EMPAT

Segara sampai di rumah pukul 10 lebih 15. Setelah membersihkan diri, ia bergegas menuju kamar Mikha yang ada di sebelah kamarnya lewat connecting door yang menghubungkan kamarnya dengan kamar sang putri.

Hati Segara yang semula dipenuhi gemuruh perlahan menghangat kala melihat putrinya tengah tertidur nyenyak sambil memeluk bonek beruang kesayangan.

Wajah polos Mikha saat tidur mengingatkan Segara kepada sosok Karenina berkali-kali lipat lebih banyak ketimbang sebelumnya. Alis rapi, hidung kecil dan juga bulu mata lentik bocah itu benar-benar mirip dengan sang ibu. Seolah Tuhan sengaja menghadirkan sosok Karenina dalam bentuk lain, karena Dia telah menuliskan takdir bagi perempuan itu untuk pergi lebih cepat dari hidupnya.

Segara berjalan mendekat, lalu duduk di tepi ranjang kecil milik Mikha kemudian membelai lembut pipi gembil sang anak. Beberapa bulan ini, dia terlalu sibuk mengurus perusahaan sampai-sampai tidak sadar bahwa rambut lurus Mikha sudah semakin panjang. Padahal dulu, dia sendiri yang merawat rambut halus bocah itu. Mulai dari mengeramasi, mengeringkan, menyisir bahkan kadang-kadang merapikan ujung-ujungnya dengan tangannya sendiri.

Tidak pernah sekalipun dia meminta bantuan kepada orang lain untuk mengurus Mikha. Ia rela bergadang setiap malam demi memastikan Mikha tidur dengan nyenyak dan tidak rewel. Tapi dengan keadaan yang sekarang, dia mau tak mau harus mempercayakan Mikha pada asisten rumah tangga yang sudah bekerja dengannya sejak awal dia dan Karenina menikah.

Asisten rumah tangga itu dia pekerjakan hanya dari hari Senin sampai Jumat, dari jam 9 pagi sampai malam ketika dia belum pulang dari kantor. Tidak menginap, karena Segara masih belum bisa membiarkan siapapun tinggal di atas yang sama dengan dirinya sejak kepergian Karenina.

“Mikha, Daddy kangen sama kamu.” Segara membawa tangan kecil Mikha ke depan wajahnya, mengecupnya sekilas lalu menggenggamnya erat.

“Doain Opa biar cepat sembuh, ya. Biar Daddy bisa punya banyak waktu sama kamu kayak dulu lagi.”

Setelah mengatakannya, Segara membaringkan tubuh di sebelah Mikha. Walaupun kasur milik putrinya berukuran lebih kecil dari ukuran tubuhnya sehingga membuatnya harus meringkuk, Segara sama sekali tidak keberatan. Dia hanya ingin tidur sambil memeluk Mikha, mendekapnya erat karena ia masih tidak tahu, peristiwa apa lagi yang mungkin akan membuatnya semakin kehilangan waktu bersama dengan putrinya itu.

“I love you, Dear. Daddy sayang kamu.”

...----------------...

Dering nyaring dari ponsel yang teronggok tak berdaya di lantai membuat Segara mengerjapkan matanya pelan. Sebelum kesadarannya terkumpul, tangannya terulur meraih ponsel miliknya kemudian langsung menempelkannya ke telinga.

“Halo, Segara. Udah bangun belum?” sebuah suara menyapa dari seberang.

Mendengar suara lembut mamanya yang khas, Segara sontak membuka matanya lebar. Ia langsung mendudukkan dirinya. Keningnya berkerut samar saat melihat Mikha sudah tidak ada di ranjangnya. Entah ke mana perginya bocah itu, karena biasanya Mikha akan sangat ribut membangunkan dirinya jika bocah itu bangun lebih dulu.

