

Zenun

harusnya empat detik ini

2023-04-13

1

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH ENAM
56 LIMA PULUH TUJUH
57 LIMA PULUH DELAPAN
58 LIMA PULUH SEMBILAN
59 ENAM PULUH
60 ENAM PULUH SATU
61 ENAM PULUH DUA
62 ENAM PULUH TIGA
63 ENAM PULUH EMPAT
64 ENAM PULUH LIMA
65 ENAM PULUH ENAM
66 ENAM PULUH TUJUH
67 ENAM PULUH DELAPAN
68 ENAM PULUH SEMBILAN
69 TUJUH PULUH
70 TUJUH PULUH SATU
71 TUJUH PULUH DUA
72 TUJUH PULUH TIGA
73 TUJUH PULUH EMPAT
74 TUJUH PULUH LIMA
75 TUJUH PULUH ENAM
76 TUJUH PULUH TUJUH
77 TUJUH PULUH DELAPAN
78 TUJUH PULUH SEMBILAN
79 DELAPAN PULUH
80 DELAPAN PULUH SATU
81 DELAPAN PULUH DUA
82 DELAPAN PULUH TIGA
Episodes

Updated 82 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH ENAM
56
LIMA PULUH TUJUH
57
LIMA PULUH DELAPAN
58
LIMA PULUH SEMBILAN
59
ENAM PULUH
60
ENAM PULUH SATU
61
ENAM PULUH DUA
62
ENAM PULUH TIGA
63
ENAM PULUH EMPAT
64
ENAM PULUH LIMA
65
ENAM PULUH ENAM
66
ENAM PULUH TUJUH
67
ENAM PULUH DELAPAN
68
ENAM PULUH SEMBILAN
69
TUJUH PULUH
70
TUJUH PULUH SATU
71
TUJUH PULUH DUA
72
TUJUH PULUH TIGA
73
TUJUH PULUH EMPAT
74
TUJUH PULUH LIMA
75
TUJUH PULUH ENAM
76
TUJUH PULUH TUJUH
77
TUJUH PULUH DELAPAN
78
TUJUH PULUH SEMBILAN
79
DELAPAN PULUH
80
DELAPAN PULUH SATU
81
DELAPAN PULUH DUA
82
DELAPAN PULUH TIGA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!