“Baru bangun, Ma. Gimana?” tanyanya. Ia bergerak turun dari ranjang kecil Mikha, melewati connecting door masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Saat itulah dia menemukan Mikha tengah duduk di sofa dekat ranjang, menonton televisi dengan sekaleng biskuit pangkuan. Senyum Segara terbit kala ia berjalan pelan menghampiri Mikha sembari menunggu Mama menjawab pertanyaannya.

“Kamu bisa ke rumah sakit nggak hari ini? Ada yang dokter mau sampaikan.”

Tangan Segara yang awalnya terangkat untuk membelai rambut Mikha otomatis terhenti di udara. Sebelah alisnya terangkat, mencoba memahami apa yang barusan ibunya sampaikan.

“Papa oke, kan? Terkahir kali dokter kasih laporan, kondisi Papa berangsur membaik, kok.” Kata segara. Cepat-cepat menampik pikiran buruk yang hinggap di kepala.

“Papa oke. Cuma ada beberapa hal yang mau dokter sampaikan terkait penyebab menurunnya kesehatan Papa.”

“Jangan bilang....” Segara menggantungkan kalimatnya. Kalau dugaannya benar, maka dia memang harus segera mengambil tindakan. Kebenaran di balik kasus kecelakaan Karenina saja belum terungkap sampai sekarang. Jadi, kalau ternyata sakitnya Papa berasal dari seseorang yang sama, maka Segara harus segera menemukan orang itu dan mengirimnya ke neraka.

“Pokoknya kamu datang aja.” Final Mama bahkan sebelum Segara tersadar dari lamunannya.

Telepon ditutup secara sepihak. Segara menghela napas panjang. Saat dia menoleh ke arah Mikha, hatinya mencelos melihat bocah itu tengah menatapnya dengan tatapan yang seolah berkata”Daddy, are you okay?”

Perkara rumah sakit memang bukan hal besar. Toh, ini hari Sabtu dan dia tidak harus pergi ke kantor. Masalahnya adalah dia tidak mungkin membawa serta Mikha. Rumah sakit bukan tempat yang bagus untuk anak-anak seperti Mikha karena mereka lebih rentan tertular berbagai macam penyakit. Sedangkan untuk memanggil asisten rumah tangganya juga tidak mungkin karena perempuan itu pasti juga sibuk mengurusi suami dan anaknya.

Lama Segara terdiam. Berpikir solusi apa yang paling baik untuk dia ambil saat ini. Sampai akhirnya satu nama muncul di kepala. Sejenak dia ragu. Haruskan dia benar-benar minta tolong padanya?

“Daddy, why?” Mikha mengguncang lengannya pelan, membuatnya menoleh.

“Oh, Daddy fine. Cuma ... Daddy harus pergi ke rumah sakit untuk jenguk Opa.” Kesedihan tersirat jelas dari nada suara Segara. Bagaimana tidak? Dia sudah membayangkan akan menghabiskan weekend dengan Mikha. Menemani bocah itu bermain di halaman belakang, menonton serial kartun favorit anak itu lalu berjalan-jalan santai di taman kompleks perumahan mereka supaya bocah itu tetap bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Tapi lagi-lagi, angannya pupus karena harus mengurus persoalan Papa.

Bukannya Segara keberatan harus mengurus soal Papa. Dia hanya ... bagaimana menjelaskannya? Dia hanya merasa waktunya terlalu banyak terkuras untuk hal lain sehingga tidak banyak yang tersisa untuk dihabiskan dengan Mikha. Bukankah wajar jika dia merasa sedih?

“Mikha ikut.”

“No, Baby. Hospital isn’t a good place for kids.” Segara berusaha memberikan pengertian.

“Terus, Mikha di rumah sama siapa?” bibir bocah itu manyun, membuat Segara gemas.

“Wait a minute. Lemme think about this.”

Mikha cuma bisa diam menunggu ayahnya selesai berpikir. Lalu saat dia melihat ayahnya melirik ke arahnya, Mikha tahu ayahnya sudah berhasil menemukan solusi dari permasalahan mereka.

“Mikha, kamu keberatan nggak kalau Daddy minta tolong sama Aunty Pamela buat jaga kamu sebentar selama Daddy di rumah sakit?”

tanya Segara. Tahu betul kalau Mikha sangat selektif dalam hal memilih orang-orang yang boleh dekat dengannya. Pamela bukannya tidak dekat dengan Mikha. Hanya saja mereka berdua juga tidak terlalu akrab. Kalau bertemu juga hanya sebatas saling menyapa saja. Seolah ada dinding pembatas di antara keduanya yang tak kasat mata.

Segara melihat bagaimana Mikha mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya yang mungil di dagu. Matanya memandang ke atas, terlihat berpikir keras. Ia hampir saja tergelak melihat gaya Mikha yang seperti orang dewasa. Namun ia tahan karena perlu mendengar jawaban dari bocah itu lebih dulu.

"It's ok. Aunty Pamela bukan orang jahat." kata Mikha pada akhirnya.

Segara tersenyum. Entah apa yang menjadi standar bagi bocah itu untuk menentukan apakah seseorang itu baik atau jahat. Yang jelas, Segara memilih untuk percaya pada naluri bocah itu. Bahwa Pamela bukan orang jahat.

"Ok, I'll ask her now."

Bersambung

Terpopuler

Comments

Kartika Maharani

Kartika Maharani

gak yakin kalo pamela baik

2023-04-20

1

Zenun

Zenun

coba kita lihat, Pamela jahat apa nggak

2023-04-11

2

Dewi Payang

Dewi Payang

Semoga Pamela beneran baik😊👍

2023-03-10

4

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH ENAM
56 LIMA PULUH TUJUH
57 LIMA PULUH DELAPAN
58 LIMA PULUH SEMBILAN
59 ENAM PULUH
60 ENAM PULUH SATU
61 ENAM PULUH DUA
62 ENAM PULUH TIGA
63 ENAM PULUH EMPAT
64 ENAM PULUH LIMA
65 ENAM PULUH ENAM
66 ENAM PULUH TUJUH
67 ENAM PULUH DELAPAN
68 ENAM PULUH SEMBILAN
69 TUJUH PULUH
70 TUJUH PULUH SATU
71 TUJUH PULUH DUA
72 TUJUH PULUH TIGA
73 TUJUH PULUH EMPAT
74 TUJUH PULUH LIMA
75 TUJUH PULUH ENAM
76 TUJUH PULUH TUJUH
77 TUJUH PULUH DELAPAN
78 TUJUH PULUH SEMBILAN
79 DELAPAN PULUH
80 DELAPAN PULUH SATU
81 DELAPAN PULUH DUA
82 DELAPAN PULUH TIGA
Episodes

Updated 82 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH ENAM
56
LIMA PULUH TUJUH
57
LIMA PULUH DELAPAN
58
LIMA PULUH SEMBILAN
59
ENAM PULUH
60
ENAM PULUH SATU
61
ENAM PULUH DUA
62
ENAM PULUH TIGA
63
ENAM PULUH EMPAT
64
ENAM PULUH LIMA
65
ENAM PULUH ENAM
66
ENAM PULUH TUJUH
67
ENAM PULUH DELAPAN
68
ENAM PULUH SEMBILAN
69
TUJUH PULUH
70
TUJUH PULUH SATU
71
TUJUH PULUH DUA
72
TUJUH PULUH TIGA
73
TUJUH PULUH EMPAT
74
TUJUH PULUH LIMA
75
TUJUH PULUH ENAM
76
TUJUH PULUH TUJUH
77
TUJUH PULUH DELAPAN
78
TUJUH PULUH SEMBILAN
79
DELAPAN PULUH
80
DELAPAN PULUH SATU
81
DELAPAN PULUH DUA
82
DELAPAN PULUH TIGA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!